Rinitis
Akut
No. ICPC-2
: R74. Upper respiratory infection acute
No. ICD-10
: J00. Acute nasopharyngitis (common cold)
Tingkat
Kemampuan : 4A
Masalah
Kesehatan
Rinitis
akut adalah peradangan pada mukosa hidung yangberlangsung akut (<12 minggu).
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun iritan. Radang
sering ditemukan karena manifestasi dari rinitis simpleks (common cold),
influenza, penyakit eksantem (seperti morbili, variola, varisela, pertusis),
penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal atau trauma.
Hasil
Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1.
Keluar ingus dari hidung (rinorea)
2.
Hidung tersumbat
3.
Dapat disertai rasa panas atau gatal pada hidung
4.
Bersin-bersin
5. Dapat
disertai batuk
Faktor
Risiko
1.
Penurunan daya tahan tubuh.
2.
Paparan debu, asap, atau gas yang bersifat iritatif.
3. Paparan
dengan penderita infeksi saluran napas.
Hasil
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan
Fisik
1.
Suhu dapat meningkat
2.
Rinoskopi anterior:
a.
Tampak kavum nasi sempit, terdapat sekret serous atau mukopurulen, mukosa konka
udem dan hiperemis.
b. Pada
rinitis difteri tampak sekret yang bercampur darah. Membran keabu-abuan tampak
menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket dan bila
diangkat mudah berdarah.
Pemeriksaan
Penunjang: Tidak diperlukan
Penegakan
Diagnostik (Assessment)
Diagnosis
Klinis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi
berdasarkan etiologi:
1. Rinitis
Virus
a.
Rinitis simplek (pilek, selesma, common cold, coryza)
Rinitis
simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi melalui droplet di
udara. Beberapa jenis virus yang berperan antara lain, adenovirus, picovirus,
dan subgrupnya seperti rhinovirus, dancoxsackievirus. Masa
inkubasinya 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu.
b.
Rinitis influenza
Virus
influenza A, Batau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan gejalanya mirip
dengan common cold. Komplikasi berhubungan dengan infeksi bakteri sering
terjadi.
c.
Rinitis eksantematous
Morbili,varisela,variola,danpertusis,sering
berhubungan dengan rinitis, dimana didahului dengan eksantema sekitar 2-3 hari.
Infeksi sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat.
2. Rinitis Bakteri
a. Infeksi non spesifik
Rinitis bakteri primer. Infeksi ini tampak pada anak dan
biasanya akibat dari infeksi pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus.
Membran putih keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung, dan
apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan / epistaksis.
Rinitis bakteri sekunder merupakan akibat dari infeksi
bakteri pada rinitis viral akut.
b.
Rinitis Difteri
Disebabkan
oleh Corynebacterium diphteriae, dapat berbentuk akut atau kronik dan
bersifat primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan. Harus dipikirkan
pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini
semakin jarang ditemukan karena cakupan program imunisasi yang semakin
meningkat.
3.
Rinitis Iritan
Disebabkan
oleh paparan debu, asap atau gas yang bersifat iritatif seperti ammonia, formalin,
gas asam dan lain-lain. Dapat juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa
hidung selama masa manipulasi intranasal, contohnya pada pengangkatan corpus
alienum. Pada rinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang disebut
dengan “immediate catarrhalreaction” bersamaan dengan bersin, rinore,
dan hidung tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat dengan menghilangkan faktor
penyebab atau dapat menetap selama beberapa hari jika epitel hidung telah
rusak. Pemulihan akan bergantung pada kerusakan epitel dan infeksi yang
terjadi.
Diagnosis
Banding
Rinitis
alergi pada serangan akut, Rinitis vasomotor pada serangan akut
Komplikasi
1. Rinosinusitis
2. Otitis media akut.
3.
Otitis media efusi
4.
Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laringitis, trakeobronkitis,
pneumonia.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
a. Istirahat yang cukup
b. Menjaga asupan yang bergizi dan sehat
2. Medikamentosa
a. Simtomatik: analgetik dan antipiretik (Paracetamol),
dekongestan topikal, dekongestan oral (Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin,
Fenilefrin).
b. Antibiotik: bila terdapat komplikasi seperti infeksi
sekunder bakteri, Amoksisilin, Eritromisin, Sefadroksil.
c.
Untuk rinitis difteri: Penisilin sistemik dan anti-toksin difteri.
Rencana
Tindak Lanjut
Jika
terdapat kasus rinitis difteri dilakukan pelaporan ke dinas kesehatan setempat.
Konseling
dan Edukasi
Memberitahu
individu dan keluarga untuk:
1. Menjaga tubuh selalu dalam keadaan sehat.
2. Lebih sering mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh
wajah.
3. Memperkecil kontak dengan orang-orang yang telah
terinfeksi.
4. Menutup mulut ketika batuk dan bersin.
5. Mengikuti program imunisasi lengkap, sepertivaksinasi
influenza, vaksinasi MMR untuk mencegah terjadinya rinitis eksantematosa.
6. Menghindari pajanan alergen bila terdapat faktor alergi
sebagai pemicu.
7.
Melakukan bilas hidung secara rutin.
Peralatan
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung
3.
Suction
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3.
Ad sanationam : Bonam
Referensi
1. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler.Boies.Buku Ajar Penyakit
THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.
2.
Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8.
McGraw-Hill. 2003.
3.
Wardani, R.S. Mangunkusumo, E.Infeksi Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala&Leher. Ed. ke-6.Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
0 komentar:
Posting Komentar