Skabies
No. ICPC-2 : S72 Scabies/other acariasis
No. ICD-10 : B86 Scabies
Tingkat Kemampuan : 4A
Masalah Kesehatan
Skabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi dan
sensitisasi kulit oleh tungau Sarcoptes scabieidan produknya. Penyakit
ini berhubungan erat dengan higiene yang buruk. Prevalensi skabies tinggi pada
populasi yang padat. Dari hasil penelitian di Brazil, prevalensi skabies dua
kali lebih tinggi di daerah kumuh perkotaan yang padat penduduk daripada di
masyarakat nelayan dimana mereka tinggal di tempat yang lebih luas.
Penularan dapat terjadi karena:
1. Kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies,
seperti menjabat tangan, hubungan seksual, atau tidur bersama.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), seperti penggunaan
perlengkapan tidur bersama dan saling meminjam pakaian, handuk dan alat-alat
pribadi lainnya, tidakmemiliki alat-alat pribadi sendiri sehingga harus berbagi
dengan temannya.
Tungau hidup dalam epidermis, tahan terhadap air dan sabun
dan tetap hidup bahkan setelah mandi dengan air panas setiap.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Gejala klinis:
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada
malam hari atau saat penderita berkeringat.
2. Lesi timbul di stratum korneum yang tipis, seperti di sela
jari, pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae dan di
bawah payudara (pada wanita) serta genital eksterna (pria).
Faktor Risiko:
1. Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti
tinggal di asrama atau pesantren.
2. Higiene yang buruk.
3. Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan
sebagainya.
4. Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau
abu-abu dengan panjang rata-rata 1 cm. Ujung terowongan terdapat papul,
vesikel, dan bila terjadi infeksi sekunder, maka akan terbentuk pustul,
ekskoriasi, dan sebagainya.Pada anak-anak, lesi lebih sering berupa vesikel
disertai infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi bernanah.
Gambar 11.9 Skabies
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan
tungau.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Terdapat 4 tanda kardinal untuk diagnosis skabies, yaitu:
1. Pruritus nokturna.
2. Penyakit menyerang manusia secara berkelompok.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok-kelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul
atau vesikel.
4. Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
tersebut.
Diagnosis Banding
Skabies adalah penyakit kulit yang disebut dengan the
great imitator dari kelainan kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis
bandingnya adalah: Pioderma, Impetigo, Dermatitis, Pedikulosis korporis
Komplikasi
Infeksi kulit sekunder terutama oleh S. aureus sering
terjadi, terutama pada anak. Komplikasi skabies dapat menurunkan kualitas hidup
dan prestasi belajar.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan, dengan:
a. Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama
dan alas tidur diganti bila ternyata pernah digunakan oleh penderita skabies.
b. Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.
2. Terapi tidak dapat dilakukan secara individual melainkan
harus serentak dan menyeluruh pada seluruh kelompok orang yang ada di sekitar
penderita skabies. Terapi diberikan dengan salah satu obat topikal (skabisid)
di bawah ini:
a. Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh, selama 3 hari
berturut-turut, dipakai setiap habis mandi.
b. Krim permetrin 5%di seluruh tubuh. Setelah 10 jam, krim
permetrin dibersihkan dengan sabun.
Terapi skabies ini tidak dianjurkan pada anak < 2 tahun.
Konseling dan Edukasi
Dibutuhkan pemahaman bersama agar upaya eradikasi skabies
bisa melibatkan semua pihak. Bila infeksi menyebar di kalangan santri di sebuah
pesantren, diperlukan keterbukaan dan kerjasama dari pengelola pesantren. Bila
sebuah barak militer tersebar infeksi, mulai dari prajurit sampai komandan
barak harus bahu membahu membersihkan semua benda yang berpotensi menjadi
tempat penyebaran penyakit.
Kriteria Rujukan
Pasien skabies dirujuk apabila keluhan masih dirasakan
setelah 1 bulan paska terapi.
Peralatan
1. Lup
2. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan sediaan langsung
kerokan kulit.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam, namun tatalaksana harus
dilakukan juga terhadap lingkungannya.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Heukelbach, J. & Feldmeier, H. 2006. Scabies. The
Lancet, 367, 1767-74. June 8, 2014.
http://Search.Proquest.Com/Docview/199054155/Fulltextpdf/Afbf4c2fd1bd4016pq/6?Accountid=17242
3. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s
Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders
Elsevier.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman
Pelayanan Medik. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar