Pedikulosis Kapitis
No. ICPC-2 : S73Pediculosis/skin infestation other
No. ICD-10 : B85.0 Pediculosis due to Pediculus humanus
capitis
Tingkat Kemampuan : 4A
Masalah Kesehatan
Pedikulosis kapitis adalah infeksi dan infestasi kulit kepala
dan rambut manusia yang disebabkan oleh kutu kepala Pediculus humanus var
capitis. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas
dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama atau panti asuhan.
Ditambah pula dalam kondisi higiene yang tidak baik, misalnya jarang
membersihkan rambut atau rambut yang relatif susah dibersihkan (rambut yang
sangat panjang pada wanita).
Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab,
melalui:
1. Kontak fisik
erat dengan kepala penderita, seperti tidur bersama.
2. Kontak melalui fomite yang terinfestasi, misalnya
pemakaian bersama aksesori kepala, sisir, dan bantal juga dapat menyebabkan
kutu menular.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Gejala yang paling sering timbul adalah gatal di kepala
akibat reaksi hipersensitivitas terhadap saliva kutu saat makan maupun terhadap
feses kutu. Gejala dapat pula asimptomatik
Faktor Risiko
1. Status
sosioekonomi yang rendah.
2. Higiene
perorangan yang rendah
3. Prevalensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada
pria, terutama pada populasi anak usia sekolah.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit terjadi karena bekas garukan, yaitu bentuk erosi
dan ekskoriasi. Bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri, maka timbul pus
dan krusta yang menyebabkan rambut bergumpal, disertai dengan pembesaran
kelenjar getah bening regional. Ditemukan telur dan kutu yang hidup pada kulit
kepala dan rambut. Telur P. humanus var. capitis paling sering ditemukan
pada rambut di daerah oksipital dan retroaurikular.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dengan menemukan kutu atau telur kutu di kulit kepala dan rambut.
Gambar 11.10 Telur Pediculus humanus capitis
Diagnosis Banding
Tinea kapitis, Impetigo krustosa (pioderma), Dermatitis
seboroik
Komplikasi
Infeksi sekunder bila pedikulosis berlangsung kronis.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk memusnahkan semua kutu dan telur
serta mengobati infeksi sekunder.
1. Sebaiknya
rambut pasien dipotong sependek mungkin, kemudian disisir dengan menggunakan
sisir serit, menjaga kebersihan kulit kepala dan menghindari kontak erat dengan
kepala penderita.
2. Pengobatan
topikal merupakan terapi terbaik, yaitu dengan pedikulosid dengan salah satu
pengobatan di bawah ini:
a. Malathion
0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray, dibiarkan 1 malam.
b. Permetrin 1%
dalam bentuk cream rinse, dibiarkan selama 2 jam
c. Gameksan 1%, dibiarkan selama 12 jam.
Pedikulosid sebaiknya tidak digunakan pada anak usia kurang
dari 2 tahun.
Cara penggunaan: rambut dicuci dengan shampo, kemudian
dioleskan losio/krim dan ditutup dengan kain. Setelah menunggu sesuai waktu
yang ditentukan, rambut dicuci kembali lalu disisir dengan sisir serit.
3. Pada infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur,
diberikan pengobatan dengan antibiotik sistemik dan topikal telebih dahulu,
lalu diberikan obat di atas dalam bentuk shampo.
Konseling
dan Edukasi
Edukasi keluarga tentang pedikulosis penting untuk
pencegahan. Kutu kepala dapat ditemukan di sisir atau sikat rambut, topi,
linen, boneka kain, dan upholstered furniture, walaupun kutu lebih
memilih untuk berada dalam jarak dekat dengan kulit kepala, sehingga harus
menghindari pemakaian alat-alat tersebut bersama-sama. Anggota keluarga dan
teman bermain anak yang terinfestasi harus diperiksa, namun terapi hanya
diberikan pada yang terbukti mengalami infestasi. Kerjasama semua pihak
dibutuhkan agar eradikasi dapat tercapai.
Kriteria
Rujukan
Apabila terjadi infestasi kronis dan tidak sensitif terhadap
terapi yang diberikan.
Peralatan
Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit
pedikulosis kapitis.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s
Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders
Elsevier.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman
Pelayanan Medik. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar