konsensus PNPK buku ajar Pedoman SPM

Tampilkan postingan dengan label Metabolik Endokrin Dan Nutrisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Metabolik Endokrin Dan Nutrisi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 November 2016

Malnutrisi Energi Protein


Masalah Kesehatan
MEP adalah penyakit akibat kekurangan energi dan protein umumnya disertai defisiensi nutrisi lain.
Klasifikasi dari MEP adalah :
1. Kwashiorkor
2. Marasmus
3. Marasmus Kwashiorkor

Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Kwashiorkor, dengan keluhan:
 Edema
 Wajah sembab
 Pandangan sayu
 Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit, rontok
 Anak rewel, apatis
2. Marasmus, dengan keluhan:
 Sangat kurus
 Cengeng
 Rewel
 Kulit keriput
3. Marasmus Kwashiorkor, dengan keluhan kombinasi dari ke-2 penyakit tersebut diatas.

Faktor Risiko
Berat badan lahir rendah, HIV, Infeksi TB, pola asuh yang salah

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
1. BB/TB < 70% atau < -3SD
2. Marasmus: tampak sangat kurus, tidak ada jaringan lemak bawah kulit, anak tampak tua, baggy pants appearance.
3. Kwashiorkor: edema, rambut kuning mudah rontok, crazy pavement dermatosa
4. Tanda dehidrasi
5. Demam
6. Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
7. Sangat pucat
8. Pembesaran hati, ikterus
9. Tanda defisiensi vitamin A pada mata: konjungtiva kering, ulkus kornea, keratomalasia
10. Ulkus pada mulut
11. LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: gula darah, Hb, Ht, preparat apusan darah, urin rutin, feses
2. Antropometri
3. Foto toraks
4. Uji tuberkulin

Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis dengan gizi buruk, apabila:
1. BB/TB < -3SD atau 70% dari median (marasmus).
2. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB >-3SD atau marasmik-kwashiorkor BB/TB <-3SD).
  
Tabel 12.8 Klasifikasi Malnutrisi Energi Protein (MEP)
Kriteria
Klinis
Antropometri (BB/TB-PB)
Gizi buruk
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki atau seluruh tubuh
<-3SD
Gizi kurang
Tampak kurus
-3SD < -2SD

Diagnosis Banding: -

Komplikasi
Anoreksia, Pneumonia berat, Anemia berat, Infeksi, Dehidrasi berat, Gangguan elektrolit, Hipoglikemi, Hipotermi, Hiperpireksia, Penurunan kesadaran

Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan dan Target Terapi


Gambar : Langkah penanganan gizi buruk terbagi dalam fase stabilisasi dan rehabilitasi

Penanganan pasien dengan MEP, yaitu:
 Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk dengan dosis sesuai umur pada saat pertama kali ditemukan
 Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa makanan lokal atau pabrikan.

- Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeuticatau gizi siap saji, F100 atau makanan lokal dengan densitas energi yg sama terutama dari lemak (minyak/santan/margarin).

- Pemberian jenis makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa pemulihan (rehabilitasi):
o 1 minggu pertama pemberian F100.
o Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi seiring dengan penambahan makanan keluarga.

Kunjungan Rumah
 Tenaga kesehatan atau kader melakukan kunjungan rumah pada anak gizi buruk rawat jalan, bila:
- Berat badan anak sampai pada minggu ketiga tidaknaik atau turun dibandingkan dengan berat badanpada saat masuk (kecuali anak dengan edema).
- Anak yang 2 kali berturut-turut tidak datang tanpa pemberitahuan
 Kunjungan rumah bertujuan untuk menggali permasalahan yang dihadapi keluarga termasuk kepatuhan mengonsumsi makanan untuk pemulihan gizi dan memberikan nasihat sesuai dengan masalah yang dihadapi.
 Dalam melakukan kunjungan, tenaga kesehatan membawa kartu status, cheklist kunjungan rumah, formulir rujukan, makanan untuk pemulihan gizi dan bahan penyuluhan.
 Hasil kunjungan dicatat pada checklist kunjungan dan kartu status. Bagi anak yang harus dirujuk, tenaga kesehatan mengisi formulir rujukan.

Konseling dan Edukasi
 Menyampaikan informasi kepada ibu/pengasuh tentang hasil penilaian pertumbuhan anak.
 Mewawancarai ibu untuk mencari penyebab kurang gizi.
 Memberi nasihat sesuai penyebab kurang gizi.
 Memberikan anjuran pemberian makan sesuai umur dan kondisi anak dan cara menyiapkan makan formula, melaksanakan anjuran makan dan memilih atau mengganti makanan.

Kriteria Rujukan
1. Bila terjadi komplikasi, seperti: sepsis, dehidrasi berat, anemia berat, penurunan kesadaran
2. Bila terdapat penyakit komorbid, seperti: pneumonia berat

Peralatan
1. Alat pemeriksaan gula darah sederhana
2. Alat pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa
3. Skala antropometri

Tingkat Kemampuan : 4A

Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam untuk ad vitam, sedangkan untuk quo ad fungsionam dan sanationam umumnya dubia ad malam.

Referensi
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4 ed. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.

2. Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Kemkes RI. Jakarta. 2011. 

Selasa, 29 November 2016

Dislipidemia


Masalah Kesehatan
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL. Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis sehingga dapat menyebabkan stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Peripheral Arterial Disease (PAD), Sindroma Koroner Akut (SKA).
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pada umumnya dislipidemia tidak bergejala dan biasanya ditemukan pada saat pasien melakukan pemeriksaan rutin kesehatan (medical check-up).
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Pemeriksaaan antropometri (lingkar perut dan IMT/Indeks Massa Tubuh).

Cara pengukuran IMT(kg/m2)= BB(kg)/TB2(m)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan:
1. Kadar kolesterol total
2. Kolesterol LDL
3. Kolesterol HDL
4. Trigliserida plasma

Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Tabel 12.3 Interpretasi kadar lipid plasma berdasarkan NECP (National Cholesterol Education Program)

Kolesterol LDL
< 100 mg/Dl
Optimal
100-129 mg/dL
Mendekati optimal
130-159 mg/dL
Borderline
160-189 mg/dL
Tinggi
≥ 190 mg/dL
Sangat tinggi
Kolesterol Total
< 200 mg/dL
Diinginkan
200-239 mg/dL
Borderline
≥ 240 mg/dL
Tinggi
Kolesterol HDL
< 40 mg/dL
Rendah
≥ 60 mg/dL
Tinggi
Trigeliserida
< 150 mg/dL
Optimal
150-199 mg/dL
Borderline
200-499 mg/dL
Tinggi
≥ 500 mg/dL
Sangat tinggi


Diagnosis Banding : -

Komplikasi
Penyakit jantung koroner, stroke

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian jumlah faktor risiko penyakit jantung koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL yang harus dicapai.

Berikut ini adalah tabel faktor risiko (selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP III:

Tabel 12.4 Faktor risiko utama (selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran kolesterol LDL
Perokok sigaret
Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat antihipertensi)
Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol HDL ≥60mg/dl maka mengurangi satu faktor risiko dari jumlah total
Riwayat keluarga PJK dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun
Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun.

Kategori Risiko
Sasaran Kolesterol LDL (mg/dl)

1. Risiko Tinggi
a. Mempunyai Riwayat PJK dan
b. Mereka yang mempunyai risiko yang disamakan dengan PJK
 Diabetes Melitus
 Bentuk lain penyakit aterosklerotik yaitu stroke, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta abdominalis
 Faktor risiko multipel (> 2 faktor risiko) yang mempunyai risiko PJK dalam waktu 10 tahun > 20 % (lihat skor risiko Framingham)

2. Risiko Multipel (≥2 faktor risiko) dengan risiko PJK dalam kurun waktu 10 tahun < 20%
3. Risiko Rendah (0-1 faktor risiko) dengan risiko PJK dalam kurun waktu 10 tahun < 10 %


















<100
<130


3. Selanjutnya penatalaksanaan pada pasien ditentukan berdasarkan kategori risiko pada tabel diatas. Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan untuk masing-masing kategori risiko:



 Gambar  Penatalaksanaan untuk masing-masing kategori risiko

4. Terapi non farmakologis
a. Terapi nutrisi medis

Pasien dengan kadar kolesterol LDL tinggi dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak total dan lemak jenuh, dan meningkatkan asupan lemak tak jenuh rantai tunggal dan ganda. Pada pasien dengan trigliserida tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat, alkohol, dan lemak
b. Aktivitas fisik

Pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai kondisi dan kemampuannya.
5. Tata laksana farmakologis

Terapi farmakologis dilakukan setelah 6 minggu terapi non farmakologis.

Tabel 12.6 Obat hipoglikemik dan efek terhadap kadar lipid plasma

Jenis Obat
Kolesterol LDL
Kolesterol HDL
Trigliserida
Statin
↓ 18 – 55 %
↑ 5- 15 %
↓ 7 – 30 %
Resin
↓ 15 – 30 %
↑ 3- 5 %
-
Fibrat
↓ 5 – 25 %
↑ 10 - 20 %
↓ 20 – 50 %
Asam Nikotinat
↓ 5 – 25 %
↑ 15- 35 %
↓ 20 – 50 %
Ezetimibe
↓ 17 – 18 %
↑ 3- 4 %
-

Tabel 12.7 Obat Hipolopidemik
Jenis Obat
Dosis
Efek Samping
Resin
Kolestiramin
Kolestipol
4 – 16 gram/hari
5 – 20 gram/hari
Konstipasi, gangguan absorbs obat lain
Golongan Asam Nikotinat
Asam Nikotinat
Lepas cepat 1,5-3 gram/hari
Lepas lambat 1-2 gram/hari
Flushing, hiperglikemia, hiperuricemia, hepatotoksik, gangguan saluran cerna
Golongan Statin
Fluvastatin
Lovastatin
Pravastatin
Simvastatin
Atorvastatin
Rosuvastatin
Pitavastatin
20 – 80 mg malam hari
5 – 40 mg malam hari
5 – 40 mg malam hari
5 – 40 mg malam hari
10 – 80 mg malam hari
10 – 40 mg malam hari
1 – 4 mg malam hari
Miopati, Peningkatan SGOT/SGPT, Rhabdomiolosis
Golongan Asam Fibrat
Fenofibrat
Gemfibrozil
145,160 mg 1x/hari
600 mg 2x/hari
900 mg 1x/hari
Dispepsia, miopati
Kontraindikasi: gangguan fungsi hati dan ginjal berat
Penghambat Absorbsi Kolesterol
Ezetimibe
10 mg 1x/ hari
Dispepsia, sakit kepala dan punggung


Konseling dan Edukasi
1. Perlu adanya motivasi dari pasien dan keluarga untuk mengatur diet pasien dan aktivitas fisik yang sangat membantu keberhasilan terapi.
2. Pasien harus kontrol teratur untuk pemeriksaan kolesterol lengkap untuk melihat target terapi dan maintenance jika target sudah tercapai.

Kriteria Rujukan
1. Terdapat penyakit komorbid yang harus ditangani oleh spesialis.
2. Terdapat salah satu dari faktor risiko PJK


No. ICPC-2 : T93 Lipid disorder
No. ICD-10 : E78.5 Hiperlipidemia
Tingkat Kemampuan : 4A 

Peralatan
Pemeriksaan kimia darah
Prognosis
Dengan penatalaksanaan yang tepat maka dapat dicegah terjadinya komplikasi akibat dislipidemia.
Referensi
1. Azwar, B. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Medan: FK USU.2004. (Azwar, 2004)
2. Darey, Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. 2005. (Darey, 2005)
3. Ganiswarna, Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.2007. (Ganiswarna, 2007)
4. Sudoyo, A. Setyohadi, B. Alwi, I. Setiati, S.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.2009.
5. PERKENI, Konsensus Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2012 (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2012)


Jumat, 18 November 2016

Hiperurisemia-Gout Arthritis


Masalah Kesehatan
Kondisi kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,0 mg/dl pada pria dan pada wanita 6 mg/dl. Hiperurisemia dapat terjadi akibat meningkatnya produksi ataupun menurunnya pembuangan asam urat, atau kombinasi dari keduanya.
Gout adalah radang sendi yang diakibatkan deposisi kristal monosodium urat pada jaringan sekitar sendi.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Bengkak pada sendi
2. Nyeri sendi yang mendadak, biasanya timbul pada malam hari.
3. Bengkak disertai rasa panas dan kemerahan.
4. Demam, menggigil, dan nyeri badan.

Apabila serangan pertama, 90% kejadian hanya pada 1 sendi dan keluhan dapat menghilang dalam 3-10 hari walau tanpa pengobatan.
Faktor Risiko
1. Usia dan jenis kelamin
2. Obesitas
3. Alkohol
4. Hipertensi
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Penyakit-penyakit metabolik
7. Pola diet
8. Obat: aspirin dosis rendah, diuretik, obat-obat TBC

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Arthritis monoartikuler dapat ditemukan, biasanya melibatkan sendi metatarsophalang 1 atau sendi tarsal lainnya. Sendi yang mengalami inflamasi tampak kemerahan dan bengkak.
Pemeriksaan Penunjang
1. X ray: Tampak pembengkakan asimetris pada sendi dan kista subkortikal tanpa erosi
2. Kadar asam urat dalam darah > 7 mg/dl.

Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan untuk diagnosis definitif gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat (MSU) di cairan sendi atau tofus.
Gambaran klinis hiperurisemia dapat berupa:
1. Hiperurisemia asimptomatis

Keadaan hiperurisemia tanpa manifestasi klinis berarti. Serangan arthritis biasanya muncul setelah 20 tahun fase ini.
2. Gout arthritis, terdiri dari 3 stadium, yaitu:
a. Stadium akut
b. Stadium interkritikal
c. Stadium kronis
3. Penyakit Ginjal

Diagnosis Banding
Sepsis arthritis, Rheumatoid arthritis, Arthritis lainnya

Komplikasi
1. Terbentuknya batu ginjal
2. Gagal ginjal.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Mengatasi serangan akut dengan segera

Obat: analgetik, kolkisin, kortikosteroid

a. Kolkisin (efektif pada 24 jam pertama setelah serangan nyeri sendi timbul. Dosis oral 0,5-0.6 mg per hari dengan dosis maksimal 6 mg.
b. Kortikosteroid sistemik jangka pendek (bila NSAID dan kolkisin tidak berespon baik) seperti prednisone 2-3x5 mg/hari selama 3 hari
c. NSAID seperti natrium diklofenak 25-50 mg selama 3-5 hari
2. Program pengobatan untuk mencegah serangan berulang
Obat: analgetik, kolkisin dosis rendah
3. Mengelola hiperurisemia (menurunkan kadar asam urat) dan mencegah komplikasi lain
a. Obat-obat penurun asam urat

Agen penurun asam urat (tidak digunakan selama serangan akut). Pemberian Allupurinol dimulai dari dosis terendah 100 mg, kemudian bertahap dinaikkan bila diperlukan, dengan dosis maksimal 800 mg/hari. Target terapi adalah kadar asam urat < 6 mg/dl.
b. Modifikasi gaya hidup
 Minum cukup (8-10 gelas/hari).
 Mengelola obesitas dan menjaga berat badan ideal.
 Hindari konsumsi alkohol
 Pola diet sehat (rendah purin)

Kriteria Rujukan
1. Apabila pasien mengalami komplikasi atau pasien memiliki penyakit komorbid
2. Bila nyeri tidak teratasi

Peralatan
1. Laboratorium untuk pemeriksaan asam urat.
2. Radiologi


No. ICPC-2 : T99 Endocrine/metabolic/nutritional disease other
T92 Gout
No. ICD-10 : E79.0 Hyperuricemia without signs of inflammatory arthritis
and tophaceous disease
M10 Gout
Tingkat Kemampuan : 4A



Prognosis
Quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad fuctionam dubia
Referensi
1. Braunwald, Fauci, Hauser, editor. Harrison’s Principals of Internal Medicine. 17thed. USA: McGraw Hill, 2008.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4 ed. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.