Napkin Eczema (Dermatitis Popok)
No. ICPC-2 : S89 Diaper rash
No. ICD-10 : L22 Diaper
(napkin) dermatitis
Tingkat Kemampuan : 4A
Masalah Kesehatan
Napkin eczema sering disebut juga dengan
dermatitis popok atau diaper rash adalah dermatitis di daerah
genito-krural sesuai dengan tempat kontak popok. Umumnya pada bayi pemakai
popok dan juga orang dewasa yang sakit dan memakai popok. Dermatitis ini
merupakan salah satu dermatitis kontak iritan akibat isi napkin (popok).
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan
gatal dan bercak merah berbatas tegas mengikuti bentuk popok yang berkontak,
kadang-kadang basah dan membentuk luka.
Faktor Risiko
1. Popok jarang diganti.
2. Kulit bayi yang kering sebelum
dipasang popok.
3. Riwayat atopi diri dan
keluarga.
4. Riwayat alergi terhadap bahan
plastik dan kertas.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
1. Makula eritematosa berbatas
agak tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang berkontak)
2. Papul
3. Vesikel
4. Erosi
5. Ekskoriasi
6. Infiltran dan ulkus bila parah
7. Plak eritematosa (merah
cerah), membasah, kadang pustul, lesi satelit (bila terinfeksi jamur).
Gambar 11.24 Napkin eczema
Pemeriksaan Penunjang
Bila diduga terinfeksi jamur
kandida, perlu dilakukan pemeriksaan KOH atau Gram dari kelainan kulit yang
basah.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding
1. Penyakit Letterer-Siwe
2. Akrodermatitis enteropatika
3. Psoriasis infersa
4. Eritrasma
Komplikasi
Infeksi sekunder
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Untuk mengurangi gejala dan
mencegah bertambah beratnya lesi, perlu dilakukan hal berikut:
a. Ganti popok bayi lebih sering,
gunakan pelembab sebelum memakaikan popok bayi.
b. Dianjurkan pemakaian popok
sekali pakai jenis highly absorbent.
2. Prinsip pemberian
farmakoterapi yaitu untuk menekan inflamasi dan mengatasi infeksi kandida.
a. Bila ringan: krim/salep
bersifat protektif (zinc oxide/pantenol) dipakai 2 kali sehari selama 1
minggu atau kortikosteroid potensi lemah (hidrokortison salep 1-2,5%) dipakai 2
kali sehari selama 3-7 hari
b. Bila terinfeksi kandida:
berikan antifungal nistatin sistemik 1 kali sehari selama 7 hari atau derivat
azol topikal dikombinasi dengan zinc oxide diberikan 2 kali sehari
selama 7 hari.
Konseling dan Edukasi
1. Memberitahu keluarga mengenai
penyebab dan menjaga higiene kulit.
2. Mengajarkan cara penggunaan
popok dan mengganti secepatnya bila popok basah.
3. Mengganti popok sekali pakai
bila kapasitas telah penuh.
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Biasanya tidak perlu dilakukan,
hanya dilakukan untuk mengekslusi diagnosis banding.
Rencana Tindak Lanjut
Bila gejala tidak menghilang
setelah pengobatan standar selama 1 minggu, dilakukan:
1. Pengobatan dapat diulang 7
hari lagi.
2. Pertimbangkan untuk pemeriksaan
ulang KOH atau Gram.
Kriteria Rujukan
Bila keluhan tidak membaik
setelah pengobatan standarselama 2 minggu.
Peralatan
Peralatan laboratorium untuk
pemeriksaan KOH dan Gram
Prognosis
Prognosis umumnya bonam dan
dapat sembuh tanpa komplikasi.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M.,
Aisah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G.,
Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th
Ed. Canada. Saunders Elsevier.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar