Glaukoma Kronis
No. ICPC-2 : F93 Glaucoma
No. ICD-10 : H40.2 Primary
angle-closure glaucoma
Tingkat Kemampuan : 3B
Masalah Kesehatan
Glaukoma adalah kelompok
penyakit mata yang umumnya ditandai kerusakan saraf optik dan kehilangan lapang
pandang yang bersifat progresif serta berhubungan dengan berbagai faktor risiko
terutama tekanan intraokular (TIO) yang tinggi. Glaukoma merupakan penyebab
kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Kebutaan karena glaukoma
tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut, terutama bagi
yang memiliki risiko. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa
mereka menderita penyakit tersebut.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan
yang bervariasi dan berbeda tergantung jenis glaukoma.
Glaukoma kronis dapat dibagi
menjadi glaukoma kronis primer dan sekunder.
1.
Umumnya pada fase awal, glaukoma kronis tidak menimbulkan keluhan, dan
diketahui secarakebetulan bila melakukan pengukuran TIO
2.
Mata dapat terasa pegal, kadang-kadang pusing
3.
Rasa tidak nyaman atau mata cepat lelah
4.
Mungkin ada riwayat penyakit mata, trauma, atau pemakaian obat kortikosteroid
5. Kehilangan lapang pandang
perifer secara bertahap pada kedua mata
6. Pada glaukoma yang lanjut
dapat terjadi penyempitan lapang pandang yang bermakna hingga menimbulkan
gangguan, seperti menabrak-nabrak saat berjalan.
Faktor Risiko
1.
Usia 40 tahun atau lebih
2.
Ada anggota keluarga menderita glaukoma
3.
Penderita miopia, penyakit kardiovaskular, hipertensi, hipotensi, vasospasme,
diabetes mellitus, dan migrain
4. Pada glaukoma sekunder,
dapat ditemukan riwayat pemakaian obat steroid secara rutin, atau riwayat
trauma pada mata.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang Sederhana (Objective)
Glaukoma adalah penyakit mata
yang ditandai oleh trias glaukoma, yang terdiri dari:
1.
Peningkatan tekanan intraokular
2.
Perubahan patologis pada diskus optikus
3. Defek lapang pandang yang
khas.
Pemeriksaan Oftalmologis
1.
Visus normal atau menurun
2.
Lapang pandang menyempit pada tes konfrontasi
3.
Tekanan intra okular meningkat
4. Pada funduskopi, rasio cup
/ disc meningkat (rasio cup / disc normal: 0.3)
Foto
kelainan discus
Gambar 4. 4. Kelainan diskus
optik akibat komplikasi glaukoma
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pada pelayanan
primer.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penegakan
diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis.
Diagnosis Banding:
1.
Katarak
2.
Kelainan refraksi
3.
Retinopati diabetes / hipertensi
4. Retinitis pigmentosa
Penatalaksanaan Komprehensif
(Plan)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus glaukoma
pada layanan primer bertujuan mengendalikan tekanan intra okuler dan merujuk ke
dokter spesialis mata di rumah sakit.
Pengobatan umumnya
medikamentosa dengan obat-obat glaukoma, contohnya Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari.
Jenis obat lain dapat diberikan bila dengan 1 macam obat TIO belum terkontrol
Konseling dan Edukasi
1.
Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat penting untuk
keberhasilan pengobatan glaukoma.
2. Memberitahu pasien dan
keluarga agar pasien dengan riwayat glaukoma pada keluarga untuk memeriksakan
matanya secara teratur.
Kriteria Rujukan
Pada glaukoma kronik, rujukan
dilakukan segera setelah penegakan diagnosis.
Peralatan
1.
Snellen chart
2.
Tonometer Schiotz
3. Oftalmoskop
Prognosis
1.
Ad vitam : Bonam
2.
Ad functionam : Dubia ad malam
3. Ad sanationam : Dubia
ad malam
Referensi
1.
Gerhard, K.L. Oscar, Gabriele. Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook.
2ndEd.
New York: Thieme Stuttgart. 2007.
2.
Gondhowiardjo, T.D. Simanjuntak, G. Panduan Manajemen Klinis Perdami, 1th Ed.Jakarta: CV Ondo. 2006.
3.
James, Brus. dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 2005.
4.
Riordan, P.E, Whitcher, J.P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Ed17.Jakarta:
EGC. 2009.
5. Sidarta, I. Ilmu Penyakit
Mata, Ed III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
6.
Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta: Widya
Medika. 2000.
7. Sumber Gambar:
http://www.onmedica.com/
0 komentar:
Posting Komentar