Tonsilitis
Akut
No. ICPC-2
: R76. Tonsillitis acute
No. ICD-10
: J03. Acute tonsillitis
J35. Chronic
tonsilitis
Tingkat
Kemampuan : 4A
Masalah
Kesehatan
Tonsilitis
adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan jaringan limfoid yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil
faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring/ Gerlach’s tonsil). Penyakit ini banyak diderita
oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun.
Hasil
Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1.
Rasa kering di tenggorokan sebagai gejala awal.
2.
Nyeri pada tenggorok, terutama saat menelan. Rasa nyeri semakin lama semakin
bertambah sehingga anak menjadi tidak mau makan.
3.
Nyeri dapat menyebar sebagai referred pain ke telinga.
4.
Demam yang dapat sangat tinggi sampai menimbulkan kejang pada bayi dan
anak-anak.
5.
Sakit kepala, badan lesu, dan nafsu makan berkurang.
6.
Plummy voice / hot potato voice: suara pasien terdengar seperti orang
yang mulutnya penuh terisi makanan panas.
7.
Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat
nyeri telan yang hebat (ptialismus).
8.
Pada tonsilitis kronik, pasien mengeluh ada penghalang / mengganjal di
tenggorok, tenggorok terasa kering dan pernafasan berbau (halitosis).
9. Pada Angina
Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) gejala yang timbul adalah demam
tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorokan, badan lemah,
gusi mudah berdarah dan hipersalivasi.
Faktor Risiko
1.
Faktor usia, terutama pada anak.
2.
Penurunan daya tahan tubuh.
3.
Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu).
4.
Higiene rongga mulut yang kurang baik.
5. Riwayat
alergi
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan
Fisik
1. Tonsilitis akut:
a. Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥ T2.
b. Hiperemis dan terdapat detritus di dalam kripti yang
memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran.
Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur
maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
c. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk
membran semu (pseudomembran) yang menutupi ruang antara kedua tonsil sehingga
tampak menyempit. Temuan ini mengarahkan pada diagnosis banding tonsilitis
difteri.
d. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga
tampak udem dan hiperemis.
e. Kelenjar limfe leher dapat membesar dan disertai nyeri
tekan.
2. Tonsilitis kronik:
a. Tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan berisi detritus.
b. Pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang
mengalami perlengketan.
3. Tonsilitis difteri:
a. Tampak tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas
b.
Tampak pseudomembran yang melekat erat pada dasar tonsil sehingga bila diangkat
akan mudah berdarah.
Berdasarkan
rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua
pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka
gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
1. T0: tonsil sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar
anterior uvula.
3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaringatau batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai
½ jarak pilar anterior-uvula.
4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai
¾ jarak pilar anterior-uvula.
5.
T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas
medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.
Pemeriksaan
Penunjang: bila diperlukan
1.
Darah lengkap
2.
Swab tonsil untuk pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan Gram
Gambar 10.1. Gradasi pembesaran tonsil
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis
Klinis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan untuk diagnosis
definitif dengan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis
Banding
Infiltrat
tonsil, limfoma, tumor tonsil
Komplikasi
1. Komplikasi lokal
a. Abses peritonsil (Quinsy)
b. Abses parafaringeal
c. Otitis media akut
d. Rinosinusitis
2. Komplikasi sistemik
a. Glomerulonephritis
b. Miokarditis
c.
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Istirahat cukup
2. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang
mengiritasi
3. Menjaga kebersihan mulut
4. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptik
5.
Pemberian obat oral sistemik
a.
Tonsilitis viral.
Istirahat,
minum cukup, analgetika / antipiretik (misalnya, Paracetamol), dan antivirus
diberikan bila gejala berat. Antivirus Metisoprinol diberikan pada infeksi
virus dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada
orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6
kali pemberian/hari.
b.
Tonsilitis bakteri
Bila
diduga penyebabnya Streptococcus group A, diberikan antibiotik yaitu
Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau Amoksisilin 50 mg/kgBB
dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10
hari atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan
Kortikosteroid karena steroid telah terbukti menunjukkan perbaikan klinis yang
dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian selama 3 hari. Analgetik / antipiretik,
misalnya Paracetamol dapat diberikan.
c.
Tonsilitis difteri
Anti
Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis
20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis kelamin. Antibiotik penisilin
atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari. Antipiretik untuk simptomatis dan pasien
harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.
d.
Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa)
Antibiotik
spektrum luas diberikan selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C serta vitamin
B kompleks.
Indikasi
dan Kontraindikasi Tonsilektomi
Menurut
Health Technology Assessment Kemenkes tahun 2004, indikasi tonsilektomi,
yaitu:
Tabel 10.1 Indikasi Tonsilektomi Indikasi Absolut
|
Indikasi
Relatif
|
1. Pembengkakan
tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran nafas, disfagia berat, gangguan
tidur dan komplikasi kardiopulmonar
2. Abses
peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
3.
Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
4. Tonsilitis
yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
|
1.
Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat
2.
Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi
medis
3. Tonsilitis
kronik atau berulang pada karier streptococcus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik laktamase resisten.
|
Kontraindikasi
relatif tonsilektomi:
1.
Gangguan perdarahan
2.
Risiko anestesi atau penyakit sistemik yang berat
3. Anemia
Konseling dan Edukasi
Memberitahu
individu dan keluarga untuk:
1.
Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
2.
Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan cukup tinggi.
3.
Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga
teratur.
4.
Berhenti merokok.
5.
Selalu menjaga kebersihan mulut.
6. Mencuci
tangan secara teratur.
Rencana Tindak Lanjut
Memberikan
laporan ke dinas kesehatan setempat jika terdapat kasus tonsilitis difteri.
Kriteria
Rujukan
Segera
rujuk jika terjadi:
1.
Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler, septikemia, meningitis,
glomerulonephritis, demam rematik akut.
2.
Adanya indikasi tonsilektomi.
3. Pasien
dengan tonsilitis difteri.
Peralatan
1.
Lampu kepala
2.
Spatula lidah
3.
Lidi kapas
4.
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah lengkap
5.
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan mikrobiologi dengan pewarnaan Gram
Prognosis
1.
Ad vitam : Bonam
2.
Ad functionam : Bonam
3. Ad
sanationam : Bonam
Referensi
1.
Adam, GL. Boies LR. Higler. Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6.
Jakarta: EGC. 1997
2.
Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8.
McGraw-Hill. 2003.
3.
Rusmarjono. Soepardi, E.A. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid
dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.
Ed. ke-6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
0 komentar:
Posting Komentar