Migren
No. ICPC-2
: N89 Migraine
No. ICD-10
: G43.9 Migraine, unspecified
Tingkat
Kemampuan : 4A
Masalah
Kesehatan
Migren
adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer dengan kualitas
vaskular (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia,
fonofobia, gangguan tidur dan depresi. Serangan seringkali berulang dan
cenderung tidak akan bertambah parah setelah bertahun-tahun. Migren bila tidak
diterapi akan berlangsung antara 4-72 jam dan yang klasik terdiri atas 4 fase
yaitu fase prodromal (kurang lebih 25 % kasus), fase aura (kurang lebih 15%
kasus), fase nyeri kepala dan fase postdromal.
Pada
wanita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala 2:1. Wanita
hamil tidak luput dari serangan migren, pada umumnya serangan muncul pada
kehamilan trimester I.
Sampai
saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai
gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistem saraf dan avikasi sistem
trigeminal-vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
Hasil
Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Suatu
serangan migren dapat menyebabkan sebagian atau seluruh tanda dan gejala,
sebagai berikut:
1.
Nyeri moderat sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri hanya
pada satu sisi kepala, namun sebagian merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.
2.
Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
3. Rasa
nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
4. Rasa nyerinya sedemikian rupa sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Mual dengan atau tanpa muntah.
6. Fotofobia atau fonofobia.
7. Sakit kepalanya mereda secara bertahap pada siang hari dan
setelah bangun tidur, kebanyakan pasien melaporkan merasa lelah dan lemah
setelah serangan.
8.
Sekitar 60 % penderita melaporkan gejala prodormal, seringkali terjadi beberapa
jam atau beberapa hari sebelum onset dimulai. Pasien melaporkan perubahan mood
dan tingkah laku dan bisa juga gejala psikologis, neurologis atau otonom.
Faktor Predisposisi
1. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau
sebelumnya/ perubahan hormonal.
2. Puasa dan terlambat makan
3. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan.
4. Cahaya kilat atau berkelip.
5. Banyak tidur atau kurang tidur
6. Faktor herediter
7.
Faktor kepribadian
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)
Pemeriksaan
Fisik
Pada
pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal.
Temuan-temuan yang abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder, yang memerlukan
pendekatan diagnostik dan terapi yang berbeda.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, pemeriksaan ini dilakukan jika ditemukan
hal-hal, sebagai berikut:
a. Kelainan-kelainan struktural, metabolik dan penyebab lain
yang dapat menyerupai gejala migren.
b. Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit penyerta yang dapat
menyebabkan komplikasi.
c.
Menentukan dasar pengobatan dan untuk menyingkirkan kontraindikasi obat-obatan
yang diberikan.
2. Pencitraan (dilakukan di rumah sakit rujukan).
3. Neuroimaging diindikasikan pada hal-hal, sebagai
berikut:
a. Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup
penderita.
b. Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis
pada migren.
c. Pemeriksaan neurologis yang abnormal.
d. Sakit kepala yang progresif atau persisten.
e.
Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren dengan aura atau
hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
f. Defisit neurologis yang persisten.
g. Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan
dengan gejala-gejala neurologis yang kontralateral.
h. Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin.
i.
Gejala klinis yang tidak biasa.
Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis
Klinis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik umum dan
neurologis.
Kriteria Migren:
Nyeri
kepala episodik dalam waktu 4-72 jam dengan gejala dua dari nyeri kepala
unilateral, berdenyut, bertambah berat dengan gerakan, intensitas sedang sampai
berat ditambah satu dari mual atau muntah, fonofobia atau fotofobia.
Diagnosis Banding
Arteriovenous Malformations, Atypical Facial Pain, Cerebral Aneurysms,
Childhood Migraine Variants, Chronic Paroxysmal Hemicrania, Cluster-type
hedache (nyeri kepala kluster)
Komplikasi
1. Stroke iskemik dapat terjadi sebagai komplikasi yang
jarang namun sangat serius dari migren. Hal ini dipengaruhi oleh faktor risiko
seperti aura, jenis kelamin wanita, merokok, penggunaan hormon estrogen.
2.
Pada migren komplikata dapat menyebabkan hemiparesis.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi
sensoris berlebihan.
2. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang
dengan dikompres dingin.
a. Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat
keparahan migren, baik pada pasien yang menggunakan obat-obat preventif atau tidak.
b. Menghindari pemicu, jika makanan tertentu menyebabkan
sakit kepala, hindarilah dan makan makanan yang lain. Jika ada aroma tertentu
yang dapat memicu maka harus dihindari. Secara umum pola tidur yang reguler dan
pola makan yang reguler dapat cukup membantu.
c. Berolahraga secara teratur, olahraga aerobik secara
teratur mengurangi tekanan dan dapat mencegah migren.
d.
Mengurangi efek estrogen, pada wanita dengan migren dimana estrogen menjadi
pemicunya atau menyebabkan gejala menjadi lebih parah, atau orang dengan
riwayat keluarga memiliki tekanan darah tinggi atau stroke sebaiknya mengurangi
obat-obatan yang mengandung estrogen.
e. Berhenti merokok, merokok dapat memicu sakit kepala atau
membuat sakit kepala menjadi lebih parah (dimasukkan di konseling).
f. Penggunaan headache diary untuk mencatat frekuensi
sakit kepala.
g. Pendekatan terapi untuk migren melibatkan pengobatan akut
(abortif) dan preventif (profilaksis).
3. Pengobatan Abortif: Melihat kembali rujukan yang ada .
a. Analgesik spesifik adalah analgesik yang hanya bekerja
sebagai analgesik nyeri kepala. Lebih bermanfaat untuk kasus yang berat atau
respon buruk dengan NSAID. Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin, dan golongan
Triptan yang merupakan agonis selektif reseptor serotonin pada 5-HT1.
b. Ergotamin dan DHE diberikan pada migren sedang sampai
berat apabila analgesik non spesifik kurang terlihat hasilnya atau memberi efek
samping. Kombinasi ergotamin dengan kafein bertujuan untuk menambah absorpsi
ergotamin sebagai analgesik. Hindari pada kehamilan, hipertensi tidak
terkendali, penyakit serebrovaskuler serta gagal ginjal.
c. Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotobia dan
fonofobia. Obat ini diberikan pada migren berat atau yang tidak memberikan
respon terhadap analgesik non spesifik. Dosis awal 50 mg dengan dosis maksimal
200 mg dalam 24 jam.
d.
Analgesik non spesifik yaitu analgesik yang dapat diberikan pada nyeri lain
selain nyeri kepala, dapat menolong pada migren intensitas nyeri ringan sampai
sedang.
Tabel 8.2. Regimen analgesik untuk migren Regimen analgesik
|
NNT*
|
Aspirin
600-900 mg + metoclopramide
|
3,2
|
Asetaminofen
1000 mg
|
5,2
|
Ibuprofen
200-400 mg
|
7,5
|
*Respon
terapi dalam 2 jam (nyeri kepala residual ringan atau hilang dalam 2 jam)
Domperidon
atau Metoklopropamid sebagai antiemetik dapat diberikan saat serangan nyeri
kepala atau bahkan lebih awal yaitu pada saat fase prodromal.
4.
Pengobatan preventif:
Pengobatan
preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak.
Pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek
(subakut), atau jangka panjang (kronis). Pada serangan episodik diberikan bila
faktor pencetus dikenal dengan baik, sehingga dapat diberikan analgesik
sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek diberikan apabila pasien akan
terkena faktor risiko yang telah 268
dikenal dalam jangka waktu
tertentu, misalnya migren menstrual. Terapi preventif kronis diberikan dalam
beberapa bulan bahkan tahun tergantung respon pasien.
Farmakoterapi
pencegahan migren
Tabel 8.3. Farmakoterapi pencegah migren Nama Obat
|
Dosis
|
Propranolol
|
40-240
mg/hr
|
Nadolol
|
20-160
mg/hr
|
Metoprolol
|
50-100
mg/hr
|
Timolol
|
20-60
mg/hr
|
Atenolol
|
50-100
mg/hr
|
Amitriptilin
|
10-200
mg/hr
|
Nortriptilin
|
10-150
mg/hr
|
Fluoksetin
|
10-80
mg/hr
|
Mirtazapin
|
15-45
mg/hr
|
Valproat
|
500-1000
mg/hr
|
Topiramat
|
50-200
mg/hr
|
Gabapentin
|
900-3600
mg/hr
|
Verapamil
|
80-640
mg/hr
|
Flunarizin
|
5-10
mg/hr
|
Nimodipin
|
30-60
mg/hr
|
Komplikasi
1.
Obat-obat NSAID seperti Ibuprofen dan Aspirin dapat menyebabkan efek samping
seperti nyeri abdominal, perdarahan dan ulkus, terutama jika digunakan dalam
dosis besar dan jangka waktu yang lama.
2.
Penggunaan obat-obatan abortif lebih dari dua atau tiga kali seminggu dengan
jumlah yang besar, dapat menyebabkan komplikasi serius yang dinamakan rebound.
Konseling
dan Edukasi
1.
Pasien dan keluarga dapat berusaha mengontrol serangan.
2.
Keluarga menasehati pasien untuk beristirahat dan menghindari pemicu, serta
berolahraga secara teratur.
3.
Keluarga menasehati pasien jika merokok untuk berhenti merokok karena merokok
dapat memicu sakit kepala atau membuat sakit kepala menjadi lebih parah.
Kriteria
Rujukan
Pasien
perlu dirujuk jika migren terus berlanjut dan tidak hilang dengan pengobatan
analgesik non-spesifik. Pasien dirujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis
saraf).
Peralatan
1. Alat pemeriksaan neurologis
2.
Obat antimigren
Prognosis
Prognosis
pada umumnya bonam, namun quo ad sanationam adalah dubia karena
sering terjadi berulang.
Referensi
1. Sadeli H. A. Penatalaksanaan Terkini Nyeri Kepala
Migrain. Dalam Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya.2006.
2. Purnomo H. Migrainous Vertigo. Dalam Kumpulan
Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya.2006. (Purnomo, 2006)
3.
Migraine. Available at:
www.mayoclinic/disease&condition/topic/migraine.htm
0 komentar:
Posting Komentar