Herpes
Zoster
No.
ICPC-2 : S70 Herpes Zoster
No.
ICD-10 : B02.9 Zoster without complication
Tingkat
Kemampuan : Herpes Zoster tanpa komplikasi 4A
Masalah
Kesehatan
Herpes
Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus Varisela-zoster.
Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Herpes Zoster jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada
pasien muda dengan AIDS, limfoma, keganasan, penyakit imunodefisiensi dan pada
pasien yang menerima transplantasi sumsum tulang atau ginjal. Penyakit ini
terjadi kurang dari 10% pada pasien yang berusia kurang dari 20 tahun dan hanya
5% terjadi pada pasien yang berusia kurang dari 15 tahun.Insiden herpes zoster
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Prevalensi penyakit ini pada pria
dan wanita sama.
Hasil
Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Nyeri
radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi. Keluhan dapat disertai dengan gejala
prodromal sistemik berupa demam, pusing, dan malaise. Setelah itu timbul gejala
kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan
dasar eritem dan edema.
Faktor
Risiko
1. Umumnya terjadi pada orang
dewasa, terutama orang tua.
2.
Imunodefisiensi
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak
unilateral sepanjang distribusi saraf spinal atau kranial. Lesi bilateral
jarang ditemui, namun seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di
dekatnya.
Gambar 11.4 Herpes zoster
Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Catatan untuk diperhatikan:
1. Herpes zoster
hemoragik, yaitu jika vesikel mengandung darah.
2. Herpes zoster generalisata, yaitu kelainan kulit
unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit generalisata berupa vesikel
soliter yang berumbilikasi.
Keduanya merupakan tanda bahwa pasien mengalami
imunokompromais.
3. Herpes zoster
oftalmikus, yaitu infeksi cabang pertama nervus trigeminus sehingga menimbulkan
kelainan pada mata, di samping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan
kelainan kulit pada daerah persarafannya.
4. Herpes zoster abortif, yaitu penyakit yang hanya berlangsung
dalam waktu singkat dan kelainan kulit hanya berupa beberapa vesikel dan
eritem.
Diagnosis Banding
1. Herpes
simpleks
2. Dermatitis
venenata
3. Pada saat nyeri prodromal, diagnosis dapat menyerupai
migrain, nyeri pleuritik, infark miokard, atau apendisitis.
Komplikasi
1. Neuralgia pasca-herpetik
2. Ramsay Hunt Syndrome: herpes pada ganglion
genikulatum, ditandai dengan gangguan pendengaran, keseimbangan dan paralisis
parsial.
3. Pada penderita dengan imunodefisiensi (HIV, keganasan,
atau usia lanjut), vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik dapat
terjadi infeksi sistemik.
4. Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, serta neuritis optik.
5. Paralisis motorik.
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan kulit
yang mengakibatkan pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan
mencegah kontak dengan orang lain.
2. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin
dihindari oleh karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome.
3. Pengobatan topikal:
Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin
agar vesikel tidak pecah.
Apabila erosif, diberikan kompres terbuka. Apabila terjadi
ulserasi, dapat dipertimbangkan pemberian salep antibiotik.
4. Pengobatan
antivirus oral, antara lain dengan:
a. Asiklovir:
dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal 800 mg),
selama 7 hari, atau
b. Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif
diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi.
Konseling dan Edukasi
Konseling dan edukasi dilakukan kepada pasien mengenai:
1. Edukasi
tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster.
2. Edukasi bahwa
lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada individu imunokompeten.
3. Edukasi mengenai seringnya komplikasi neuralgia pasca-herpetik.
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila:
1. Penyakit
tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi.
2. Terjadi pada
pasien bayi, anak dan geriatri (imunokompromais).
3. Terjadi
komplikasi.
4. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.
Peralatan
Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit
Herpes Zoster.
Prognosis
Pasien dengan imunokompeten, prognosis umumnya adalah bonam,
sedangkan pasien dengan imunokompromais, prognosis menjadi dubia ad bonam.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s
Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders
Elsevier.
3. Janniger, C.K. Eastern, J.S., Hispenthal, D.R., Moon, J.E.
2014. Herper zoster. Medscape. June 7, 2014.
http://emedicine.medscape.com/article/1132465-overview#a0156
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman
Pelayanan Medik. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar