konsensus PNPK buku ajar Pedoman SPM

Rabu, 19 April 2017

HIV-AIDS Susunan Saraf Pusat

HIV-AIDS Susunan Saraf Pusat


DEFINISI / ETIOLOGI
Deflnisi WHO untuk AIDS di Asia Tenggara adalah pasien yang memenuhi kriteria A dan B
dibawah ini :
A. Hasil positif untuk antibodi HIV dari dua kali test yang menggunakan dua antigen yang
berbeda.
B. Salah satu dari kriteria yang dibawah ini :
1. - Berat badan menurun 10% atau lebih yang tidak diketahui sebabnya.
- Diare kronik selama 2 bulan terus menerus atau periodik.
2. Tuberkulosis milier atau menyebar.
3. Kandidiasis esofagus yang dapat didiagnosis dengan adanya kandidiasis mulut yang
disertai disfagia / odinofagia.
4. Gangguan neurologis disertai gangguan aktifitas sehari-hari, yang tidak diketahui
sebabnya.
5. Sarkoma kaposi.
Infeksi HIV akan menimbulkan penyakit yang kronik dan progresif sehingga setelah bertahuntahun
tampaknya mengancam jiwa. Pengobatan yang tersedia sekarang dapat memperpanjang
masa hidup dan kualitas hidup dengan cara memperlambat penurunan sistim imun dan mencegah
infeksi oportunistik. Terdapat variasi yang luas dari respon imun terhadap efek patologik HIV.
Karena itu mungkin saja sebagian dari mereka tetap hidup dan sehat dalam jangka panjang
sedangkan sekitar 40-50% dari mereka menjadi AIDS dalam wakru 10 tahun.
- Etiologi : Virus RNA (Retrovirus)
Patofisiologi infeksi HIV
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan non seksual. Didalam tubuh HIV akan
menginfeksi set yang mempunyai reseptor CD4 seperti sel limfosit, monosit dan makrofag dan
beberapa sel tertentu lain, walaupun tidak mempunyai reseptor CD4 misalnya set-set glia dan sel
langerhans. Secara umum ada dua kelas sel dimana HIV ber-replikasi yaitu di dalam set T limfosit
dan didalam sel makrofag, karena itu disebut T-tropik atau syncytium inducing isolates dan
Makrofag-tropik atau non-syncytium inducing isolates. Isolat M-tropik lebih sering tertular, tetapi
isolat T-tropik terlihat pada 50% dari infeksi HIV stadium lanjut dan menimbulkan progresivitas
penyakit yang sangat cepat. Bahkan diketahui bahwa yang menimbulkan perbedaan tropisme
adalah kadar ko-reseptor yang penting yaitu CXCR4 dan CCR5.
Sebagai akibatnya akan terjadi dua kelompok gejala utama yaitu :
1. Akibat penekanan pada sistim kekebalan tubuh, sehingga mudah terjadi infeksi, kanyeri
kepalaer yang spesifik dan penurunan berat badan yang drastis.
2. Disfungsi neurologik baik susunan saraf pusat maupun susunan saraf perifer.
KRITERIA DIAGNOSIS
- Fase I - Infeksi HIV primer (infeksi HIV akut)
- Fase II - Penurunan imunitas dini (sel CD4 > 500 / μl)
- Fase III - Penurunan imunitas sedang (sel CD4 500 – 200 / μl)
- Fase lV - Penurunan imunitas berat (sel CD4 < 200 / μl)
Kriteria diagnosis presumtif untuk indikator AIDS :
a. Kandidiiasis Esofagus : nyeri retrosternal saat menelan dan bercak putih diatas dasar
kemerahan.
b. Retinitis virus sitomegalo
c. Mikobakteriosis
d. Sarkoma Kaposi : bercak merah atau ungu pada kulit atau selaput mukosa.
e. Pnemonia Pnemosistis Karini : Riwayat sesak nafas/ batuk nonproduktif dalam 3 bulan

v Viral load
v Serologi sifilis, antigen kriptokokus
v Lumbal Pungsi
v Pemeriksaan tinta India cairan serebrospinal.
v Brain CT scan , MRI
v Electromyograpky (EMG)
v Memory test
v Roentgen thorax
v Mikroskopis dan biakan dahak.
DIAGNOSIS BANDING
v Massa intrakranial
v TBC
v Polineuropathy kerena penyebab lain
v Demensia karena penyebab lain
TATALAKSANA
Dosis Anti Retroviral untuk ODHA dewasa (Pedoman Nasional 2004)
Gol / Nama obat Dosis
Nucleoside RTI
Abacavir (ABC) 300 mg setiap 12 jam
Didanoside (ddl) 400 mg sekali sehari
250 mg @ 12 jam (BB < 60kg)
Atau 250 mg sekali sehari bila diberi bersama TDF diberi
bersama TDF
Lamivudine (3TC) 150 mg setiap 12 jam atau
300 mg sekali sehari
Stavudine (d4T) 30 mg @ 12 jam (BB < 60 kg)
Zidovudine (ZDV atau AZT) 300 mg @ 12 jam
Nucleotide RTI
Tenofovir (TDF) 300 mg sekali sehari
Non-nucleoside RTIs
Efavirenz (EFV) 600 mg sekali sehari
Nevirapine (NVP) 200 mg sekali sehari (14 hari) kemudian 200 mg @ 12 jam
Protease Inhibitors
Indinavir / Ritonavir (IDV/r) 800 mg / 100 mg @ 12 jam
Lopinavir / Ritonavir (LPV/r) 400 mg / 100 mg @ 12 jam
Nelfinavir (NFV) 1250 mg @ 12 jam
Squinavir / Ritonavir (SQV/r) 1000 mg / 100 mg @ 12 jam atau 1600 mg / 200 mg sekali sehari
Ritovanir (RTV/r) Capsule 100 mg
Larutan oral 400 mg / 5 ml
Infeksi Opportunistik
1. Sitomegalovirus pada HIV : Pada funduskopi = Retinitis sitomegalovirus Gansiklovir
5 mg/KgBB dua kali sehari parenteral selama 14-21 hari. Selanjutnya 5 mg/KgBB sekali sehari
dianjurkan sampai CD4 lebih dari 100 sel/ml.
2. Ensefalitis Toksoplasma
Pirimetamin 50-75 mg perhari dengan Sulfadiazin 100 mg/KgBB/ hari
Asam Folat 10-20 mg perhari
Atau :
Fansidar 2-3 tablet per hari dan Klindamisin 4 x 600 mg perhari
Disertai leukovorin 10 mg perhari.
(Fansidar mengandung : Pirimetamine 25 mg + Sulfadoksin 500 mg) Untuk mencegah
kekambuhan : Kotrimoksazol 2 tab perhari.
3. Meningitis Cryptoccocus
Terapi primer fase akut : Amfoterisin

• AZT / 3TC / NVP (Zidovudin / Lamifudin / Nevirapin)
• AZT / 3TC / EFV (Zidovudin / Lamifudin / Efavirens)
PENYULIT / KOMPLIKASI
1. Drug toxicity
2. AIDP
3. CIDP
4. Mononeuropathy
5. Focal brain lesions
6. Distal Symmetric Polineuropathy
7. Inflammatory demyelinating polyneuropathy
8. Progressive polyradiculopathy
9. Mononeuritis multiplex
10. Spinal cord syndrome / vacuolar myelopathy
KONSULTASI :
Pokja HIV-AIDS RS Setempat, VCT Clinic
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap dan Rawat Jalan
TENAGA STANDAR :
Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Dalam, Perawat Terlatih
PROGNOSIS :
Angka kekambuhan tinggi
Angka kematian tinggi

Gambar 1 : Algoritme penatalaksanaan keluhan intraserebral pada penderita HIV/AIDS



Gambar 2 : Algoritme penatalaksanaan lesi massa intracranial pada penderita HIV / AIDS







sumber :


0 komentar:

Posting Komentar