konsensus PNPK buku ajar Pedoman SPM

Kamis, 27 April 2017

Jika sedang Program Hamil - Promil ga boleh pake pantyliner ?? ini jawabannya

Pemakaian Pantyliner

1. Apakah benar dok, jika wanita sedang dalam program ingin punya anak tidak boleh menggunakan pantyliner? memang efeknya apa dok ?

2. Setelah berhubungan selalu keluar cairan kental, jernih, tidak berbau, apakah itu normal ?














cara cepat hamil
Jawab :

1. Pada dasarnya pantyliner tersebut tidak memiliki hubungan dengan kesuburan. Tetapi ada kemungkinan bahwa pemakaian pantyliner bisa menyebabkan iritasi dan bahkan infeksi pada vagina karena mengandung bahan-bahan kimia atau pewangi.

2. Cairan tersebut adalah sebagian sperma yang tidak masuk kedalam rahim, itu normal bu.












Selasa, 25 April 2017

Hebohhh.... Dibodohi Promil pake "ASAM FOLAT"

Hebohhh.... Dibodohi Promil pake "ASAM FOLAT"

Pernah dengar : JIKA MAU SUBUR MINUM ASAM FOLAT ???
Benarkah asam folat untuk meningkatkan kesuburan disaat seorang wanita ingin hamil ??
Jika ada yang menyebutkan hal itu .. berarti itu namanya DIBODOHI...
Kenapa ?? ini dia Jawabannya:






"Sering kita sama-sama denger dan baca. Promil memakai asam folat. 

PADAHAL...

Asam folat tidak meningkatkan kesuburan.

Belum ada data dan fakta akurat asam folat meningkatkan peluang hamil.

Minum asam folat dan ga minum asam folat, peluang hamilnya adalah ...... sama. Yak! Sama"


itulah tulisan yang di berikan oleh seorang dokter spesialis kandungan di postingan FB nya,,,,

sesudah di analisa,,, dan di cari-cari di internet,,, ternyata emang benar,,, 
BELUM PERNAH di temukan bahwa ada penelitian yang menyatakan  "asam folat mampu meningkatkan kesuburan seorang wanita"

Jika dilogikakan itu sangat wajar dan benar sekali ,,
karena di setiap bungkus  berbagai pil asam folat ,, yang mungkin banyak teman-teman lihat adalah FOOD SUPLEMENT

apa sich arti FOOD SUPLEMENT ??  ya bener ,, sama dengan MAKANAN SUPLEMENT

LALU?

Asam folat TETEP WAJIB diminum siapapun yang akan hamil. Atau berencana hamil. Atau ga berencana tapi mungkin saja hamil.

Dan diminum terus sampai hamil. Setidaknya 13 minggu.

KENAPA?

Karena asam folat TERBUKTI mencegah kelainan NTD (neural tube defect/gangguan tabung saraf) pada janin.

Jangan sampai bayi yang dikandung anensefal, meningokel, ensefalokel dll.

Siapa sih yang pengen kaya gitu? Ga ada kan. Karena itu semua wajib minum asam folat.

JADI.

Wajar saja promil asam folat anda gagal. Karena asam folat bukan untuk menyuburkan kandungan.

Dan jika anda minum asam folat lalu hamil, sesungguhnya tidak minum asam folat pun akan hamil.

KESIMPULAN

Asam folat tetep harus diminum terus dan terus. Supaya ga kelainan NTD (neural tube defect) 

Tapi untuk promil, itu soal lain.

ASAM FOLAT BUKAN UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN 

Kamis, 20 April 2017

Duchene Muscular Dystrophy (DMP)

Duchene Muscular Dystrophy (DMP)
Definisi :
Kelainan otot herediter yang progresif, timbul sebelum usia 5 tahun, biasanya pada anak laki-laki.
Kelemahan otot tampak di proksimal.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Ø Anamnesis : Anak usia 2-4 tahun, kelemahan otot leher menetap sampai periode infancy,
perkembangan motor yang lambat, sukar menaiki tangga atau bangun dari lantai,
perkembangan yang lambat dan gangguan kognitif.
Ø Pemeriksaan fisik dan neurologi : Tanda Gowers, berjalan seperti bebek (waddling gait). Atrofi
pada otot, lordosis pada punggung. Pseudohipertrofi di otot gastroknemius, infraspinosus,
deltoid, yang agak jarang terdapat di otot gluteus maksimus, masseter dan trisep akibat
timbunan lemak dan hialin. Kelemahan otot bersifat simetris dan progresif sehingga pada usia
6-12 tahun sudah tidak dapat menggerakkan kedua tungkainya dan harus menggunakan kursi
roda. 50-80 % pasien terdapat gangguan jantung. Retardasi mental ditemukan 30 %.
Radiologi : -
Laboratorium : - Kadar Kreatinin Kinase (CK) sangat tinggi (10.000 - 30 000)
- Elektrodiagnostik : gambaran miogenik
- Biopsi otot
Gold Standar :
Gejala klinik, pemeriksaan CK dan EMG
DIAGNOSA BANDING : -
PENATALAKSANAAN :
- Tidak ada penatalaksanaan khusus, pengobatan hanya bersifat simtomatik dan suportif untuk
mencegah deformitas yang lebih berat.
- Keluarga perlu mengetahui mengenai progresifitas penyakit dan perkiraan mengenai umur
harapan hidup pasien yang seringkali hanya sampai pada dekade kedua.
PENYULIT :
- Kelemahan yang bertambah berat
- Gangguan respirasi (infeksi paru)
- Gangguan jantung (kardiomiopati, gagal jantung)
- Kontraktur, skoliosis.
- Gangguan emosi dan tingkah laku.
KONSULTASI :
Pyschiatrist, orthopedists, geneticist, cardiologist, pulmonologist, physical therapist, occupational
terapist, psychologist, nutritionist



sumber :

CEREBRAL PALSY (C P)


KRITERIA DIAGNOSTIK
CP adalah keadaan pada anak dengan kelainan motorik dini yang disebabkan suatu cacat otak atau kerusakan otak non progresif pada usia muda. Ditandai dengan paresis, gerakan involunter atau gangguan koordinasi.


Pemeriksaan Penunjang
Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental retardasi, learning disability & ADHD
EEG mencari epilepsi
CT scan / MRI kepala : mencari lesi
Pemeriksaan mata : mencari strabismus, gangguan refraksi, gangguan lapang pandang dan
buta sentral
Pemeriksaan THT : mencari tuli sentral
Pemeriksaan Ortopedi : mencari kontraktur sendi, skoliosis, small stotur, subluksasi sendi

DIAGNOSIS BANDING
Neuromuskuler :
Spinal muscle artrophy
Distrofia muskuler
Degeneratif :
Friedriech's ataxia
Penyakit Chorea Huntington masa anak

Metabolik :
Penyakit Wilson
Kelainan Tulang & Sendi :
Arthero gryphosis multiplex kongenital
Penyakit gangguan gerak involunter :
Sindrom Tourette
Chorea Sydenham
Spasmus nutans
Penyakit metabolik
Tumor atau AVM medulla spinalis
Spinal dystrophia

TATALAKSANA
Terapi Farmaka : Antikonvulsan bila epilepsi
Diazepam, Dantrolen, Baklofen untuk spastisitas
Terapi Non Farmaka :
Fisioterapi
Pelatihan okupasi
Sekolah SPLB
Kaca mata bila gangguan refraksi
Operasi mata bila strabismus
Alat bantu dengar bila gangguan dengar
Ortopedi
Terapi keluarga oleh psikologi

KOMPLIKASI
Epilepsi
Gangguan kognisi
Gangguan lihat / dengar
Gangguan makan - minum
Gangguan bicara
Gangguan orthopedik : kontraktur, small stature

KONSULTASI JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Tidak perlu perawatan, kecuali bila timbul komplikasi status konvulsivus dan aspirasi pneumonia atau gangguan traktus respiratorius.

TENAGA
Psikolog, Dokter spesialis saraf, spesialis anak, terapis

PROGNOSIS
Tipe tetraplegi : ad vitam & ad functionam : ad malam
Tipe hemiparesis atau diparesis ringan : ad bonam
Bila ada retardasi mental, epilepsi, gangguan lihat / dengar : prognosis kurang baik


sumber :

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER

KRITERIA DIAGNOSTIK
Adalah suatu gangguan neuropsikiatri yang umum, khas dan dapat ditangani. Terjadi pada 3-9% anak usia sekolah.

Pemeriksaan Penunjang
Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental retardasi, learning disability & ADHD
CT scan / MRI kepala : mencari lesi


DIAGNOSIS BANDING :
Childhood mania

TATALAKSANA
Terapi Farmaka : Stimulan (Metilfenidat)
Terapi Non Farmaka : Terapi keluarga oleh psikolog

KOMPLIKASI
Gangguan interaksi sosial
Risiko drug abuse

KONSULTASI
Psikologi anak
Psikiatri anak

JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Tidak perlu perawatan

TENAGA
Psikolog, psikiater, dokter spesialis saraf, terapis

PROGNOSIS
Ad bonam



sumber :


RETARDASI MENTAL (MR)

RETARDASI MENTAL (MR)
KRITERIA DIAGNOSIS
American Association in Mental Deficiency
IQ < 70 = retardasi mental sangat ringan
IQ 55-69 = retardasi mental ringan
IQ 40-54 = retardasi mental sedang
IQ 25-39 = retardasi mental berat
IQ < 24 = retardasi mental sangat berat
Pemeriksaan Penunjang
Tes psikometri / Test intelegensi :
- Bayi : Developmental Quotient (DQ)
- Anak usia belum sekolah :
Stanford Binet Scale
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelfigense (WPPSI)
- Anak usia sekolah :
Wechsler Intelligence Scale for Children (Revised) (WISC-R)
- Anak dengan kemampuan fungsi yang sangat rendah :
The Leiter international Performance Scale
Foto polos kepala
Audiometri
EEG
CT Scan
Darah dan urin : mencari gangguan kimia / metabolik
Serologi darah dan titer antibodi TORCH
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan hormonal (kelenjar tiroid)
DIAGNOSIS BANDING
Variasi perkembangan normal
CP dengan gangguan motorik dan bicara
Epi lepsi
Gangguan THT
Gangguan mata
Depresi
Gangguan belajar spesifik
TATALAKSANA
Terapi Farmaka : Antikonvulsan bila kejang
Metilfenidat bila hiperaktif
Hormon tiroid pada gangguan tiroid
Terapi Non Farmaka : fisioterapi
terapi okupasi
terapi wicara
Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB) tipe C
KONSULTASI
Anak
Psikiatri
THT
Mata
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Psikolog, dokter


sumber :

NIGHTMARE

NIGHTMARE
Kriteria Diagnosis :
a. Klinis
• Biasanya onset terjadi pada usia balita usia 3 - 6 tahun, laki-laki dan wanita sama, tetapi
pada usia dewasa wanita lebih sering, terjadi pada 1/3 akhir malam
• Isi mimpi panjang dan komplek serta menakutkan dan menyebabkan kecemasan serta
ketakutan hebat sewaktu akan bangun tidur. Mimpi dapat diingat kembali dengan baik,
dan sering sulit tidur kembali.
• Jarang terjadi gerakan motorik dan tingkah laku kecuali sesudah bangun.
• Gejala otonomnya sedikit, seperti peningkatan detak jantung.
• Penyebabnya:
- pembatasan tidur yang menyebabkan rebound tidur REM
- narkolepsi
- RBD
- Schizoprenia
- Anxietas
- Obat-obatan seperti L-dopa, beta blocker
- Penghentian obat mendadak seperti anti depresan, alkohol
b. Laboratorium : -
c. Radiologis : -
d. Golden Standard :
PSG jarang dibutuhkan, dapat menunjukkan peningkatan densitas REM ± 10 menit sebelum
terbangun dari nightmare
e. Patologi anatomi: -
Differential Diagnosis
• RBD
• Serangan panik pada malam hari
• Narkolepsi
• Sleep terror
Tatalaksana
a. Non medikamentosa :
• Hentikan obat-obat penyebab seperti L-dopa, beta blocker
• Kurangi stres dan perbaiki hygiene tidur
• Terapi kognitif tingkah laku
b. Medikamentosa : jarang diperlukan, bila menetap dengan cara-cara diatas dapat diberikan
obat supresi tidur REM seperti tricyclic anti depresan
Penyulit :
• Nightmare menakutkan penderita dan menyebabkan kecemasan untuk tidur
• Menyebabkan bangun malam hari dan sulit kembali tidur
Konsultasi :
Bagian Sarf
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Dokter Spesialis Sara



sumber :

REM BEHAVIOR DISORDER (RBD)

REM BEHAVIOR DISORDER (RBD)
(Gangguan tingkah laku saat fase tidur REM)
Kriteria Diagnosis :
a. Klinis
• Usia biasanya > 50 tahun, laki-laki lebih banyak daripada wanita, kadang-kadang
ditemukan riwayat keluarga
• Terjadinya 1/3 awal tidur pada stadium REM, biasanya 30 menit setelah onset tidur dan
dapat berulang setiap interval 10 menit.
• Serangan berupa mimpi yang menyeramkan atau agresif disertai gerakan-gerakan
abnormal dan tingkah laku yang kompleks dan sering berupa tindak kekerasan sehingga
dapat melukai penderita penderita atau pasangannya.
• Penderita menolak dikendalikan dan bisa marah dan melakukan tindak kekerasan tetapi
tidak sampai pada tindakan seksual.
• Mimpi dapat diingat kembali tetapi gerakan dan tingkah laku abnormal tidak diingat.
• Penyebabnya:
- Tidak diketahui (40% kasus)
- Intoksikasi obat akut (alkohol) atau penghentian mendadak obat supresan tidur fase
REM seperti amphetamine dan cocain, anti-cholinergic, MAO inhibitor, antidepressant
tricyclic, SSRI, dan terutoma venlafoxine
- Parkinson : 1/3 kasus parkinson didahului RBD 10 - 15 tahun sebelumnya.
- Multiple system atrophy : 90% disertai RBD
- Lewy body disease : 1/4 kasus disertai RBD
- Alzheimer's disease : kadang-kadang disertai RBD
- Narkolepsi sering disertai RBD
- OSA berat
- Periodic limb movements pada fase tidur N-REM
b. Laboratorium:
• Pemeriksaan polysomnography sangat penting dalam menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosa lain.
• Hasil PSG menunjukkan kerangka tidur normal kecuali adanya peningkatan durasi dan
densitas tidur REM dan sedikit pemanjangan stadium 3 - 4 N-REM, tonus otot tetap ada,
periodic limb movements dapat terlihat pada tidur REM maupun N-REM
• Rekaman video penting untuk menunjukkan bentuk gerakan-gerakan.
c. Radiologis :
MRI atau CT scan diperlukan untuk mencari penyebab terutama kerusakan di batang otak
d. Golden Standard :
PSG, MRI atau CT scan
e. Patologi Anatomi
Differential Diagnosis
1. Nightmare
2. Confusional arousals
3. Sleep terrors
4. Sleep walking
5. Post-traumatic stress disorders
6. Epilepsi terutama epilepsi lobus temporalis
7. Episodic nocturnal wanderings
8. Bangun mendadak dari tidur REM pada OSA
9. Serangan panik
10. Malingering
Tatalaksana
a. Non Medikamentosa
1. Proteksi penderita dan pasangannya, bila disertai tindak kekerasan, pindahkan bendabenda
• Benzodiazepine seperti clonazepam 0,5 - 4 mg : efektif segera pada 90% kasus
• Melatonin 3 - 15 mg malam hari sebelum tidur.
• Buproprion adalah satu-satunya anti depresan yang tidak menimbulkan RBD, sehingga
dapat diberikan sebagai pengganti anti depresan lain.
Penyulit :
Dapat menyebabkan tindak kekerasan dan luka
Konsultasi :
Bagian Neurologi
Jenis pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Dokter Spesialis Saraf / Spesialis Saraf konsultan sleep disorder
Lama Perawatan :
Untuk mengikuti perkembangan : kontrol secara berkala seumur hidup
Prognosis
- Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Dapat menjadi petanda akan timbulnya penyakit parkinson 4 - 10 tahuh sebelumnya


sumber


Rabu, 19 April 2017

SLEEPWALKING (SOMNABULISME)

SLEEPWALKING (SOMNABULISME)
Kriteria Diagnosis

1. Klinis
• Biasanya terjadi pada 1/3 pertama waktu tidur (NREM stadium 3-4)
• Penderita bangun duduk di tempat tidur, membuka mata, membuka selimut, bergerak berputar seperti bertujuan, dan berusaha meninggalkan tempat tidur
• Anak dapat berjalan ke kamar tidur orang tua dan memberikan respon sederhana terhadap pertanyaan dan perintah. Kadang-kadang kencing.
• Penderita mencoba berpakaian, kemudian berjalan mengelilingi tempat tidur tapi menolak rintangan. Mengucapkan beberapa kata, dapat naik tangga, memakai alat-alat dapur dan berusaha menyiapkan makanan.
• Membuka pintu depan rumah, berjalan beberapa jauh, dan bahkan mengendarai mobil.
• Kecelakaan dapat terjadi akibat jatuh dari tangga, jendela, atau sesudah bejalan di luar rumah. Penderita biasanya mau di ajak kembali ke tempat tidur tanpa perlawanan.
• Usaha untuk menghalang-halangi atau membangunkan harus dihindari karena menyebabkan kebingungan, kecemasan, dengan keinginan melarikan diri yang dapat mencetuskan kekerasan mendadak.
• Tidak ada mimpi, tidak ingat apa yang terjadi dan sesudahnya segera tidur lagi.


2. Laboratoris:
• Polysomnography untuk membedakan dengan gangguan tidur yang lain.
• Rekaman video sangat membantu melihat pola serangan.

3. Radiologis :
Tidak ada kelainan

4. Gold Standar
Polysomnography :
Tampak gelombang delta voltase tinggi pada stage 1 dan 2 NREM selama beberapa detik sebelum terjadinya sleep walking tanpa ada gambaran klinis epilepsy. Sering terbangun langsung dari stadium 1-2 NREM disertai sleep walking. Atau dapat juga tanpa sleep walking.
Rekaman video dapat menunjukkan pola aktivitas serangan

5. Patologi Anatomi :
Normal


Diagnosis Banding
1. Sleep terrors
2. Epilepsi
3. Episodic nocturnal wandering
4. Malingering
5. REM sleep behaviour disorder
6. Psychogenic fugues
7. Confusional arousal


Tatalaksana
1. Medikamentosa
   1.1 Benzodiazepin (klonazepam 0,25 - 2 mg, atau diazepam)
   1.2 Antidepresan kadang-kadang bermanfaat
2. Non Medikamentosa
  2.1. Hygiene tidur
  2.2. Pengurangan stress dan pembatasan tidur.
  2.3. Dibangunkan secara terjadwal 15-30 menit sebelum waktu biasanya terjadi sleep
walking.
  2.4. Proteksi lingkungan seperti tutup dan kunci jendela, tutup tangga, pasang bel pada pintu
kamar tidur, singkirkan benda-benda tajam dan mudah pecah.
 2.5. Psikoterapi pada penderita dewasa yang potensial berbahaya.

Konsultasi :
Bagian Saraf dan Jiwa

Jenis Pelayanan :
Rawat jalan

Tenaga :
Spesialis Saraf dan Jiwa

Lama perawatan :
Bervariasi

Prognosis :
1. Kemungkinan bisa membaik sangat besar
2. Mengganggu prestasi belajar
3. Pada orang dewasa dilaporkan mempunyai resiko gangguan psikiatri, gangguan tidur lainnya



sumber :

PARASOMNIA

PARASOMNIA
• Adalah gejala motorik atau pengalaman sensorik yang abnormal dan komplek yang muncul
waktu tidur
• Lebih sering terjadi pada anak-anak (5-15%) dari pada dewasa (1%)
• Biasanya jinak tapi kadang-kadang disertai luka trauma, rasa malu atau aspek legal.
SLEEP TERRORS (NIGHT TERRORS)
Kriteria Diagnosis :
a. Klinis
1. Gejala muncul pada perioda sepertiga awal tidur malam hari, terutama pada siklus I
NREM
2. Bisa terjadi lebih dari sekali dalam satu malam
3. Terjadi hanya beberapa detik, bisa juga dalam 10 - 20 menit, yang lebih lama dari pada
kebanyakan serangan epilepsi.
4. Anak tiba-tiba terbangun dengan megap-megap, berteriak atau menangis keras dan
tampak sangat ketakutan, agitasi dan panik.
5. Gejala khasnya adalah berkeringat, pupil melebar, nafas dan denyut jantung cepat dan
tonus otot meningkat. Enuresis kadang terjadi.
6. Anak bisa duduk atau meninggalkan tempat tidur, bicara tanpa arti.
7. Pada orang dewasa muda kadang-kadang dapat berlari secara liar mengelilingi ruangan
sehingga dapat terjadi cedera akibat lari melewati pintu atau melompat dari jendela.
8. Anak tidak memberi respon terhadap pertanyaan atau perintah dan melawan setiap
usaha untuk menenangkan yang dapat melukai penderita atau orang lain.
9. Sesudah serangan penderita tertidur lagi dengan cepat.
10. Penderita tidak dapat mengingat secara detil apa yang telah dilakukan dan mimpinya.
b. Laboratorium :
Pada anak : tidak diperlukan karena biasanya jinak dan terbatas waktunya.
Pada dewasa : onset baru dan serangan berulang, membutuhkan evaluasi klinis dan
Polysomnography
Pemeriksaan Polysomnography ditemukan bangun singkat dari stadium 3-4 NREM pada saat
terjadinya sleep terror (biasanya pada 1-4 jam awal tidur), tetapi tidak mencatat kejadian
parasomnianya, karena itu rekaman video saat kejadian sangat penting.
c. Radiologis :
Tidak diperlukan
d. Gold Standard :
Tidak ada
e. Patologi Anatomi :
Tidak diperlukan
Diagnosis banding
1. Confusional arousal
2. Sleep walking
3. Sleep talking
4. Epilepsi
5. Episodic Nocturnal wandering
6. REM Sleep behaviour disorder
7. Nightmares
8. Nocturnal Panic Attacks
9. Post Traumatic Stress disorder
Tatalaksana
1. Perawatan umum
1.a. Reassurance dan penjelasan tentang penyakitnya. Hal ini cukup bila serangannya
2. Medikamentosa
2.1. Benzodiazepin (lorazepam 1-3 mg, clonazepam 0,5-2 mg, triazolam 0,125-0,25 mg
sebelum tidur) di indikasikan pada penderita dewasa bila sering terjadi serangan dan
disertai akibat yang membahayakan.
2.2. Beta blockers seperti propanolol untuk mengurangi gejala-gejala autonom.
Penyulit
1. Gangguan tidur dan anxietas pada orangtuanya
2. Rasa malu untuk anak-anak
3. Dapat menyebabkan cedera pada anak-anak atau orang lain.
Konsultasi :
Bagian Saraf dan Jiwa
Jenis Pelayanan :
Pelayanan rawat jalan.
Tenaga :
Spesialis Saraf dan Jiwa
Lama Perawatan :
Bervariasi, biasanya menghilang sesudah dewasa.
Prognosis :
1. Pada anak-anak biasanya intermiten, jinak, dan terbatas waktunya (terbanyak 4 - 12 tahun)
2. Kejadian pada dewasa kadang-kadang dapat menyebabkan tingkah laku seksual dan tindak
kekerasan atau terluka.


sumber:

RESTLESS LEGS SYNDROME (RLS) l PERIODIC LEG MOVEMENT SLEEP (PLMS)

RESTLESS LEGS SYNDROME (RLS) l PERIODIC LEG MOVEMENT
SLEEP (PLMS)
Kriteria Diagnosis :
a. Klinis
- Terutama dari anamnesis
- Dysesthesia dan restlesness di tungkai yang membaik dengan gerakan
- Gejala timbul dan memburuk di waktu sore dan malam
b. Polysomnography
Delapan puluh persen mempunyai PLMS yaitu dorsofleksi ibu jari kaki dan kadang-kadang
fleksi lutut dan panggul yang ritmik (tiap 15-30 detik).
c. Laboratorium
Level ferritin menurun (normal > 40 mg / L)
Diagnosis Banding : -
Tatalaksana :
a. Dopaminergic agent, merupakan first line therapy dan sangat efektif pada RLS dan PLMS
- Pramipexol : dosis efektif (0,25 - 1 mg/hari diberikan tiga kali sehari) atau
- Ropinirole (0,25 - 2 mg) dua jam sebelum onset gejala jam 18.00-20.00.
- L-dopa atau Carbidopa (25/100 - 100/400 mg) diberikan satu jam sebelum onset atau
dapat diberikan tiap 4 - 6 jam.
- Sering memerlukan tambahan obat sedativ (seperti Gabapentine, benzodiazepin,
Trazodone) bila disertai insomnia.
b. Opioid dan Gabapentin (second line agent)
c. Benzodiazepin (third line agent)
Penyulit : -
Konsultasi :
Bagian Saraf
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Spesialis Saraf
Lama Perawatan :
Lama dan cenderung seumur hidup
Prognosis :
a. Kebanyakan kasus adalah kronis dan sulit sembuh
b. RLS dan PMS merupakan prediksi mortality pada penderita dengan stadium akhir penyakit
ginjal.


sumber :

SLEEP MISPERCEPTION (PSEUDO INSOMNIA)

SLEEP MISPERCEPTION (PSEUDO INSOMNIA)
Kriteria Diagnosis :
a. Anamnesa :
Sulit tidur yang ditandai dengan kesulitan menyebutkan berapa lama tidurnya, atau penyebab
patologis dari gangguan tidur tersebut. Gangguan tidur biasanya saat tengah malam berupa :
DIS & DMS dan kadang-kadang tidak tidur sama sekali, biasanya disertai dengan kelelahan,
perubahan nood.
b. Pemeriksaan fisik : Normal
c. Polysomnografi:
1. Durasi tidur : N
2. Sleep latensi : N
3. Sedikit terbangun
4. MSLTs : N
Diagnosis Banding :
a. Short sleepers
b. DSPS
c. Psycophysiological insomnia
d. Malingering
Tatalaksana :
- Anti depressant
- Anti anxiety
Penyulit :
Insomnia kronis
Konsultasi :
Bagian saraf dan Jiwa
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Spesialis Saraf dan Jiwa
Lama Perawatan :
Lama
Prognosis :
Sering menyebabkan insomnia kronis dan dapat menyebabkan ketergantungan obat anti cemas
dan depresi.


sumber :


CHRONIC FATIGUE SYNDROME

CHRONIC FATIGUE SYNDROME
Kriteria Diagnosis :
a. Anamnesa : Sulit tidur / kurang tidur nyenyak & kelelahan tiap hari yang berlangsung 6 bulan.
Lemas, gangguan konsentrasi & memori.
b. Pemeriksaan Fisik : nyeri pada seluruh otot-otot
c. Polysomnografi :
- TST ↓
- SL ↑
- 1 & 2 REM ?
- RM ↑
- Alpha intrusion (+)
- Awakening : ?
Diagnosis Banding :
1. Psychophysiological insomnia
2. Anxiety states
3. Fibromyalgia
Tatalaksana
• Anti depresan & anti ansietas
• Perbaikan sleep hygiene
• Mengurangi cahaya saat tidur
• Pembatasan gerak
• Cognitive therapy
Penyulit :
Insomnia kronik
Konsultasi :
Bagian saraf dan Psikiatri
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Spesialis Saraf dan Psikiatri
Lama Perawatan :
Bervariasi
Prognosis :
Kurang baik


sumber :

INSOMNIA PRIMER PSYCHOPHYSIOLOGICAL INSOMNIA (CONDITIONED INSOMNIA)

INSOMNIA PRIMER
PSYCHOPHYSIOLOGICAL INSOMNIA (CONDITIONED INSOMNIA)
Kriteria Diagnosis :
a. Anamnesa :
- Kesulitan mengawali tidur yang terjadi karena perasaan khawatir tidak bisa tidur
- Penderita berusaha menekan kekhawatiran tersebut
- Sulit tidur nyenyak sepanjang hari
- Mudah capai, lemas, gangguan memori, gangguan konsentrasi
- Gangguan tidur berlangsung lama dan membaik saat liburan
b. Pemeriksaan Fisik :
Tension headache & dizziness
c. Polysomnografi :
- TST ↓
- SL ↑
- 1 & 2 REM ↑
- Alpha intrusion (+)
- Awakening ↓
- Multiple sleep latency : Normal
Diagnosis Banding :
1. Gangguan psikiatrik
2. Circadian rhytm disorders
3. Poor Sleep hygiene
4. Anxiety states
5. Chronic Fatigue syndrome
6. Fibromyalgia
Tatalaksana :
• Hypnotic therapy
• Perbaikan sleep hygiene
• Terapi tingkah laku
• Relaksasi
• Restriksi tidur
• Kontrol rangsangan
Penyulit :
Insomnia kronis
Konsultasi :
Bagian neurologi dan psikiatri
Jenis pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Spesialis saraf dan jiwa
Lama Perawatan :
Bervariasi
Prognosis :
Baik


sumber :


GANGGUAN DEPRESI

GANGGUAN DEPRESI
Kriteria Diagnosis :
a. Anamnesa : Kesulitan tidur terjadi pada awal stadium depresi, terutama pada awal
tidur, sering terbangun malam hari, bangun terlalu dini, mimpi buruk,
nyenyak berlangsung hampir tiap hari.
b. Pemeriksaan fisik : Depresi
c. Polysomnografi:
- Pada pubertas : Normal
- Pada dewasa muda : Abnormal
- Pada Usia Lanjut :
- TST ↓ 1 & 2 NREM Sleep ↑
- Awakening ↑ 3 & 4 N REM Sleep ↓
- EWM (+) REM Sleep Latency ↓
- Sleep Latency ↑ REM Sleep ↑, Daytime nap +
Diagnosis Banding :
Demensia
Tatataksana :
A. Medikamentosa
- Anti depressant Trisiklik
- SSRIs
- MAOIs
B. Tindakan
- Light therapy
Penyulit :
Percobaan bunuh diri
Konsultasi :
Bagian Kesehatan Jiwa
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Spesialis Saraf dan Spesialis Kesehatan Jiwa
Lama Perawatan :
Bervariasi
Prognosis :
Baik

sumber:

INSOMNIA SEKUNDER OLEH KARENA GANGGUAN PSIKIATRIK KEADAAN KECEMASAN (ANXIETY STATES)

INSOMNIA SEKUNDER OLEH KARENA GANGGUAN PSIKIATRIK
KEADAAN KECEMASAN (ANXIETY STATES)
Kriteria Diagnosis :
1. Anamnesa : kesulitan tidur akibat rasa khawatir, was-was cemas & ketakutan yang tidak
rasional.
2. Pemeriksaan fisik : otot-otot tegang, berdebar-debar, sesak napas, kelelahan, keringat
dingin, sulit konsentrasi.
3. Polysomnografi : jarang membantu jika ada terdapat gambaran : total sleep time singkat,
peningkatan latensi tidur, efisiensi tidur menurun, peningkatan jumlah terbangun dari tidur
dan REM / REM : Normal.
Diagnosis Banding : -
Penatalaksanaan :
A. Medikamentosa : Long acting benzodiazepin
B. Tindakan : -
Penyulit :
- Depresi
- Percobaan bunuh diri
Konsultasi :
Bagian Neurologi dan Psikiatri
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Spesialis saraf, Spesialis Kesehatan Jiwa
Prognosis :
biasanya membaik dengan pengobatan gangguan psikiatrinya
Lama Perawatan :
tidak lama



sumber tulisan :

INSOMNIA

INSOMNIA
INSOMNIA AKUT / TRANSIENT INSOMNIA
Insomnia akut adalah kesulitan tidur yang dialami < 3 minggu, bersifat temporer, dipicu oleh
kecemasan terhadap sesuatu yang diketahui oleh penderita.
Kriteria Diagnosis :
A. Anamnesa :
1. Riwayat kurang tidur, sering terbangun terutama bila ambang emosinya turun.
2. Dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Lingkungan tidur yang kurang nyaman seperti suara-suara keras, cahaya yang
terlalu terang, gerakan dan suara mendengkur dari teman tidurnya.
b. Situasi stress misalnya saat akan menghadapi ujian, memikirkan kondisi kerja
yang tak nyaman, menderita sakit atau nyeri.
c. Higiene tidur yang jelek misalnya : sering minum kopi, alkohol terutama pada
malam hari, pemakaian obat-obat stimulant
d. Sering kumat-kumatan
B. Pemeriksaan fisik biasanya normal, status psikiatri biasanya cemas / depresi.
Diagnosis Banding
1. Insomnia sekunder oleh karena gangguan psikiatrik.
2. Insomnia sekunder oleh karena faktor organik
3. Insomnia primer
Penatalaksanaan
1. Perbaikan gaya hidup
2. Perubahan hygiene tidur yang optimal
Misalnya : - menghindari minum kopi dan alkohol
- menghindari obat-obat stimulan
- menghindari pemakaian diuretik malam hari
3. Terapi penyebab yang mendasari
4. Insomnia yang lebih dari beberapa hari dapat di obati dengan obat hipnotik sesuai
indikasi:
a. DIS (Difficulty in Initiating Sleep)
Terapi :
- Triazolam - Zolpidem
- Flunitrazepam - Zopiclon
- Zoliplon
b. DMS (Difficulty in Monitoring Sleep)
Terapi :
- Temazepam - Zolpidem
- Lormetazepam - Zopiclon
- Oxazepam
c. EWM (Early Morning Awakening)
Terapi :
- Temazepam - Flunazepam
- Lormetazepam - Nitrazepam
d. EWM + Anxiety
Terapi:
- Nitrazepam - Clorazepate
- Diazepam - Oxazepam
- Clonazepam
Penyulit :
Insomnia kronis
Konsultasi :
Bagian Saraf dan Psikiatri
Lama Perawatan :
Berlangsung sebentar
Prognosis :
Biasanya berlangsung tidak lama tapi bila berulang-ulang dapat menyebabkan insomnia kronis
(insomnia kondisional)
ALGORITMA PENATALAKSANAAN




SUMBER :


SNORING (Ngorok)

SNORING (Ngorok)
Kriteria Diagnosis :
a. Klinis:
- suara gaduh / riuh timbul waktu tidur, saat inspirasi
- ngorok biasanya timbul secara reguler, jika terputus-putus kemungkinan OSA atau UARS
- daytime sleepiness
- mengganggu pasangan tidur
b. Laboratorium :
c. Radiologis :
- foto X-ray lateral cephalometry, CT scan dan MRI, ini semua untuk menilai bentuk dan
ukuran saluran nafas bagian atas dan level obstruksinya
- endoskopi / nasendoskopi, dilakukan dalam keadaan bangun dan tidur
Diferensial Diagnosis:
UARS dan OSA
Tatalaksana :
- Tujuannya membuat pasangan tidurnya dapat tidur nyenyak
- Sebaiknya pasangan / partner disarankan tidur lebih dahulu dari penderita.
- Untuk penderita pemasangan mandibular advancement devices cukup efektif jika
snooring semakin memburuk pada posisi supine
- Dilakukan tindakan pada Upper Airway Surgery :
• Nasal surgery
• Palatal surgery
• Tonsilectomy / Adenoidectomy
• Linquoplasty
• Excision of Obstructif mass dan orthoqnatic surgery
Penyulit : -
Konsultasi :
Bagian Saraf, THT, Bedah Head and Neck, dan Bedah Gigi dan Mulut
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan dan rawat inap bila memerlukan tindakan operasi
Tenaga :
Spesilis Saraf, THT, Bedah Gigi dan Mulut, Paru.
Lama Perawatan :
Jangka panjang
Prognosis :
Ngorok biasa tidak mempunyai efek yang berat



sumber :

SLEEP DISORDERED BREATHING

SLEEP DISORDERED BREATHING
(Hipersomnia karena gangguan pernafasan)
Sleep disordered breathing merupakan penyebab terbanyak dari Hipersomnia di klinis
Terdapat 3 subtipe:
1. Obstructive sleep apnoea (OSA) : ditandai oleh serangan berulang kolaps dari farings
selama tidur
2. Central Sleep Apnea (CSA) ditandai oleh periode hilangnya usaha respirasi yang dapat
terjadi secara sporadis atau dalam bentuk tertentu seperti cheyne stokes respiration
3. Sleep related hypoventilation : periode penurunan ventilasi dengan hiperkapnea yang
berlebihan, terbanyak disertai dengan kelemahan neuromuskular atau abnormalitas dinding
dada.
OBSTRUCTIVE SLEEP APNOE (OSA)
Kriteria Diagnosis :
A. Klinis :
- sering asimtomatik
- bila berat dan sering timbul, maka gejala kliniknya adalah sebagai berikut
• Suara ngorok
• Gelisah selama tidur dengan gerakan-gerakan jerky, melompat, dan lain-lain
• Sering terbangun dari tidur
• Simtom lain selama tidur antara lain nokturia, gastrooesophageal reflux, keringat
berlebihan, angina pektoris
• Mengantuk berat pada siang hari
• Gangguan kognitif
• Sakit kepala di frontal, nyeri tenggorok, penurunan libido / impotensi
B. Laboratorium :
- pemeriksaan fungsi tiroid, bila ada kecurigaan hipotiroid
- blood gas analisa
- kadar hemoglobin
- pemeriksaan elektrokardiografi dan ekokardiografi
- foto polos dada / toraks
- pemeriksaan Respiratory Function Test dan Polysomnography
Diferensial Diagnosis:
UARS (Upper Airway Resistance Syndrome)
Tatalaksana:
- menghilangkan simtom dan memperbaiki kwalitas hidup
- mengurangi faktor-faktor resiko kejadian fatal
- mencegah komplikasi hipertensi, infark miokard, stroke, mati mendadak.
Penyulit : -
Konsultasi :
Bagian Saraf, THT, Paru, Bedah Head and Neck
Jenis pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Spesialis saraf, THT
Lama Perawatan :
Jangka panjang dan


sumber :

IDIOPATHIC CENTRAL NERVOUS SYSTEM HYPERSOMNOLENCE

IDIOPATHIC CENTRAL NERVOUS SYSTEM HYPERSOMNOLENCE
Kriteria Diagnosis
a. Klinis
1. Hipersomnia dan episode tidur malam yang memanjang, sulit bangun dari tidur.
2. Tidur kecil-kecil di siang hari yang tidak membuat segar kembali
3. Kesulitan bangun dari tidur
4. Tidak ada manifestasi dan fenomena REM abnormal
b. Laboratorium
• PSG : yang khas menunjukan tidur yang memanjang dan efisiensi tidur yang tinggi
dengan proporsi stadium tidur yang normal.
• MSLT : pemendekan sleep latency (< 10 menit, tetapi lebih lama dari narkolepsi) tanpa
ada periode SOREM
• Sulit dibedakan dengan narkolepsi tanpa catap(exy
c. Radiologis
d. Gold Standard : PSG dan MSLT
e. Patologi anatomi : -
Differential Diagnosis :
Narkolepsi tanpa cataplexy
Tata laksana
a. Non Medikamentosa
• Sulit diobati dengan hasil memuaskan
• Modifikasi gaya hidup, membatasi pembatasan tidur, dan hygiene tidur yang baik
• Tidur kecil-kecilan biasanya tidak berhasil (tidak seperti narkolepsi)
b. Medikamentosa
• Modafinil adalah terapi awal pilihan
• Bila perlu dapat ditambah amphetamine dan methylphenidate
• Kombinasi obat long dan short acting sering memberikan efek terbaik
Penyulit : -
Konsultasi :
Bagian saraf
Jenis pelayanan :
Rawat jalan
Tenaga :
Spesialis saraf
Lama perawatan :
Seumur hidup
Prognosis :
Tidak bisa sembuh


sumber :

NARKOLEPSI

NARKOLEPSI
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis
1. Gejala biasanya mulai dekade ke-2 (umur 20-30 tahun), walaupun kadang terjadi sebelum
usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun).
2. Ada 4 gambaran klasik (Classic tetrad) :
a. Hipersomnia : merupakan gejala utama gejala utama yaitu mengantuk berlebihan
pada siang hari yang segera membaik dan kembali segar setelah tidur singkat kurang
dari 30 menit
b. Cataplexy : mendadak kehilangan tonus otot dan berlangsung sebentar yang khas
terjadi pada saat sedang emosi kuat, misalnya tertawa terbahak-bahak atau marah
yang berlebihan. Kelumpuhan dapat komplit atau parsial dan biasanya singkat (detik
- menit). Terjadi kira-kira 70% penderita narkolepsi.
c. Sleep paralysis (Jawa : tindihen) yaitu ketidakmampuan untuk bergerak atau bicara
yang terjadi awal (hipnagoqic) atau akhir tidur (hipnopompic).
d. Hipnagogic hallucination yaitu halusinasi penglihatan atau pendengaran yang muncul
sebagai representasi mimpi dan terjadi segera pada awal tidur, kadang-kadang
terjadi pada saat bangun pagi (hipnopompic). Halusinasi dapat berupa bayangan
orang yang mengancam, binatang atau biasanya hantu / monster disertai rasa takut
yang hebat dengan atau tanpa sleep paralisis.
3. Gejala penyerta :
a. Automatic behaviour dan amnesia : yaitu saat penderita mengantuk dan berusaha
mengatasinya tiba-tiba muncul aktifitas yang terjadi dibawah alam sadar. la dapat
melanjutkan tugasnya dengan benar tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan yang
komplek. Kadang keluar kata-kata yang tidak mengandung arti dan tidak relevan
dengan pembicaraan dan hal ini mengakhiri serangan disertai amnesia terhadap apa
yang diperbuat tadi.
Serangan berlangsung beberapa detik tetapi kadang sampai beberapa jam, biasanya
saat mengerjakan aktivitas monoton seperti mengendarai mobil, sehingga sering
terjadi kecelakaan. Karena itu kalau mengantuk sebaiknya berhenti dan tidur singkat
(10-30 menit) sudah bisa segar kembali. Dapat terjadi pada orang normal yang
sangat mengantuk seperti dokter yang praktek sampai jauh malam.
b. Disrupted sleep yaitu terbangun beberapa kali semalam
c. Sleep apneu : 20% penderita laki-laki.
4. Polisomnografi menunjukkan 1 atau lebih sebab :
1. Sleep latency < 10 menit
2. REM sleep latency < 20 menit
3. MSLT yang menunjukkan rata rata sleep latency < 5 menit
4. Sleep-onset REM period (SOREM) < 15 menit, paling sedikit pada 2 dari 5
kesempatan tidur kecil selama rekaman Polysomnography.
5. HLA trapto type-DQB1 0602 dan DR2 positif (terdapat pada 90-100% penderita
narkolepsi tergantung ras-nya)
b. Laboratorium
Polisomnografi (PSG)
• Khas : Pemendekan ‘sleep onset’ dan REM latency
Gangguan kerangka tidur, sering terbangun singkat.
Penting untuk menyingkirkan gangguan tidur yang dapat menyebabkan hipersomnia
• MSLT : rata-rata sleep latency < 5 menit.
Khas : muncul sleep onset REM (SOREM) kurang dari 15 menit paling sedikit 2 dari 5
kesempatan tidur kecil.
Pada orang normal MSLT > 10 menit (8-10 menit) masih dianggap abnormal.
Onset tidur adalah jangka waktu antara lampu dimatikan dan munculnya gambaran tidur
tahap pertama yaitu NREM.
Pergantian NREM dan REM rata-rata antara 60-90 menit. Dianggap normal bila REM
terjadi kurang dari 15 menit. Dianggap abnormal bila REM terjadi <15 menit (SOREM).
c. Radiologis
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. DD NARKOLEPSI DG CATAPLEXY
- narkolepsi skunder (symptomatic)
- epilepsy
2. Diagnosis Banding NARKOLEPSI TANPA CATAPLEXY
- Sindroma Obstructive sleep apnoea-hypopnoea
- Kurang tidur pada malam hari
- Circadian rhythm sleep disorders
- Idiopathic central nervous system (CNS) hypersomnia
- Periodic limb movement disorder
- Trauma kepala dan gangguan neurologi lainnya
- Depresi
- Efek samping obat
TATA LAKSANA
a. Medikamentosa
1. Obat stimulan

OBAT -    DOSIS (mg)
Methylphenidate 5 - 60 (dosis terbagi)
Methylphenidate-SR 20 - 60 / hari
Dextroamphetamin 5 - 60 / hari
Pemoline 75 -150 /hari
Modafiline 100 - 400 ( sekali atau 2 kali sehari)

Obat cataplexy
OBAT -DOSIS (mg)
Clomipramine 25 - 75
Imipramine 75 - 150
Protryptiline 15 - 20
Fluoxetin 20 - 40
Paroxetine 20 - 40
Sertraline 50 - 200
Venlafaxine 75 - 150
Sodium oxybate 3 - 9 ( dosis terbagi pada malam hari)



b. Non Medikamentosa
1. Informasi
• Narkolepsi adalah ‘kelainan/penyakit’ seumur hidup. Pasien harus mendapat
informasi yang adekuat tentang penyakitnya
• Akan lebih baik lagi apabila informasi disampaikan kepada anggota keluarga, teman,
guru, dokter keluarga, dll yang berhubungan dekat dengan penderita
• Beberapa penderita sangat tertolong apabila berkomunikasi dengan sesama
penderita
2. Tidur malam dan tidur siang sebentar
• Tidur malam yang cukup, dilakukan pada jam yang teratur untuk mencegah
terjadinya ngantuk siang hari
• Tidur siang yang terencana atau tidur singkat di siang hari untuk mengurangi
hipersomnia
3. Pendidikan dan Pekerjaan
• Meskipun narkolepsi tidak mengganggu intelektualitas, hipersomnia dapat
mengganggu konsentrasi dan penampilan di sekolah dan tempat bekerja
• Guru harus diberi informasi tentang keadaan penderita sehingga kesulitan anak-anak
penderita narkolepsi dapat dilakukan pendekatan dengan simpatik, diberi jadwal
aktifitas yang sesuai, dan dapat tidur siang sejenak apabila memungkinkan.
• Pasien memilih pekerjaan tertentu


KONSULTASI :
- Untuk Diagnosa Awal : Dokter Spesialis Saraf
- Terapi Psikologis Awal : Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa
- Kondisi tidak membaik / memburuk : Dokter Spesialis Saraf
JENIS PELAYANAN :
Rawat jalan
TENAGA :
Untuk penatalaksanaan lanjutan : - Dokter Umum atau Dokter Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN :
Untuk mengikuti perkembangan : kontrol secara berkala seumur hidup
PROGNOSIS
- Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Kadang-kadang pada beberapa kasus serangan cataplexia dapat menurun
- Dapat disertai gangguan tidur yang lain seperti OSA, PLMS, dan REM Sleep / Behaviour
Disease.


sumber :

SEDATING MEDICATION

SEDATING MEDICATION
(Hipersomnia karena obat Sedatif)
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis :
Adanya pemakaian obat-obat yang mempunyai efek sedatif seperti obat hipnotik, anti psikotik
(Chlorpromazine,Thioridaz ine), anti depresan golongan trisiklik (amitriptyline, doxepine) anti
konvulsan, anxiolytics (Benzodiazepine), anti histamin (Chlorpheniromine, Dyphenhidramine),
anti hipertensi (Alpha agonist, Alpha blockers), melatonin, putus obat golongan amphetamine.
b. Laboratorium : -
c. Radiologis : -
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS :
Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA:
a. Non Medikamentosa:
Menghentikan obat atau ganti dengan golongan lain yang kurang mempunyai efek sedatif
b. Medikamentosa :
Jika obat tidak dapat dihentikan dicoba dengan pemberian terapi stimulan antara lain
Methylphenidate (Ritalin) 5-80 mg dosis terbagi, Dextroamphetamine (Adderall) 5-60 mg dosis
terbagi, Modofinil (Provigil) 100-400 mg (sekali atau dua kali sehari).
PENYULIT :
Gangguan mood dan psikimotor di siang hari
KONSULTASI :
Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN :
Rawat Jalan
TENAGA :
Spesialis saraf atau Spesialis saraf Steep Consultant
LAMA PERAWATAN :
Segera sembuh dengan penghentian obat sedatif.
PROGNOSIS :
Baik

SUMBER:

Inilah Saatnya


Inilah Saatnya


Inilah saatnya
melepas sepatu yang penuh kisah
meletakan ransel yang penuh masalah
dan mandi mengusir rasa gerah
menenangkan jiwa yang gelisah.

Amarah dan duka
menjadi jeladri dendam
bola-bola api tak terkendali
yang membentur diri sendiri
dan memperlemah perlawanan.
Sebab seharusnya perlawanan
membuahkan perbaikan,
bukan sekedar penghancuran.
Inilah saatnya
meletakkan kelewang dan senapan,
makan sayur urap
mengolah pencernaan,
minum teh poci,
menatap pohon-pohon
dari jendela yang terbuka.
Segala macam salah ucap
bisa dibetulkan dan diterangkan.
Tetapi kalau senjata salah bicara
luka yang timbul panjang buntutnya.
Dan bila akibatnya hilang nyawa
bagaimana akna membetulkannya?
Inilah saatnya
duduk bersama dan bicara.
Saling menghargai nyawa manusia.
Sadar akan rekaman perbuatan
di dalam buku kalbu
dan ingatan alam akhirat.
Ahimsa,
tanpa kekerasan menjaga martabat manusia.
Anekanta,
memahami dan menghayati
keanekaan dalam kehidupan
bagaikan keanekaan di dalam alam.
Menerima hidup bersama
dengan orang-orang yang berbeda.
Lalau duduk berunding
tidak untuk berseragam
tetapi untuk membuat agenda bersama.
Aparigraha,
masing-masing pihak menanggalkan pakaian
menanggalkan lencana golongan
lalu duduk bersama.
Masing-masing pihak hanya memihak
kepada kebenaran.
Inilah saatnya
menyadari keindahan kupu-kupu beterbangan.
Bunga-bunga di padang belantara
Lembutnya daging susu ibu
Dan para cucu masa depan
membaca buku sejarah
mencari ilham.
Inilah saatnya,
Inilah saatnya,
Ya, saudara-saudariku.
Inilah saatnya bagi kita.
Diantara tiga gunung
memeluk rembulan.
WS Rendra
Cipayung Jaya, November 2001

HIPERSOMNIA

HIPERSOMNIA

INSUFFICIENT SLEEP (Sleep Restriction l Deprivation)

Hipersomnia karena kurang tidur, atau pembatasan tidur
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis : 1. Adanya pembatasan jumlah waktu tidur dalam sehari kurang dari 7 jam
(6 jam atau kurang).
2. Mengantuk di siang harinya disertai perubahan mood dan psikomotor.
b. Laboratorium : Tidak diperlukan
c. Radiologis : Tidak diperlukan
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS :
Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA
a. Non Medikamentosa :
Meningkatkan waktu tidur total sampai 8 jam atau lebih. Kadang kadang dibutuhkan
perubahan pola hidup dan pekerjaan.
b. Medikamentosa:
Cara non medikamentosa biasanya berhasil, tetapi bila diperlukan obat stimulan jangka
pendek (Methylphenidote, Ritalin® 5-20 mg pagi dan atau siang hari)
PENYULIT :
- Pembatasan tidur parsial (4-6 jam per malam), jangka pendek (kurang dari 2 minggu)
menyebabkan perubahan mood dan psikomotor serta perubahan endokrin seperti
peningkatan kadar kortisol dan resistensi insulin yang ringan.
- Pembatasan tidur parsial yang kronis menyebabkan peningkatan angka kematian karena
penyakit jantung dan kematian pada umumnya.
KONSULTASI :
Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN :
Rawat jalan
TENAGA :
Spesialis saraf dan atau konsultan sleep disorder
LAMA PERAWATAN :
Biasanya berlangsung jangka pendek, jarang kronis
PROGNOSIS :
Baik bila diobati dengan benar

sumber :


VERTIGO

VERTIGO

Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oteh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.

Klasifikasi :
Vestibulogenik :
a. Primer : motion sickness, benign paroxysmal positional vertigo, Meniere disease, neuronitis vestibuler, drug-induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler, neuroma akustik.
Nonvestibuler : Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik, dll.

KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms) dan objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
v Gejala subjektif
• Pusing, rasa kepala ringan
• Rasa terapung, terayun
• Mual
v Gejala objektif
• Keringat dingin
• Pucat
• Muntah
• Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
• Nistagmus

Gejala tersebut di atas dapat diperhebat / diprovokasi perubahan posisi kepala.
v Dapat disertai gejala berikut:
• Kelainan THT
• Kelainan Mata
• Ketainan Saraf
• Kelainan Kardiovaskular
• Kelainan Penyakit Dalam lainnya
• Kelainan Psikis
• Konsumsi obat-obat ototoksik

A. Anamnesis
• Bentuk vertigo : melayang, goyang berputar, dsb.
• Keadaan yang memprovokasi : perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.
• Profil waktu : Akut, paroksismal, kronik.
• Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
• Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin, salisilat.
• Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru.
• Adanya nyeri kepala.
• Adanya kelemahan anggota gerak.

B. Pemeriksaan Fisik
Umum : Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan tegak, nadi, jantung, paru, abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum :
• Kesadaran
• Saraf-saraf otak : visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot wajah, pendengaran, dan menelan.

C. Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dan fungsi sensorik (hipestesi, parestesi).
Pemeriksaan khusus Oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan perifer.
• Fungsi vestibuler / serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike (cara: Lampiran)
D. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium : darah rutin, kimia darah, urin, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.
• Pemeriksaan Radiologi : Foto tulang tengkorak leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
• Pemeriksaan Neurofisiologi : elektroensefalografi (EEG), elektromiografi (EMG).
• Pemeriksaan Neuro-imaging : CT Scan kepala, pnemoensefalografi, Tronscronial Doppler.

TATA LAKSANA
v Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
v Terapi simptomatik :
Pengobatan simptomatik vertigo :
• Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan glutamat, menekan  ktivitas NMDA spesial channel, bekerja langsung sebagai depresor labirin):
Flunarisin (Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
• Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory; monoaminergik dengan akibat inhibisi n.vestibualris) : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x50 mg/hr.
• Histaminik (inhibisi neuron potisinaptik pada n. vestibularis lateralis) : Betahistine (Merislon) 3 x 8 mg.
• Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di M. oblongata): Chlorpromazine (largaktil) : 3 x 25 mg/hr
• Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada n. vestibutaris) 3 x 2-5 mg/hr
• Antiepileptik : Carbamazepine (Tegretol) 3 x 200 mg/hr, Fenitoin (Dilantin) 3 x 100 mg (bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG)
• Campuran obat-obat di atas.

Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah) :
• Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3 x 10 mg/hr
v Terapi rehabilitasi
• Latihan visual-vestibular, Metode Brandt-Daroff, Galt Exercise

PENYULIT
• Dehidrasi
• Gangguan elektrolit

KONSULTASI
• THT dan unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi.

JENIS PELAYANAN
• Rawat jatan
• Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat

TENAGA STANDAR
• Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf

LAMA PERAWATAN
• Minimal 1 minggu

PROGNOSIS
• Tergantung penyebab
MANUVER NYLEN BARANY
(HALLPIKE MANOUVRE)
lalah pemeriksaan untuk mencari adanya vertigo/ nistagmus posisional paroksismal dan
membedakan vertigo sentral dan perifer.
Cara:
1. Penderita duduk di meja periksa kemudian disuruh cepat-cepat berbaring terlentang dengan kepala tergantung (disanggah dengan tangan pemeriksa) di ujung meja dan cepat-cepat kepala disuruh menengok kekiri (10°-20°), pertahankan sampai 10-15 detik, lihat adanya nistagmus.
2. Kemudian kembali ke posisi duduk dan lihat adanya nistagmus (10-15 detik).
3. Ulangi pemeriksaan dengan kepala menengok ke kanan.
Hasil :
Orang normal dengan manuver tersebut tidak timbul vertigo atau nistagmus.



sumber:

Miastenia Gravis

Miastenia Gravis
ICD G 70.7
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Kelemahan / kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan secara umum.
2/3 pasien : Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien : Kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan dan berbicara
10% :
- Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari dan memberat jika siang, seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progressif
- Setelah 15-20 tahun kelumpuhan menetap
- Faktor yang memperparah gejala :
Emosi, infeksi viral, hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi neuromuscular
- Pemeriksaan pita suara
Penunjang :
Laborat :
- Pemeriksaan edrophonium cloride (Tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
Penunjang :
1. Repetitive Nerve Stimulation
2. Simple filter EMG
Gold standard : -
Radiologis : -
DIAGNOSIS BANDING
- Histeria
- Multiple sclerosis
- Symptomatic myasthenia
- Syndroma moebius
- Cholinergic crisis
TATALAKSANA
- Cholinesterase (CHE) inhibitor menurunkan hidrolisis enzim Ach, pada sinap cholinergik
ChE, kemungkinan menyembuhkan pasien miastenia gravis lebih besar dari yang lain.
Pyrido stigmuno bromide (Mestinon) dan Neustigramin Bromide (Prostigmin). Tidak ada
penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE inhibitor sangat bervariatif.
- Thymectomy : Pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon yang diharapkan muncul 2-5
tahun post OP. Thymectomy pada usia > 60 th jarang menunjukkan kesembuhan.
- Kortikosteroid : Prednison 1,5-2 mg / kg / BB
Multiple Sclerosis
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
• Gejala & tanda obyektif penyakit tersebar
• Memiliki fase remisi & eksaserbasi
• Neuritis optik, neuritis retro bulbar
• Skotoma sentral, kepucatan fundus bitemporal, strabismus
• Hilangnya refleks kulit dan abdomen
• Meningginya refleks fisiologi pada tungkai
• Tanda-tanda spastisitas, klonus & Babinsky sign
• Tremor nistagmus, ataksia
• Gangguan bicara
• Kelainan emosional
Penunjang
Laboratorium
LCS : LP harus dikerjakan pada setiap pasien yang dicurigai MS
Jumlah Sel : Limfositosis pleiositik (> 5 sel per mm3) umumnya sel mononuklear jarang
polimorfonuklear. Semakin awal diperiksa semakin tinggi jumlah sel.
Kadar protein : dengan sistem pandy positif, kwantitatif kadar gamma globulin meningkat.
Fundus : kepucatan fundus bitemporal
EEG : pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan spesifik
Elektro okulo / nistagmograf : mendeteksi nistagmus yang tidak terlihat mata telanjang
Bila CT Scan : Positif pada MS bila lesi ½ -2 cm
MRI
DIAGNOSIS BANDING
- Hereditary ataxic
- Familial spastic paraplegia
- Vit. B12 defisiensi
- Tropical spastic paralysis
- SLE
- Sjogren syndrome
- Bekcet disease
- Acute diseminated encephalomalasia
- Lyme disease
- Adreno leukodistrophy
TATALAKSANA
Kortikosteroid kontinyu sebagai standar pengobatan :
- Stabilisasi Blood Brain Barrier
- Mengurangi inflamasi & oedem
- Meningkatkan nerve conduction
- Menghambat sistem imune
INF ↓, IL 2 ↓, Antibody immunosupresan, NK cell ↓
Amyotropic Lateral Sclerosis
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Progressive
Kelemahan otot asimetrik, atropi otot, fasikulasi, hiperrefleksia.
Ekstremitas bawah gejala awal kram, kaku bila berjalan / lari
Ekstremitas atas kesulitan beraktifitas mengancingkan baju, mengangkat benda ringan, bicara
parau atau penurunan volume fasikulasi anggota gerak dan lidah, nyeri sendi gangguan menelan
siallorhea (salivasi berlebih)
Ketakutan, kecemasan dan depresi. Gangguan emosi berlebih tertawa dan menangis bergantian,
kakhexia yang sulit dijelaskan, atropi otot atau faktor nutrisi.
Diagnosis :
Atropi, fasikulasi, kelemahan progresif, hiperrefleksia.
Pemeriksaan perlu diulang-ulang untuk membuktikan perkembangan hiperefleksi, fasikulasi dan
keterlibatan upper & lower motor neuron.
Laboratorium
- Tak ada test yang pathognomonic
- Serum protein, logam berat pada tiroid dan paratiroid
- High titer anti CN, antibodies
Radiologi : Myelogram of Cervical Spine
Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Spinal Cord Lesion
- Spinal Bone Lesion
- Infection
- Gg. Endokrin
- Toksin
- Post-polio Syndrom, Huntington disease, Freiderich Ataxia, Multiple Sclerosis,
Polimyositis, Myasthenia gravis, Muscular Distrohyi
TATALAKSANA
Medikamentosa
- Simptomatik
Spastisitas dikurangi dengan Baclofen (Lioneral) 10-25 gram 3 x sehari Valium 2-15 mg 3 x 1
Diazepam, Dextrolena (Dentrium) 50-100 gram 4 x sehari
- Pain
NSAID & antikonvulsi
Karbamazepin 200 g 3 x 1
Amytriptilin 50-150 malam
- Obat terbaru untuk ALS
Riluzole (Rilutek) : terbukti menurunkan pelepasan glutamate 100 mg / hari
Adverse reaction : Asthenia, nausea, dizziness, elevation of liver enzyme, granulacytopenia
- Suportive therapy (Fisioterapi)
* Physical terapi dimulai awal, exercise meningkatkan kekuatan, range of motion dan
endurance
* Diatermi, Massage, TENS
* Occupational terapi
* Speech terapi


sumber:

Sindroma Guillain Barre

Sindroma Guillain Barre

KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Kelemahan ascenden dan simetris.
- Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota gerak atas. Kelemahan otot proksimal
lebih dulu terjadi dari otot distal kelemahan otot trunkal, bulbar dan otot pernafasan juga
terjadi.
- Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa ringan sampai tetraplegi dan gangguan nafas.
- Puncak defisit dicapai 4 minggu
- Recovery biasanya dimulai 2-4 minggu
- Gangguan sensorik biasanya ringan
- Gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi sejenis
- Gangguan N. cranialis bisa terjadi : facial drop, diplopia, disartria, disfagi
- Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai
- Gangguan otonom dari takikardi, bradikardi, flushing paroxysmal, hipertensi ortostatik dan
anhidrosis
- Retensio urin dan ileus paralitik
- Gangguan pernafasan :
• dyspnoe
• nafas pendek
• sulit menelan
• bicara serak
• gagal nafas
Pemeriksaan Fisik :
Kelemahan N. cranialis VII, VI, III, V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, asenden, asimetris upper extremitas, facial
Reflex : absen atau hiporefleksi
Reflex patologi : -
Penunjang :
Laboratorium :
• LCS :
- Disosiasi sitoalbumin
- Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS > 0,55 g/l, tanpa peningkatan dari sel < 10
lymposit / mm3
- Hitung jenis dan panel metabolik tidak begitu bernilai
- Peningkatan titer dari agent seperti CMV, EBV / micoplasma membantu penegakan etiologi
untuk manfaat epidemiologi
- Antibodi glycolipid
- Antibodi GMI
• Ro : CT / MRI untuk mengeksklusi diagnosa lain seperti myelopati
• EMG
DIAGNOSIS BANDING
- Polineuropati terutama karena defisiensi metabolik
- Tetraparesis penyebab lain
- Hipokalemi
- Miasthenia gravis
TATALAKSANA
- Tidak ada drug of choice
- Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan gangguan pernafasan
- Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
- Roboransia saraf parenteral
- Perlu NGT bila kesulitan mengunyah / menelan
- Kortikosteroid masih kontroversial, bila terjadi paralisis otot berat maka perlu kortikosteroid
dosis tinggi
PENYULIT
- Gangguan otot pernafasan → respiratory failure
- Konsultasi : IPD, Anastesi, Paru
- Jenis pelayanan : Urgent & emergency
- Lama perawatan : 2-4 minggu


sumber:



KESADARAN MENURUN DAN COMA

KESADARAN MENURUN DAN COMA
ICD R40

DEFINISI
Sadar : disebut sadar bila sadar akan diri dan lingkungannya.
Gangguan Kesadaran : Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan sekitarnya
Ketidakmampuan :
Ringan → berat : ada derajat / tahapan
- Obtundity
- Stupor
- Semi Koma
- Koma
→ Obtundity : dalam keadaan biasa ingin tidur, baru terbangun dan mengikuti perintah bila
ada rangsangan
→ Stupor : • Penderita tidur terus
• Ada gerakan spontan
• Ada respon dengan rangsang
• Dengan rangsang berurutan ada waktu bebas respon
→ Semi koma : Hanya dengan rangsang sakit ada respon
→ Koma : Tak ada respon dengan rangsang nyeri
ETIOLOGI
I. Lesi Struktural
a. Lesi Supratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : Stroke, tumor, abses serebri
- Status konvulsivus / epilepsy
b. Lesi Infratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : stroke, tumor, abses serebri
II. Non Struktural / Metabolik
A. Primer
1. Penyakit pada substansia grisea : Pick's Disease, Alzhoimer's disease
2. Penyakit pada substansia alba : Leukodistropi
B. Sekunder
Hipoksia penurunan kadar dan tekanan oksigen darah : penyakit paru-paru, penurunan
tekanan atmosfir oksigen
Penurunan kadar oksigen darah namun tekanan normal : anemia, keracunan CO
Iskemia :
Penurunan CBF karena kardiac out put menurun : cardiac arrest, aritmia kordis, Adam
Stokes Syndrom, infark miokard, gagal jantung kongestif
Penurunan CBF karena tahanan perifer dalam sirkulari sistemik menurun :
Sinkop, ortostatik hipotensi, vasofagal refleks.
Penurunan CBF karena peningkatan tahanan vaskuler :
Encephalopati hipertensi, sindroma hiperventilasi, polisitemia.
Hipo / Hiperglikemia
Defisiensi Kofaktor : defisiensi tiamin
Gangguan Fungsi Ginjal
Gangguan Fungsi Hati
Gangguan Elektrolit : K, Na, Ca, Mg
KRITERIA DIAGNOSTIK
Anamnesis / Alloanamnesis
1. Riwayat penyakit sebelumnya : hipertensi, diabetes, gagal ginjal, gangguan fungsi hati,
pengguna obat-obat narkotik
2. Keluhan sebelum terjadi gangguan kesadaran : nyeri kepala, muntah-muntah
3. Menggunakan obat-obat sebelum terjadi gangguan kesadaran : obat diabet, narkotik
Pemeriksaan fisik umum
1. Vital Sign : tekanan darah, nadi dan respirasi.
2. Pemeriksaan luka terutama luka di kepala dan leher : bottle sign, perdarahan hidung,
perdarahan kelopak mata, krepitasi tulang tengkorak.
3. Pemeriksaan suhu badan dan suhu rektal.
4. Pemeriksaan bau nafas dan badan : fetor hepaticum, bau nafas alkohol, bau nafas
faeces
5. Pemeriksaan warna dan turgor kulit : sianosis, kepucatan, ikterik.
Pemeriksaan Neurologi
1. Pemeriksaan Neurologi umum : tanda-tanda rangsang meningeal, pemeriksaan motorik,
pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan nervi kranialis
2. Pemeriksaan Glassgow Coma Scale : perneriksaan yang bersifat kwantitatif dan
kwalitatif pada gangguan kesadaran.
3. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi batang otak meliputi :
a. Gerakan bola mata
b. Refleks kornea
c. Refleks mata boneka / refleks kalori
d. Reaksi pupil terhadap cahaya
e. Refleks muntah / batuk
4. Pola Pernafasan : Hubungan pola pernafasan dengan letak lesi
a. Eupnea : diencephalons atas
b. Cheyne stokes : lesi di diencephalon bawah
c. Hiperventilasi neurogenik sentral lesi di mesencephalon
d. Ataxic breathing : lesi di pons
e. Apneutic breathing : lesi di pons bawah / medulla oblongata
f. Apnea : lesi di medulla oblongata
5. Pupil : Hubungan reaksi pupil terhadap letak lesi :
a. Pupil kecil reaktif tehadap cahaya : korteks / diencephalons
b. Pupil besar normal di tengah mesencephalon
c. Pupil kecil di tengah pons
d. Pupil sedikit melebar di tengah tectum
e. Isokor :
- Pint point : lesi pons,overdosis morphin
- Kecil reaktif : ensefalopati metabolik
- Sedang reaktif : ensefalopati metabolik; tidak reaaktif terhadap cahaya, lesi
thalamus
- Besar / Midriasis : antidepressan, ekstasi, cholinesterase inhibitor
f. Anisokor :
- Besar / tidak reaktif : N.III parese
- Kecil reaktif : Horner Syndrome
6. Kedudukan bolo mata : Hubungan kedudukan bola mata dengan letak lesi
a. Deviasi Conjugee : lesi hemispherinum serebri besar
b. Strabismus konvergen dan pupil kecil : thalamus
c. Pupil kecil di tengah : lesi di pons
d. Pupil besar di tengah kesulitan melihat ke samping : lesi di cerebellum
e. Pupil anisokor refleks cahaya (-) : herniasi tentorial
7. Refleks sephalic batang otok termasuk disini adalah :
a. Refleks pupil
b. Doll's eye movement
c. Oculo auditory refleks
d. Oculo vestibulo refleks
e. Refleks Kornea
9. Observasi umum lainnya
Ada gerakan automatisme seperti menguap, membasahi bibir, berarti fungsi batang otak
masih baik.
Ada gerakan miokolonik jerk berarti ada lesi hemispherium cerebri yang diffus.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tidur : keadaan non patologis dimana ada penurunan kesadaran yang dengan mudah
dibangunkan.
2. Akinetik mutisme : penderita dalam keadaan bangun, mata terbuka, tapi sangat lamban
berespon terhadap pertanyaan yang diajukan.
3. Sindroma locked-in : Penderita dengan mata terbuka / sadar dengan komunikasi
terganggu, ada sedikit gerakan terutama gerakan mata melirik ke atas ke bawah.
4. Status kotatonik : sadar penuh fungsi motorik normal tapi tidak bisa berkomunikasi
dengan baik.
TATALAKSANA
Gangguan kesadaran sampai koma adalah keadaan darurat medis untuk itu perlu penanganan
yang cepat, tepat dan akurat mulai dari ruang unit gawat darurat sampai ke ruang perawatan
intensif. Penanganan terbagi atas dua bagian besar yaitu :
A. Supportif
Penderita kesadaran menurun dilihat / dinilai
• Jalan Nafas
• Pernafasan
• Tekanan Darah
• Cairan tubuh (asam basa, elektrolit)
• Posisi tubuh
• Pasang Naso Gastrik Tube
• Katheter Urine
1. Jalan Nafas
• Dilihat :
- Agitasi : Kesan hipoksemia
- Gerakan nafas : dada
- Retraksi sel iga, dinding perut, sub kosta klavikula
• Didengar suara tambahan berupa dengkuran, kumuran, siulan : ada sumbatan
• Di raba :
- getaran ekspirasi
- getaran di leher
- fraktur mandibuler
• Yang menyebabkan gangguan jalan nafas :
- Lidah / epiglotis
- Muntahan, darah, sekret benda asing
- Trauma mandibula / maksila
• Alat yang dipakai
- Jalan nafas orofaringeal
- Jalan nafas nasofaringeal
- Jalan nafas definitif
Ø Intubasi
Ø Pembedahan
Pola pernafasan
Lesi sentral : Pola nafas
- Eupnea
- Cheyne Stoke
- Sentral Neurogenik Hiperventilasi
- Apnea
Lesi Perifer
- Nafasinterkostal
- Nafas diagfragma (dinding perut)
Diusahakan :
• Hemodinamik stabil (tidak naik turun)
• Kondisi tensi normal
• Dihindari : Hipertensi / meninggi, shock
Jenis Shock :
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Sepsis
- Penimbunan vena perifer (polling)
3. Cairan Tubuh
- Cegah hidrasi berlebihan
- Cairan Hipotonik, Hipoprotein dan lama pakai ventilator mudah terjadi hidrasi
- Tekanan osmotik dipertahankan dengan albumin
- Hindari Hiponatremia
4. Gas darah dan Keseimbangan Asam Basa
- Alat Bantu Oximeter untuk mengetahui oksigenasi diusahakan SaO2 > 95 dan PaO2 >
80 mg (dengan analisa gas darah)
- PO2 dibuat sampai 100 - 150 mmhg dengan cara diberi O2
- FaCO2 : 25 - 35 mm dengan hiperventilasi
5. Pasang Naso Gastric Tube
Pengeluaran isi Lambung berguna :
- Mencegah aspirasi, intoksikasi
- Nutrisi parenteral
6. Posisi
- Hindari posisi Trendelemberg
- Posisi kepala 30° lebih tinggi
- Pada Koma yang lama hindari :
* Dekubitus : sering alih posisi
* Vena dalam Thrombosis : pakai stocking
7. Katheter Urine
- Untuk memudahkan penghitungan balans cairan
- Mencegah kebocoran urin
- Berguna pada gangguan kencing
B. Therapi Kausatif / Spesifik
1. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk dengan panas yang mulai beberapa hari
sebelumnya sangat mungkin primerinfeksi (meningitis, encefalitis) di otak bila gangguan
kesadaran tanpa kaku kuduk sangat mungkin primer infeksi bukan di otak.
2. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk tanpa panas sangat mungkin perdarahan
subarahnoid.
3. Gangguan kesadaran dengan didapatkan gejala neurologis fokal (hemiparesis,
heminervikranial palsy) penyebabnya lesi intracranial.
4. Gangguan kesadaran disertai tanda-tanda tekanan intrakranial meninggi : (muntahmuntah
proyektil, parese N. III, kaku kuduk, penglihatan kabur secepatnya diberi manitol,
dexamethason, dibuat hiperventilasi.
5. Gangguan kesadaran tanda disertai kaku kuduk atau / dan gejala neurologis fokal,
bradikardi sangat mungkin penyebabnya metabolik.
6. Gangguan kesadaran dengan tanda herniasi intrakranial (anisokor, isokor miosis /
midrasis dengan tetraparesis) termasuk gawat darurat secepatnya perlu tindakan.
7. Gangguan kesadaran dengan penyebab yang sudah jelas, dapat diterapi spesifik untuk
penyebab :
- Hipoglikemi : Glukosa
- Overdosis Opiat : Nalokson
- Overdosis Benzodiazepin : Flumazenil
- Wernicke Ensephalopaty : Thiamin
KONSULTASI :
- Bagian bedah Saraf
- Bagian Penyakit Dalam
- Bagian Anestesi
- Bagian Kardiologi
- Bagian Pulmonologi
TENAGA
Perawat, Dokter umum, Dokter spesialis saraf
JENIS PELAYANAN
Jenis Pelayanan termasuk keadaan darurat neurologis perlu tindakan cepat, tepat dan akurat dan
perlu dirawat di ruang pelayanan intensif
LAMA PERAWATAN
1-5 hari


sumber :