konsensus PNPK buku ajar Pedoman SPM

Sabtu, 01 Oktober 2016

Glaukoma Kronis

Glaukoma Kronis


No. ICPC-2 : F93 Glaucoma
No. ICD-10 : H40.2 Primary angle-closure glaucoma
Tingkat Kemampuan : 3B
Masalah Kesehatan
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai kerusakan saraf optik dan kehilangan lapang pandang yang bersifat progresif serta berhubungan dengan berbagai faktor risiko terutama tekanan intraokular (TIO) yang tinggi. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut, terutama bagi yang memiliki risiko. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan yang bervariasi dan berbeda tergantung jenis glaukoma.
Glaukoma kronis dapat dibagi menjadi glaukoma kronis primer dan sekunder.
1. Umumnya pada fase awal, glaukoma kronis tidak menimbulkan keluhan, dan diketahui secarakebetulan bila melakukan pengukuran TIO
2. Mata dapat terasa pegal, kadang-kadang pusing
3. Rasa tidak nyaman atau mata cepat lelah
4. Mungkin ada riwayat penyakit mata, trauma, atau pemakaian obat kortikosteroid
5. Kehilangan lapang pandang perifer secara bertahap pada kedua mata

6. Pada glaukoma yang lanjut dapat terjadi penyempitan lapang pandang yang bermakna hingga menimbulkan gangguan, seperti menabrak-nabrak saat berjalan.
Faktor Risiko
1. Usia 40 tahun atau lebih
2. Ada anggota keluarga menderita glaukoma
3. Penderita miopia, penyakit kardiovaskular, hipertensi, hipotensi, vasospasme, diabetes mellitus, dan migrain
4. Pada glaukoma sekunder, dapat ditemukan riwayat pemakaian obat steroid secara rutin, atau riwayat trauma pada mata.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh trias glaukoma, yang terdiri dari:
1. Peningkatan tekanan intraokular
2. Perubahan patologis pada diskus optikus
3. Defek lapang pandang yang khas.

Pemeriksaan Oftalmologis
1. Visus normal atau menurun
2. Lapang pandang menyempit pada tes konfrontasi
3. Tekanan intra okular meningkat
4. Pada funduskopi, rasio cup / disc meningkat (rasio cup / disc normal: 0.3)


Foto kelainan discus

Gambar 4. 4. Kelainan diskus optik akibat komplikasi glaukoma
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pada pelayanan primer.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis.
Diagnosis Banding:
1. Katarak
2. Kelainan refraksi
3. Retinopati diabetes / hipertensi
4. Retinitis pigmentosa

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus glaukoma pada layanan primer bertujuan mengendalikan tekanan intra okuler dan merujuk ke dokter spesialis mata di rumah sakit.
Pengobatan umumnya medikamentosa dengan obat-obat glaukoma, contohnya Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari. Jenis obat lain dapat diberikan bila dengan 1 macam obat TIO belum terkontrol
Konseling dan Edukasi
1. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat penting untuk keberhasilan pengobatan glaukoma.
2. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat glaukoma pada keluarga untuk memeriksakan matanya secara teratur.

Kriteria Rujukan
Pada glaukoma kronik, rujukan dilakukan segera setelah penegakan diagnosis.
Peralatan
1. Snellen chart
2. Tonometer Schiotz
3. Oftalmoskop

Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Dubia ad malam
3. Ad sanationam : Dubia ad malam

Referensi
1. Gerhard, K.L. Oscar, Gabriele. Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook. 2ndEd. New York: Thieme Stuttgart. 2007.
2. Gondhowiardjo, T.D. Simanjuntak, G. Panduan Manajemen Klinis Perdami, 1th Ed.Jakarta: CV Ondo. 2006.
3. James, Brus. dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 2005.
4. Riordan, P.E, Whitcher, J.P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Ed17.Jakarta: EGC. 2009.
5. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Ed III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.

6. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.

7. Sumber Gambar: http://www.onmedica.com/ 

0 komentar:

Posting Komentar