Laringitis Akut
No.
ICPC-2 : R77. Laryngitis/tracheitis acute
No.
ICD-10 : J04.0 Acute laryngitis
Tingkat
Kemampuan : 4A
Masalah Kesehatan
Laringitis
adalah peradangan pada laring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau
jamur. Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan,
pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita suara. Refluks
gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis.
Laringitis pada anak sering diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan
biasanya disertai inflamasi pada trakea dan bronkus dan disebut sebagai
penyakit croup. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh virus, yaitu
virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan B, RSV, dan virus
campak. Selain itu, M. pneumonia juga dapat menyebabkan croup.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Pasien datang dengan keluhan suara serak atau hilang suara
(afonia).
2. Gejala lokal seperti suara parau, seperti suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara
yang biasa/normal bahkan sampai tidak bersuara sama sekali(afoni). Hal ini
terjadi karena gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita
suara kiri dan kanan.
3. Sesak nafas dan stridor.
4. Nyeri tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan atau
berbicara.
5. Gejala radang umum, seperti demam, malaise.
6. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak
kental.
7. Gejala common cold, seperti bersin-bersin, nyeri
tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion),
nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan
dari 38o C.
8. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti
edema subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi
pada anak berupa anak menjadi gelisah, nafas berbunyi, air hunger, sesak
semakin bertambah berat.
9.
Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari,
biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat.
Nyeri tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat
juga dipicu oleh udara dingin atau minuman dingin.
Faktor Risiko
1. Penggunaan suara yang berlebihan.
2. Pajanan terhadap zat iritatif seperti asap rokok dan
minum-minuman alkohol.
3.
Adanya refluks laringofaringeal, bronkitis, dan pneumonia.
4. Rhinitis alergi.
5. Perubahan suhu yang tiba-tiba.
6. Malnutrisi.
7.
Keadaan menurunnya sistem imun atau daya tahan tubuh.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan
Fisik
Laringoskopi
indirek (khusus untuk pasien dewasa):
1. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang
hiperemis dan membengkak terutama di bagian atas dan bawah pita suara.
2. Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus
paranasal.
3.
Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan penebalan mukosa pita
suara.
Pemeriksaan
Penunjang (bila diperlukan)
1. Foto rontgen soft tissue leher AP lateral: bisa
tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini
ditemukan pada 50% kasus.
2. Foto toraks AP.
3.
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis
Klinis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
jika diperlukan.
Klasifikasi:
1.
Laringitis Akut
Laringitis
akut adalah radang akut laring, dapat disebabkan oleh virus dan bakteri.
Keluhan berlangsung < 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi
virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus
dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan
Streptococcus pneumoniae.
2.
Laringitis Kronik
Laringitis
kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan juga dapat
diakibatkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum berat, polip hidung,
bronkitis kronik, refluks laringofaring, merokok, pajanan terhadap iritan yang
bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laringitis kronik
ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan terdapat
edema pada laring. Mungkin juga disebabkan penyalahgunaan suara (vocal abuse)
seperti berteriak-teriak atau bicara keras.
3. Laringitis Kronik Spesifik
a.
Laringitis tuberkulosa
Penyakit
ini disebabkan tuberkulosis paru. Setelah diobati, biasanya tuberkulosis paru sembuh
namun laringitis tuberculosis menetap (membutuhkan pengobatan yang lebih lama),
karena struktur mukosa laring sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi
tidak sebaik paru.
Terdapat
4 stadium:
Stadium Infiltrasi
Mukosa
laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucat. Terbentuk tuberkel
di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar,
menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.
Stadium Ulserasi
Ulkus
membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkejuan dan terasa nyeri oleh pasien
Stadium Perikondritis
Ulkus
makin dalam mengenai kartilago laring, paling sering terkena kartilago
aritenoid, dan epiglottis. Terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk
sekuester. Pada stadium ini keadaan pasien buruk dan dapat meninggal. Bila
bertahan maka berlanjut ke stadium akhir yaitu stadium fibrotuberkulosis
Stadium Fibrotuberkulosis
Terbentuk
fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.
b.
Laringitis luetika
Radang
menahun ini jarang ditemukan.
Diagnosis
Banding
Benda
asing pada laring, Faringitis, Bronkiolitis, Bronkitis, Pneumonia, Tumor pada
laring, Kelumpuhan pita suara
Komplikasi
Obstruksi
jalan napas atas, Pneumonia, Bronkhitis
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
a. Istirahat suara (vocal rest).
b. Rehabilitasi suara (voice therapy), bila
diperlukan.
c. Meningkatkan asupan cairan.
d. Bila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa
endotrakea, atau trakeostomi.
2. Medikamentosa
a. Parasetamol atau Ibuprofen sebagai antipiretik dan
analgetik.
b. Pemberian antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru
dan bila penyebab berupa Streptokokus grup A ditemukan melalui kultur. Pada
kasus ini, antibiotik yang dapat digunakan yaitu golongan Penisilin.
c.
Proton Pump Inhibitor pada laringitis yang disebabkan oleh refluks
laringofaringeal.
d. Kortikosteroid dapat diberikan jika laringitis berat.
e. Laringitis tuberkulosis: obat antituberkulosis.
f.
Laringitis luetika: penisilin dengan dosis tinggi.
Rencana
Tindak Lanjut
Pemeriksaan
laringoskopi indirek kembali untuk memeriksa perbaikan organ laring.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu
pasien dan keluarga untuk:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi
dan olahraga teratur.
2. Menghentikan merokok.
3. Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau tidak
bersuara berlebihan.
4.
Menghindari makanan yang mengiritasi atau meningkatkan asam lambung.
Kriteria Rujukan
Indikasi
rawat rumah sakit apabila:
1. Terdapat tanda sumbatan jalan nafas atas.
2. Usia penderita dibawah 3 tahun.
3. Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted.
4.
Ada kecurigaan tumor laring.
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3.
Ad sanationam : Bonam
Peralatan
1. Lampu kepala
2. Kaca laring
3. Kassa steril
4.
Lampu spiritus
Referensi
1. Adam, GL. Boies LR. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit
THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.
2. Hermani,B. Abdurrachman, H. Cahyono, A. Kelainan Laring
dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.
Ed. ke-6.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
3. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and
Neck Surgery. Ed. Ke-8. McGraw-Hill. 2003.
0 komentar:
Posting Komentar