Tetanus
Neonatorum
No. ICPC-2
: N72 Tetanus
No. ICD
-10 : A33 Tetanus Neonatorum
Tingkat
Kemampuan : 3B
Masalah
Kesehatan
Secara
global hampir 14% penyebab kematian neonatus adalah tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum bertanggung jawab terhadap 50% kematian neonatus yang disebabkan
oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tetanus neonatorum dapat
dicegah dengan imunisasi dan atau pelayanan persalinan dan pasca persalinan
yang bersih. Beberapa penelitian komunitas di awal tahun 1970 dan 1980 di
Negara Amerika Latin dan beberapa Negara berkembang menunjukkan kematian
neonatal antara <5 sampai 60 kasus per 1000 kelahiran hidup. Di beberapa
negara berkembang kematian tetanus neonatorum merupakan 23-72% dari total
kematian neonatal.
Hasil
Anamnesis ( Subjective )
Keluhan
Gejala
klinis timbul setelah toksin mencapai susunan saraf. Masa inkubasi umumnya
berkisar antara 3-10 hari. Trismus akibat spasme otot masseter ditemukan pada
lebih dari separuh penderita, diikuti kekauan otot leher, kesulitan menelan dan
mulut mencucu seperti mulut ikan. Spasme otot punggung dan otot perut. Spasme
dapat terjadi spontan atau terhadap rangsangan dengan frekuensi yang
bervariasi. Kesadaran masih intak. Anamnesis, meliputi :
1. Penolong persalinan apakah tenaga medis/paramedis/non
medis/dukun bayi
2. Telah mendapat pelatihan atau belum
3. Alat yang dipakai memotong tali pusat
4. Ramuan apa yang dibubuhkan pada perawatan tali pusat
5. Status imunisasi TT ibu sebelum dan selama kehamilan
6. Sejak kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period)
7.
Berapa lama selang waktu antara gejala-gejala tidak dapat menetek dengan gejala
spasme pertama (period of onset)
Faktor Risiko : -
Hasil Pemeriksaan Fisis dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan
Fisis
1. Kesadaran intak
2. Trismus
3. Kekakuan otot leher, punggung, perut
4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
5.
Kejang
Pemeriksaan
Penunjang
Tidak
ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk tetanus neonatorum. Diagnosis
utamanya ditegakkan dengan adanya gejala klinis seperti trismus, disfagia,
kekakuan otot (muscular rigidity).
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis
Klinis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang.
Diagnosis
Banding
Semua
penyebab kejang neonatus seperti Kongenital ( cerebral anomalies ),
perinatal (komplikasi persalinan, trauma perinatal & atau perdarahan
intracranial) dan postnatal (Intervensi & gangguan metabolik)
Komplikasi
Fraktur,
dislokasi mandibular, hipoksia dan pneumonia aspirasi, Long bone fractures
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
dapat dilakukan dengan :
1.
Eradikasi kuman
a. Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau providon
iodin.
b. Antibiotik
c.
Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam, atau
d.
Ampisilin 50 mg/kg/dosis, atau
Usia gestasi (UG) < 37 minggu
- n< 28 hari tiap 12 jam
-
> 28 hari tiap 8 jam
UG > 37 minggu
- < 7 hari tiap 12 jam
- > 7 hari tiap 8 jam
e. Metronidazole loading dose 15mg/kg/dosis, selanjutnya
7,5mg/kg/dosis, atau
f.
Interval
Usia < 28 hari tiap 12 jam
Usia > 28 hari tiap 8 jam
g.
Pemberian dosis rumatan
UG < 37 minggu 24 jam setelah loading dose
UG > 37 minggu 12 jam setelah loading dose
h.
Eritromisin 15-25 mg/kg/dosis tiap 8 jam
Bila
ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefotaksim 50 mg/kg/dosis
UG < 30 minggu
- <28 hari tiap 12 jam
-
>28 hari tiap 8 jam
UG > 30 minggu
- < 14 hari tiap 12 jam
- > 14 hari tiap 8 jam
2. Netralisasi toksin
a. ATS 50.000 – 100.000 IU, setengah dosis IM, setengahnya
IV, dilakukan uji kulit lebih dahulu.
b. Bila tersedia dapat diberikan HTIG 3000-6000 IU IM
3.
Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme otot
Diazepam
20-40 mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan dalam larutan dekstrose 5% menggunakan
syringe pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan untuk menghindari efek
pengendapan obat diazepam. Hati-hati terjadi henti napas dalam pemberiannya.
Bila diazepam telah mencapai dosis maksimal tetapi spasme tetap tidak teratasi
dianjurkan pemberian pelumpuh otot pankuronium 0,05-0,1 mg/kgBB/kali dang
penggunaan ventilator mekanik.
4.
Terapi suportif
a. Pemberian oksigen
b. Pembersihan jalan nafas
c.
Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori
5.
Imunisasi
Diberikan
imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan jadwal imunisasi diberikan pada saat
penderita pulang.
Konseling
dan Edukasi :
1.
Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan menjaga proses persalinan
tetap aseptic termasuk pada saat pemotongan tali pusat.
2.
Imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis Tetanus Toksoid 0,5 ml dengan jarak
penyuntikan 2 bulan dapat mencegah terjadinya penyakit tetanus neonatroum.
Kriteria Rujukan : -
Peralatan :-
Prognosis
1. Ad Vitam : dubia
2. Ad Functionam : dubia
3.
Ad Sanationam : dubia
Referensi
1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. 2004. Tetanus dalam Standar Pelayanan Medis Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNUD. Denpasar. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Udayana, 2004)
2. Wibowo, T. Tetanus Neonatorum dalam Buletin
Jendela Data dan Informasi. 2012. Volume 1. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI.
(Wibowo, 2012)
0 komentar:
Posting Komentar