TIA atau
serangan iskemik otak sepintas (SOS) adalah penurunan aliran darah yang
berlangsung sepintas (tidak menetap atau tidak permanen) ke area tertentu dari
otak, sehingga mengakibatkan disfungsi neurologis yang berlangsung singkat
(kurang dari 24 jam). Jika gejala nerologik menetap (irreversible),dan
berlangsung lebih lama (lebih dari 24 jam), maka dikategorikan sebagai stroke
iskemik (infark). Defisit neurologis yang berlangsung lebih lama dari 24 jam,
tapi tidak menetap (reversible,) dan dalam waktu kurang dari 2 minggu
sembuh total tanpa gejala sisa, disebut reversible ischemic neurological
deficit (RIND).
Serangan
TIA terjadi secara tiba-tiba (akut), dan biasanya berlangsung singkat (beberapa
menit), jarang sampai lebih dari 1-2 jam, diikuti kesembuhan total tanpa gejala
sisa. Pada pasien yang mengalami serangan TIA lebih dari 3 jam, dengan
pemeriksaan MRI, lebih dari 50% diantaranya ditemukan gambaran infark di otak.
Pasien
yang pernah mengalami TIA, mempunyai risiko lebih besar untuk terserang stroke
iskemik (infark). Sekitar 15-26% pasien stroke, pernah mengalami TIA
sebelumnya. Sehingga TIA termasuk faktor risiko stroke, dan disebut sebagai warning
sign (tanda peringatan) terjadinya stroke. Setelah TIA, antara 10-15%
pasien mengalami stroke iskemik dalam waktu 3 bulan, dan sebagian besar
diantaranya terjadi dalam waktu 48 jam setelah terjadinya TIA. Karena itu, TIA
maupun stroke iskemik, keduanya merupakan kedaruratan medik yang mempunyai
kesamaan mekanisme patogenesis, dan memerlukan prevensi sekunder, evaluasi, dan
penatalaksanaan yang hampir sama.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Secara
umum, gejala neurologis yang diakibatkan oleh TIA tergantung pada pembuluh
darah otak yang mengalami gangguan, yaitu sistem karotis atau
vertebrobasilaris.
1. Disfungsi neurologis fokal yang sering ditemukan berupa:
a. Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan,
dan tungkai (hemiparesis, hemiplegi)
b. Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan
tungkai (hemihipestesi, hemi-anesthesi)
c. Gangguan bicara (disartria)
d. Gangguan berbahasa (afasia)
e.
Gejala neurologik lainnya:
Jalan sempoyongan (ataksia)
Rasa berputar (vertigo)
Kesulitan menelan (disfagia)
Melihat ganda (diplopia)
Penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kwadran-anopsia)
2. Gangguan tersebut terjadi mendadak, dan biasanya
berlangsung dalam waktu yang singkat (beberapa menit), jarang sampai lebih dari
1-2 jam, diikuti kesembuhan total tanpa gejala sisa.
3.
Diperlukan anamnesis yang teliti tentang faktor risiko TIA/stroke
Tabel: Faktor risiko TIA/stroke
Non
Modifiable
|
Modifiable,
well-documented
|
Potentially
modifiable, less well-documented
|
Umur
Jenis
kelamin
Berat
badan lahir rendah
Ras
Riwayat keluarga stroke/TIA
|
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Dislipidemia
Fibrilasi Atrial
Stenosis karotis asimtomatik
Penyakit sel sickle
Terapi
hormon pasca menopause
Kontrasepsi
oral
Diet/nutrisi
Inaktivitas fisik
Obesitas
Penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah
tepi)
|
Migren
dengan aura
Sindroma metabolik
Alkohol
Salah
guna obat
Gangguan nafas (sleep-disordered breathing)
Hiperhomosisteinemia
Hiperlipoprotein-a Lp(a)
Hiperkoagulabilitas
Inflamasi dan infeksi
|
Hasil
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana(Objective)
Pemeriksaan
Fisik
Meliputi
pemeriksaan umum dan neurologis.
Pemeriksaan
Umum
Terutama
pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, jantung, bising
karotis/subklavia, dan tanda vital lainnya.
Pemeriksaan
neurologis
Terutama
untuk menemukan adanya tanda defisit neurologis berupa status mental, motorik,
sensorik sederhana dan kortikal luhur, fungsi serebelar, dan otonomik
Pemeriksaan
Penunjang :-
Pemeriksaan
standar dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder:
1.
CT scan kepala (atau MRI)
2.
EKG (elektrokardiografi)
3.
Kadar gula darah
4.
Elektrolit serum
5.
Tes faal ginjal
6.
Darah lengkap
7. Faal
hemostasis
Catatan:
CT scan atau MRI kepala pada pasien TIA biasanya tidak menunjukkan kelainan,
kecuali dengan teknik khusus, misalnya perfusion CT, atau diffusion
weighted MRI (DWI).
Pemeriksaan
lain (sesuai indikasi):
1. Foto toraks
2. Tes faal hati
3. Ekokardiografi (jika diduga emboli kardiogenik)
4. TCD (transcranial Doppler)
5.
EEG (elektro-ensefalografi)
Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis
Klinis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik neurologis dan CT scan
kepala (bila diperlukan)
Diagnosis Banding:
1. Stroke iskemik (infark)
2. Stroke hemoragik
3.
Gangguan fungsi otak yang menyerupai TIA/stroke, misalnya:
a. Cedera otak traumatik: hematoma epidural/subdural
b. Tumor otak
c. Infeksi otak: abses, tuberkuloma
d. Todd’s paralysis (hemiparesis pasca serangan kejang)
e.
Gangguan metabolik: hipo/hiperglikemia
Komplikasi:
Antara
10-15% pasien mengalami stroke iskemik dalam waktu 3 bulan, dan sebagian besar
diantaranya terjadi dalam waktu 48 jam setelah terjadinya TIA.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
dapat dilakukan dengan:
Bila
mendapat serangan TIA, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit agar
mendapatkan pemeriksaan untuk menemukan penyebab dan penanganan lebih lanjut.
Bila skor ABCD2 > 5, pasien harus segera mendapat perawatan seperti
perawatan pasien stroke iskemik akut. Tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes dan penyakit gangguan darah harus segera diterapi. Untuk mencegah
berulangnya TIA dan serangan stroke, perlu diberikan obat antiplatelet,
misalnya asetosal, clopidogrel, dipyridamole, cilostazol. Pada stenosis
karotis, mungkin diperlukan tindakan carotid endarterectomy atau carotid
angioplasty. Jika ada fibrilasi atrial, mungkin diperlukan antikoagulan
oral, misalnya warfarin, rifaroxaban, dabigatran, apixaban.
Tabel 8.12 Skor ABCD2 untuk TIA
A ge
(umur) > 60 tahun
|
1
|
B P (
tekanan darah) > 140/90
|
1
|
C
linical features (gambaran klinis)
•
Kelemahan unilateral
•
Gangguan bahasa tanpa kelemahan motorik
|
2
1
|
D
uration (lama berlangsungnya TIA)
60
menit
10 –
59 menit
|
2
1
|
D
iabetes
|
1
|
Kriteria
Rujukan
Pasien
segera dirujuk ke RS untuk penanganan lebih lanjut.
Peralatan
Laboratorium:
darah lengkap dan kimia darah
Pemeriksaan
radiologi: foto toraks
Pasien
membutuhkan CT scan atau MRI di layanan sekunder
Prognosis
Prognosis bonam
bila faktor risiko dapat teratasi dan penanganan cepat dilakukan. Pemberian
obat antiplatelet dan antikoagulan dapat mencegah berulangnya TIA dan serangan
stroke iskemik.
No. ICPC-2 : K89 Transient cerebral ischaemia
No.ICD-10 : G45.9 Transient cerebral ischaemic attack, unspecified
Tingkat Kemampuan : 3B
Masalah Kesehatan
Referensi
1.
Fitzsimmons BFM. Cerebrovascular Disease: Ischemic Stroke. In Brust JCM (Ed). Current
Diagnosis and Treatment in Neurology. McGraw Hill, New York, 2007:100-25.
(Fitzsimmons, 2007)
2.
Romano JG, Sacco RL. Prevention of Recurrent Ischemic Stroke. In Goldstein LB
(Ed). A Primer on Stroke Prevention and Treatment. Wiley-Blackwell,
Dallas, 2009: 85-99. (Romano & Sacco, 2009)
3.
Biller J, Love BB, Schnek MJ. Vascular Diseases of the Nervous System. Ischemic
Cerebrovascular Disease. In Darrof RB et al (Eds). Bradley’s Neurology in
Clinical Practice. Vol 1: Principles of Diagnosis and Management. 6th ed. Elsevier,
Philadelphia, 2012:1003-1053. (Biller, et al., 2012)
4.
Furie K et al. Guidelines for the Prevention of Stroke in Patients With Stroke
or Transient Ischemic Attack : A Guideline for Healthcare Professionals From
the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke 2011;
42:227-276 (Furie, 2011)
5.
National Stroke Association. Transient Ischemic Attack (TIA). www.stroke.org
0 komentar:
Posting Komentar