Dermatitis Numularis
No. ICPC-2 : S87 Dermatitis/atopic
eczema
No. ICD-10 : L20.8 Other
atopic dermatitis
Tingkat Kemampuan : 4A
Masalah Kesehatan
Dermatitis numularis adalah
dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan
efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans).
Penyakit ini pada orang dewasa lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada wanita
usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis
tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum
satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Bercak merah yang basah pada
predileksi tertentu dan sangat gatal. Keluhan hilang timbul dan sering kambuh.
Faktor Risiko
Pria, usia 55-65 tahun (pada
wanita 15-25 tahun), riwayat trauma fisis dan kimiawi (fenomena Kobner:
gambaran lesi yang mirip dengan lesi utama), riwayat dermatitis kontak alergi,
riwayat dermatitis atopik pada kasus dermatitis numularis anak, stress
emosional, minuman yang mengandung alkohol, lingkungan dengan kelembaban
rendah, riwayat infeksi kulit sebelumnya
Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
1. Lesi akut berupa vesikel dan
papulovesikel (0,3 – 1 cm), berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema,
dan berbatas tegas.
2. Tanda eksudasi karena vesikel
mudah pecah, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.
3. Jumlah lesi dapat satu, dapat
pula banyak dan tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang
bervariasi.
Tempat predileksi terutama di tungkai
bawah, badan, lengan, termasuk punggung tangan.
Gambar 11.20 Dermatitis numularis
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan, karena
manifestasi klinis jelas dan klasik.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding
Dermatitis kontak, Dermatitis
atopi, Neurodermatitis sirkumskripta, Dermatomikosis
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Pasien disarankan untuk menghindari
faktor yang mungkin memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain.
2. Farmakoterapi yang dapat
diberikan, yaitu:
b. Topikal (2 kali sehari)
Kompres terbuka dengan larutan
permanganas kalikus 1/10.000, menggunakan 3 lapis kasa bersih, selama
masing-masing 15-20 menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi
mengering.
Kemudian terapi dilanjutkan
dengan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia
dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada kasus dengan manifestasi
klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan Betametason
valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
Pada kasus infeksi sekunder,
perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi
meluas.
c. Oral sistemik
Antihistamin
sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau
setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama
maksimal 2 minggu.
d. Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik topikal
atau antibiotik sistemik bila lesi luas.
Komplikasi
Infeksi sekunder
Konseling dan Edukasi
1. Memberikan edukasi bahwa kelainan bersifat kronis danberulang
sehingga penting untuk pemberian obat topikal rumatan.
2. Mencegah terjadinya infeksi sebagai faktor risiko terjadinya
relaps.
Kriteria Rujukan
1. Apabila kelainan tidak membaik dengan pengobatan topikal
standar.
2. Apabila diduga terdapat faktor penyulit lain, misalnya fokus
infeksi pada organ lain, maka konsultasi danatau disertai rujukan kepada dokter
spesialis terkait (contoh: gigi mulut, THT, obgyn, dan lain-lain) untuk
penatalaksanaan fokus infeksi tersebut.
Peralatan
Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit
dermatitis numularis.
Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam apabila kelainan ringan tanpa
penyulit, dapat sembuh tanpa komplikasi, namun bila kelainan berat dan dengan
penyulit prognosis menjadi dubia ad bonam.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s
Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders
Elsevier.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman
Pelayanan Medik. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar