Pielonefritis Tanpa Komplikasi
Masalah Kesehatan
Pielonefritis akut (PNA) tanpa
komplikasi adalah peradangan parenkim dan pelvis ginjal yang berlangsung akut.
Tidak ditemukan data yang akurat mengenai tingkat insidens PNA nonkomplikata di
Indonesia. Pielonefritis akut nonkomplikata jauh lebih jarang dibandingkan
sistitis (diperkirakan 1 kasus pielonefritis berbanding 28 kasus sistitis).
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Onset penyakit akut dan
timbulnya tiba-tiba dalam beberapa jam atau hari
2. Demam dan menggigil
3. Nyeri pinggang, unilateral
atau bilateral
4. Sering disertai gejala
sistitis, berupa: frekuensi, nokturia, disuria, urgensi, dan nyeri suprapubik
5. Kadang disertai pula dengan
gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, diare, atau nyeri perut
Faktor Risiko
Faktor risiko PNA serupa dengan
faktor risiko penyakit infeksi saluran kemih lainnya, yaitu:
1. Lebih sering terjadi pada
wanita usia subur
2. Sangat jarang terjadi pada
pria berusia <50 tahun, kecuali homoseksual
3. Koitus per rektal
4. HIV/AIDS
5. Adanya penyakit obstruktif
urologi yang mendasari misalnya tumor, striktur, batu saluran kemih, dan
pembesaran prostat
6. Pada anak-anak dapat terjadi
bila terdapat refluks vesikoureteral
Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang Sederhana (Objective)
Tampilan klinis tiap pasien dapat
bervariasi, mulai dari yang ringan hingga menunjukkan tanda dan gejala
menyerupai sepsis. Pemeriksaan fisis menunjukkan tanda-tanda di bawah ini:
1. Demam dengan suhu biasanya
mencapai >38,5oC
2. Takikardi
3. Nyeri ketok pada sudut
kostovertebra, unilateral atau bilateral
4. Ginjal seringkali tidak dapat
dipalpasi karena adanya nyeri tekan dan spasme otot
5. Dapat ditemukan nyeri tekan
pada area suprapubik
6. Distensi abdomen dan bising
usus menurun (ileus paralitik)
Pemeriksaan Penunjang Sederhana
1. Urinalisis
Urin porsi tengah (mid-stream
urine) diambil untuk dilakukan pemeriksaan dip-stick dan
mikroskopik. Temuan yang mengarahkan kepada PNA adalah:
a. Piuria, yaitu jumlah leukosit
lebih dari 5 – 10 / lapang pandang besar (LPB) pada pemeriksaan mikroskopik
tanpa / dengan pewarnaan Gram, atau l eukosit esterase (LE) yang positif pada
pemeriksaan dengan dip-stick.
b. Silinder leukosit, yang
merupakan tanda patognomonik dari PNA, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
mikroskopik tanpa/dengan pewarnaan Gram.
c. Hematuria, yang umumnya
mikroskopik, namun dapat pula gross. Hematuria biasanya muncul pada fase
akut dari PNA. Bila hematuria terus terjadi walaupun infeksi telah tertangani,
perlu dipikirkan penyakit lain, seperti batu saluran kemih, tumor, atau
tuberkulosis.
d. Bakteriuria bermakna, yaitu
> 104 koloni/ml, yang nampak lewat pemeriksaan mikroskopik tanpa /dengan
pewarnaan Gram. Bakteriuria juga dapat dideteksi lewat adanya nitrit pada
pemeriksaan dengan dip-stick.
2. Kultur urin dan tes
sentifitas-resistensi antibiotik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui etiologi dan sebagai pedoman pemberian antibiotik dan dilakukan di
layanan sekunder.
3. Darah perifer dan hitung jenis
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan
adanya leukositosis dengan predominansi neutrofil.
4. Kultur darah
Bakteremia terjadi pada sekitar
33% kasus, sehingga pada kondisi tertentu pemeriksaan ini juga dapat dilakukan.
5. Foto polos abdomen (BNO)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menyingkirkan adanya obstruksi atau batu di saluran kemih.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya.
Diagnosis banding:
Uretritis akut, Sistitis akut,
Akut abdomen, Appendisitis, Prostatitis bakterial akut, Servisitis,
Endometritis, Pelvic inflammatory disease
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
1. Non-medikamentosa
a. Identifikasi dan meminimalkan
faktor risiko
b. Tatalaksana kelainan
obstruktif yang ada
c. Menjaga kecukupan hidrasi
2. Medikamentosa
a. Antibiotika empiris
Antibiotika parenteral:
Pilihan antibiotik parenteral
untuk pielonefritis akut nonkomplikata antara lain ceftriaxone, cefepime, dan
fluorokuinolon (ciprofloxacin dan levofloxacin). Jika dicurigai infeksi
enterococci berdasarkan pewarnaan Gram yang menunjukkan basil Gram positif,
maka ampisillin yang dikombinasi dengan Gentamisin, Ampicillin Sulbaktam, dan
Piperacillin Tazobactam merupakan pilihan empiris spektrum luas yang baik.
Terapi antibiotika parenteral pada pasien dengan pielonefritis akut
nonkomplikata dapat diganti dengan obat oral setelah 24-48 jam, walaupun dapat
diperpanjang jika gejala menetap.
Antibiotika oral:
Antibiotik oral empirik awal untuk
pasien rawat jalan adalah fluorokuinolon untuk basil Gram negatif. Untuk dugaan
penyebab lainnya dapat digunakan Trimetoprim-sulfametoxazole. Jika dicurigai
enterococcus, dapat diberikan Amoxicilin sampai didapatkan organisme penyebab.
Sefalosporin generasi kedua atau ketiga juga efektif, walaupun data yang mendukung
masih sedikit. Terapi pyeolnefritis akut nonkomplikata dapat diberikan selama 7
hari untuk gejala klinis yang ringan
dan sedang dengan respons terapi yang baik. Pada kasus yang menetap atau
berulang, kultur harus dilakukan. Infeksi berulang ataupun menetap diobati
dengan antibiotik yang terbukti sensitif selama 7 sampai 14 hari
Penggunaan antibiotik selanjutnya
dapat disesuaikan dengan hasil tes sensitifitas dan resistensi.
b. Simtomatik
Obat simtomatik dapat diberikan
sesuai dengan gejala klinik yang dialami pasien, misalnya:
analgetik-antipiretik, dan anti-emetik.
Konseling dan Edukasi
1. Dokter perlu menjelaskan
mengenai penyakit, faktor risiko, dan cara-cara pencegahan berulangnya PNA.
2. Pasien seksual aktif
dianjurkan untuk berkemih dan membersihkan organ kelamin segera setelah koitus.
3. Pada pasien yang gelisah,
dokter dapat memberikan assurance bahwa PNA non-komplikata dapat
ditangani sepenuhnya dgn antibiotik yang tepat.
Rencana Tindak Lanjut
1. Apabila respons klinik buruk
setelah 48 – 72 jam terapi, dilakukan re-evaluasi adanya faktor-faktor pencetus
komplikasi dan efektifitas obat.
2. Urinalisis dengan dip-stick
urin dilakukan pasca pengobatan untuk menilai kondisi bebas infeksi.
Kriteria Rujukan
Dokter layanan primer perlu merujuk
ke layanan sekunder pada kondisi-kondisi berikut:
1. Ditemukan tanda-tanda
urosepsis pada pasien.
2. Pasien tidak menunjukkan
respons yang positif terhadap pengobatan yang diberikan.
3. Terdapat kecurigaan adanya
penyakit urologi yang mendasari, misalnya: batu saluran kemih, striktur, atau
tumor.
Peralatan
1. Pot urin
2. Urine dip-stick
3. Mikroskop
4. Object glass, cover glass
5. Pewarna Gram
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
No ICPC-2 : U70. Pyelonephritis / pyelitis
No ICD-10 : N10. Acute tubulo-interstitial nephritis (applicable to: acute
pyelonephritis)
Tingkat Kemampuan : 4A
Referensi
1. Achmad, I.A. et al., 2007. Guidelines
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2007 1st ed.,
Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Ahli Urologi Indonesia. (Achmad, 2007)
2. Colgan, R. et al., 2011.
International Clinical Practice Guidelines for the Treatment of Acute
Uncomplicated Cystitis and Pyelonephritis in Women : A 2010 Update by the
Infectious Diseases Society of America and the European Society for
Microbiology and Infectious Diseases. Clinical Infectious Disease, 52,
pp.103–120 (Colgan, 2011)
3. Stamm, W.E., 2008. Urinary
Tract Infections, Pyelonephritis, and Prostatitis. In A. s Fauci et al., eds. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill, pp. 1820–1825.
(Stamm, 2008)
0 komentar:
Posting Komentar