Masalah Kesehatan
Hidradenitis supuratif atau
disebut juga akne inversa adalah peradangan kronis dan supuratif pada kelenjar
apokrin. Penyakit ini terdapat pada usia pubertas sampai usia dewasa muda.
Prevalensi keseluruhan adalah sekitar 1%. Rasio wanita terhadap pria adalah
3:1. Dari beberapa penelitian epidemiologi diketahui bahwa sepertiga pasien
hidradenitis supuratif memiliki kerabat dengan hidradenitis. Merokok dan
obesitas merupakan faktor risiko untuk penyakit ini. Penyakit ini juga sering
didahului oleh trauma atau mikrotrauma, misalnya banyak keringat, pemakaian
deodorant atau rambut ketiak digunting.
Beberapa bakteri telah
diidentifikasi dalam kultur yang diambil dari lesi hidradenitis supuratif,
diantaranya adalah Streptococcusviridans, Staphylococcus aureus,
bakteri anaerob (Peptostreptococcus spesies, Bacteroi desmelanino
genicus, dan Bacteroides corrodens), Coryne formbacteria, dan
batang Gram-negatif.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan awal yang dirasakan
pasien adalah gatal, eritema, dan hiperhidrosis lokal. Tanpa pengobatan
penyakit ini dapat berkembang dan pasien merasakan nyeri di lesi.
Faktor Risiko
Merokok, obesitas, banyak
berkeringat, pemakaian deodorant, menggunting rambut ketiak
Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Ruam berupa nodus dengan tanda-tanda
peradangan akut, kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah membentuk
fistula dan disebut hidradenitis
supuratif. Pada yang menahun
dapat terbentuk abses, fistel, dan sinus yang multipel. Terdapat leukositosis.
Lokasi predileksi di aksila,
lipat paha, gluteal, perineum dan daerah payudara. Meskipun penyakit ini di
aksila seringkali ringan, di perianal sering progresif dan berulang.
Ada dua sistem klasifikasi untuk
menentukan keparahan hidradenitis supuratif, yaitu dengan sistem klasifikasi
Hurley dan Sartorius.
1. Hurley mengklasifikasikan
pasien menjadi tiga kelompok berdasarkan adanya dan luasnyajaringan parutdan
sinus.
a. TahapI : lesi soliter atau
multipel, ditandai denganpembentukan absestanpasaluransinusatau jaringan parut.
b. Tahap II :lesisingle atau
multipel dengan abses berulang, ditandai denganpembentukansaluran sinusdan
jaringan parut.
c. TahapIII: tahap yang palingparah,
beberapasaluransaling berhubungandan absesmelibatkanseluruh
daerahanatomi(misalnyaketiakataupangkal paha).
2. Skor Sartorius.
Skordidapatkandengan menghitungjumlahlesikulit dantingkat keterlibatandi
setiaplokasi anatomi. Lesiyang lebih parahsepertifistuladiberikanskor yang
lebih tinggidaripadalesiringanseperti abses. Skordari semua
lokasianatomiditambahkanuntuk mendapatkanskor total.
Gambar 11.29 Hidradenitis
supuratif
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Ditegakkan ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
Diagnosis Banding
Furunkel, karbunkel, kista
epidermoid atau kista dermoid , Erisipelas, Granuloma inguinal, Lymphogranuloma
venereum, Skrofuloderma
Komplikasi
1. Jaringan parut di lokasi lesi.
2. Inflamasi kronis pada
genitofemoral dapat menyebabkan striktur di anus, uretra atau rektum.
3. Fistula uretra.
4. Edema genital yangdapat
menyebabkangangguan fungsional.
5. Karsinoma sel skuamosa dapat
berkembangpada pasiendenganriwayat penyakit yang lama, namun jarang terjadi.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Pengobatan oral:
a. Antibiotik sistemik
Antibiotik sistemik misalnya
dengan kombinasi rifampisin600mg sehari(dalam dosis tunggalataudosis terbagi)
danklindamisin300mgdua kali sehari menunjukkan hasil pengobatan yang
menjanjikan. Dapsondengan dosis50-150mg/hari sebagaimonoterapi, eritromisin
atau tetrasiklin 250-500 mg 4xsehari, doksisilin 100 mg 2xsehari selama 7-14
hari.
b. Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik misalnya
triamsinolon, prednisolon atau prednison
2. Jika telah terbentuk abses,
dilakukan insisi.
Konseling dan Edukasi
Edukasi dilakukan terhadap
pasien, yaitu berupa:
1. Mengurangi berat badan untuk
pasien obesitas.
2. Berhenti merokok.
3. Tidak mencukur di kulit yang
berjerawat karena mencukur dapat mengiritasi kulit.
4. Menjaga kebersihan kulit.
5. Mengenakan pakaian yang
longgar untuk mengurangi gesekan
6. Mandi dengan menggunakan sabun
dan antiseptik atau antiperspirant.
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila penyakit
tidak sembuh dengan pengobatan oral atau lesi kambuh setelah dilakukan insisi
dan drainase.
Peralatan
Bisturi
Prognosis
Prognosis umumnya bonam,
tingkat keparahan penyakit bervariasi dari satu pasien dengan pasien lainnya.
No. ICPC-2 : S92 Sweat gland disease
No. ICD-10 : L73.2 Hidradenitis suppurativa
Tingkat Kemampuan : 4A
Referensi
1. Alhusayen, R. & Shear, N.
H. 2012. Pharmacologic Interventions For Hidradenitis Suppurativa. American
Journal Of Clinical Dermatology, 13,pp 283-91. Available from
http://search.proquest.com/docview/1030722679/fulltextPDF/2D2BD7905F304E87PQ/6?accountid=17242#(7
Juni 2014)
2. American Academy of
Dermatology. Hidradenitis suppurativa. Available from
http://www.aad.org/dermatology-a-to-z/diseases-and-treatments/e---h/hidradenitis-suppurativa(7
Juni 2014).
3. Djuanda, A., Hamzah, M.,
Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Herrington, S. (2007). Hidradenitis
suppurativa. In M. R. Dambro (Ed.), Griffith’s 5 minute clinical consult.14th
Ed. Philadelphia. Lippincott Williams and Wilkins, pp. 570–572.
5. Jovanovic, M. 2014.
Hidradenitis suppurativa. Medscape. June 7, 2014.
http://emedicine.medscape.com/article/1073117-overview.
6. Sartorius, K., Emtestam, L.,
Lapins, J. & Johansson, O. 2010. Cutaneous PGP 9.5 Distribution Patterns In
Hidradenitis Suppurativa. Archives of Dermatological Research, 302,pp.
461-8. Available from:
7.
http://search.proquest.com/docview/521176635?accountid=17242(7 Juni 2014)..
8. Shah, N. 2005. Hidradenitus
suppurative: A treatment challenge. American Family Physician, 72(8),
pp. 1547-1552. Available from
9.
http://www.aafp.org/afp/2005/1015/p1547.html#afp20051015p1547-t2(7 Juni 2014).
0 komentar:
Posting Komentar