Episkleritis
No ICPC-2
: F99. Eye / adnexa disease, other
No ICD-10
: H15.1. Episcleritis
Tingkat
Kemampuan : 4A
Masalah
Kesehatan
Episkleritis
merupakan reaksi radang pada episklera, yaitu jaringan ikat vaskular yang
terletak di antara konjungtiva dan permukaan sklera. Penyakit ini termasuk
dalam kelompok “mata merah dengan penglihatan normal”. Tidak ada data yang
spesifik mengenai tingkat insiden episkleritis di Indonesia. Episkleritis
umumnya terjadi pada usia 20-50 tahun dan membaik dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu. Umumnya, episkleritis bersifat ringan, namun dapat pula
merupakan tanda adanya penyakit sistemik, seperti tuberkulosis, reumatoid artritis,
dan systemic lupus erythematosus (SLE).
Hasil
Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1.
Mata merah merupakan gejala utama atau satu-satunya
2.
Tidak ada gangguan dalam ketajaman penglihatan
3.
Keluhan penyerta lain, misalnya: rasa kering, nyeri, mengganjal, atau berair.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat ringan dan tidak mengganggu aktifitas
sehari-hari. Bila keluhan dirasakan amat parah, maka perlu dipikirkan diagnosis
lain
4.
Keluhan biasanya mengenai satu mata dan dapat berulang pada mata yang sama atau
bergantian
5. Keluhan
biasanya bersifat akut, namun dapat pula berlangsung beberapa minggu hingga
beberapa bulan
6. Dapat
ditemukan gejala-gejala terkait penyakit dasar, di antaranya: tuberkulosis,
reumatoid artritis, SLE, alergi (misal: eritema nodosum), atau dermatitis
kontak
Hasil
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Episkleritis
terbagi menjadi dua tipe, yaitu nodular dan simpel. Secara umum, tanda dari
episkleritis adalah:
1.
Kemerahan hanya melibatkan satu bagian dari area episklera. Pada penyinaran
dengan senter, tampak warna pink seperti daging salmon, sedangkan pada
skleritis warnanya lebih gelap dan keunguan.
2.
Kemerahan pada episkleritis disebabkan oleh kongesti pleksus episklera
superfisial dan konjungtival, yang letaknya di atas dan terpisah dari lapisan
sklera dan pleksus episklera profunda di dalamnya. Dengan demikian, pada
episkleritis, penetesan Fenil Efedrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan mengurangi
kemerahan; sesuatu yang tidak terjadi pada skleritis.
3.
Pada episkleritis nodular, ditemukan nodul kemerahan berbatas tegas di bawah
konjungtiva. Nodul dapat digerakkan. Bila nodul ditekan dengan kapas atau
melalui kelopak mata yang dipejamkan di atasnya, akan timbul rasa sakit yang
menjalar ke sekitar mata.
4.
Hasil pemeriksaan visus dalam batas normal.
5.
Dapat ditemukan mata yang berair, dengan sekret yang jernih dan encer. Bila
sekret tebal, kental, dan berair, perlu dipikirkan diagnosis lain.
6.
Pemeriksaan status generalis harus dilakukan untuk memastikan tanda-tanda
penyakit sistemik yang mungkin mendasari timbulnya episkleritis, seperti
tuberkulosis, reumatoid artritis, SLE, eritema nodosum, dermatitis kontak.
Kelainan sistemik umumnya lebih sering menimbulkan episkleritis nodular
daripada simpel.
Gambar
4.5 Tampilan episkleritis simpel (a) dan nodular (b)
Penegakan
Diagnosis (Assessment)
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisis sebagaimana dijelaskan dalam bagian sebelumnya.
Diagnosis
banding:
1.
Konjungtivitis
2.
Skleritis
Cara
membedakan episkleritis dengan skleritis adalah dengan melakukan tes Fenil
Efrin 2,5% (tetes mata), yang merupakan vasokonstriktor. Pada episkleritis,
penetesan Fenil Efrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan mengurangi kemerahan (blanching
/ memucat); sedangkan pada skleritis kemerahan menetap.
Penatalaksanaan
Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1.
Non-medikamentosa
a.
Bila terdapat riwayat yang jelas mengenai paparan zat eksogen, misalnya alergen
atau iritan, maka perlu dilakukan avoidance untuk mengurangi
progresifitas gejala dan mencegah rekurensi.
b. Bila
terdapat gejala sensitifitas terhadap cahaya, penggunaan kacamata hitam dapat
membantu.
2.
Medikamentosa
a.
Episkleritis simpel biasanya tidak membutuhkan pengobatan khusus.
b.
Gejala ringan hingga sedang dapat diatasi dengan tetes air mata buatan.
c.
Gejala berat atau yang memanjang dan episkleritis nodular dapat diatasi dengan
tetes mata kortikosteroid, misalnya: Prednisolon 0,5%, Deksametason 0,1%, atau
Betametason 0,1%.
d.
Episkleritis nodular yang tidak membaik dengan obat topikal, dapat diberikan
anti-inflamasi non-steroid (NSAID), misalnya Ibuprofen.Konseling dan Edukasi
Dokter
perlu memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya,
serta memberikan reassurance dan informasi yang relevan, di antaranya
tentang natur penyakit yang ringan, umumnya self-limited, dan hal-hal
yang pasien dapat lakukan untuk menyembuhkan penyakitnya.
Peralatan
1.
Snellen chart
2.
Lampu senter
3.
Kapas bersih
4. Tetes
mata vasokontriktor: Fenil Efrin 2,5%
Prognosis
1.
Ad vitam : Bonam
2.
Ad functionam : Bonam
3. Ad
sanationam : Dubia ad bonam
Referensi
1.
Galor, A. & Jeng, B.H., 2008. Red Eye for the Internist: When to Treat,
When to Refer. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 75(2), pp.137–44.
Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18290357. (Galor & Jeng,
2008)
2.
Ilyas, S., 2005. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed., Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
3.
Sims, J., 2012. Scleritis: Presentations, Disease Associations and
Management. Postgraduate Medical Journal, 88(1046), pp.713–8. Available
at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22977282 [Accessed May 27, 2014]. (Sims,
2012)
4. Watson,
P., Hayreh, S. & Awdry, P., 1968. Episcleritis and Scleritis I. British
Journal Ophthalmology, 52, pp.278–279. (Watson, et al., 1968)
Sumber Gambar : http://www.studyblue.com
0 komentar:
Posting Komentar