Faringitis Akut
No.
ICPC-2 : R74. Upper respiratory infection acute
No.
ICD-10 : J02.9 Acute pharyngitis, unspecified
Tingkat
Kemampuan : 4A
Masalah Kesehatan
Faringitis
merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40-60%),
bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Anak-anak dan orang
dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas
termasuk faringitis setiap tahunnya.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
2. Demam
3. Sekret dari hidung
4. Dapat disertai atau tanpa batuk
5. Nyeri kepala
6. Mual
6. Muntah
7. Rasa lemah pada seluruh tubuh
8.
Nafsu makan berkurang
Gejala
khas berdasarkan jenisnya, yaitu:
1. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan
gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam
disertai rinorea dan mual.
2. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk, dan seringkali terdapat
pembesaran KGB leher.
3. Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok dan nyeri
menelan.
4. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok
kering, gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.
5. Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan
tebal serta mulut berbau.
6. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak
berespon dengan pengobatan bakterial non spesifik.
7.
Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat
hubungan seksual, terutama seks oral.
Faktor
Risiko
1. Usia 3 – 14 tahun.
2. Menurunnya daya tahan tubuh.
3. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring
4. Gizi kurang
5. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks
asam lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.
6.
Paparan udara yang dingin.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan
Fisik
1. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan
tonsil hiperemis, eksudat (virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat timbul lesi vesikular
di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.
2. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil
membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya.
Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang
ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada
penekanan.
3. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di
orofaring dan pangkal lidah, sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
4. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak
kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band. Pada
pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble
stone).
5. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa
faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
6.
Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan pada
mukosa faring dan laring
7. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:
a.
Stadium primer
Pada
lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak
keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus
pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula
b.
Stadium sekunder
Stadium
ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat eritema yang menjalar ke
arah laring.
c.
Stadium tersier
Terdapat
guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap.
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram.
3.
Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis
Klinis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan.
Klasifikasi
faringitis
1. Faringitis Akut
a.
Faringitis Viral
Dapat
disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), virus
influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, dan lain-lain. Pada
adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.
b.
Faringitis Bakterial
Infeksi
grup A stereptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada
orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).
Faringitis
akibat infeksi bakteri streptokokkus group A dapat diperkirakan dengan
menggunakan Centor criteria, yaitu :
Demam
Anterior Cervical lymphadenopathy
Eksudat tonsil
Tidak ada batuk
Tiap
kriteria ini bila dijumpai di beri skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami
faringitis akibat infeksi streptokokkus group A, bila skor 1-3 maka pasien
memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptokokkus group A dan bila skor 4 pasien
memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptokokkus group A.
c.
Faringitis Fungal
Candida
dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.
d.
Faringitis Gonorea
Hanya
terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital
2. Faringitis Kronik
a.
Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada
faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior
faring.
b.
Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis
kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis
atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
3. Faringitis Spesifik
a.
Faringitis Tuberkulosis
Merupakan
proses sekunder dari tuberkulosis paru.
b.
Faringitis Luetika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring, seperti juga
penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium penyakitnya.
Komplikasi
Tonsilitis,
Abses peritonsilar, Abses retrofaringeal, Gangguan fungsi tuba Eustachius,
Otitis media akut, Sinusitis, Laringitis, Epiglotitis, Meningitis,
Glomerulonefritis akut, Demam rematik akut, Septikemia
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat
kumur antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal
diberikan Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik
hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat
kimia larutan Nitras Argentin 25%
4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus
Isoprinosine dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang
dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga
penyebabnya Streptococcus group A, diberikan antibiotik Amoksisilin 50
mg/kgBB dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama
6-10 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari.
6. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan Sefalosporin
generasi ke-3, seperti Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.
7. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan
sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan
ditujukan pada rhinitis atrofi. Sedangkan, pada faringitis kronik hiperplastik
dilakukan kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari.
8. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau
ekspektoran.
9.
Analgetik-antipiretik
10.
Selain antibiotik, Kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi inflamasi
sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang diberikan dapat berupa
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu
pasien dan keluarga untuk:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi
dan olahraga teratur.
2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
3. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi
tenggorok.
4.
Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
Kriteria Rujukan
1. Faringitis luetika
2.
Bila terjadi komplikasi
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3.
Ad sanationam : Bonam
Peralatan
1. Lampu kepala
2. Spatula lidah
3.
Lidi kapas
Referensi
1. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit
THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.(Adam dan Boies, 1997)
2. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck
Surgery. Ed. Ke-8. McGraw-Hill. 2003.(Lee, 2003)
3. Rusmarjono. Soepardi, E.A.Faringitis,
Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, KepaladanLeher. Ed. ke-6.Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007(Hafil, et al., 2007)
0 komentar:
Posting Komentar