konsensus PNPK buku ajar Pedoman SPM

Senin, 26 September 2016

Ulkus Mulut (Aftosa, Herpes)



Masalah Kesehatan
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
Stomatitis aftosa rekurens (SAR) merupakan penyakit mukosa mulut tersering dan memiliki prevalensi sekitar 10 – 25% pada populasi. Sebagian besar kasus bersifat ringan, self-limiting, dan seringkali diabaikan oleh pasien. Namun, SAR juga dapat merupakan gejala dari penyakit-penyakit sistemik, seperti penyakit Crohn, penyakit Coeliac, malabsorbsi, anemia defisiensi besi atau asam folat, defisiensi vitamin B12, atau HIV. Oleh karenanya, peran dokter di pelayanan kesehatan primer dalam mendiagnosis dan menatalaksana SAR sangat penting.

Stomatitis herpes merupakan inflamasi pada mukosa mulut akibat infeksi virus Herpes simpleks tipe 1 (HSV 1). Penyakit ini cukup sering ditemukan pada praktik layanan primer sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan manifestasi dari kelainan imunodefisiensi yang berat, misalnya HIV. Amat penting bagi para dokter di pelayanan kesehatan primer untuk dapat mendiagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat dalam kasus stomatitis herpes.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
1. Luka yang terasa nyeri pada mukosa bukal, bibir bagian dalam, atau sisi lateral dan anterior lidah.
2. Onset penyakit biasanya dimulai pada usia kanak-kanak, paling sering pada usia remaja atau dewasa muda, dan jarang pada usia lanjut.
3. Frekuensi rekurensi bervariasi, namun seringkali dalam interval yang cenderung reguler.
4. Episode SAR yang sebelumnya biasanya bersifat self-limiting.
5. Pasien biasanya bukan perokok atau tidak pernah merokok.
6. Biasanya terdapat riwayat penyakit yang sama di dalam keluarga.
7. Pasien biasanya secara umum sehat. Namun, dapat pula ditemukan gejala-gejala seperti diare, konstipasi, tinja berdarah, sakit perut berulang, lemas, atau pucat, yang berkaitan dengan penyakit yang mendasari
8. Pada wanita, dapat timbul saat menstruasi.
Stomatitis Herpes
1. Luka pada bibir, lidah, gusi, langit-langit, atau bukal, yang terasa nyeri.
2. Kadang timbul bau mulut.
3. Dapat disertai rasa lemas (malaise), demam, dan benjolan pada kelenjar limfe leher.
4. Sering terjadi pada usia remaja atau dewasa.
5. Terdapat dua jenis stomatitis herpes, yaitu:
a. Stomatitis herpes primer,yang merupakan episode tunggal.
b. Stomatitis herpes rekurens, bila pasien telah mengalami beberapa kali penyakit serupa sebelumnya.
6. Rekurensi dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti: demam, paparan sinar matahari, trauma, dan kondisi imunosupresi seperti HIV, penggunaan kortikosteroid sistemik, dan keganasan.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Aftosa/Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
Terdapat 3 tipe SAR, yaitu: minor, mayor, dan herpetiform.


Pemeriksaan fisik
1. Tanda anemia (warna kulit, mukosa konjungtiva)
2. Pemeriksaan abdomen (distensi, hipertimpani, nyeri tekan)
3. Tanda dehidrasi akibat diare berulang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Darah perifer lengkap
2. MCV, MCH, dan MCHC

Stomatitis Herpes
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
1. Lesi berupa vesikel, berbentuk seperti kubah, berbatas tegas, berukuran 2 – 3 mm, biasanya multipel, dan beberapa lesi dapat bergabung satu sama lain.
2. Lokasi lesi dapat di bibir (herpes labialis) sisi luar dan dalam, lidah, gingiva, palatum, atau bukal.
3. Mukosa sekitar lesi edematosa dan hiperemis.
4. Demam
5. Pembesaran kelenjar limfe servikal
6. Tanda-tanda penyakit imunodefisiensi yang mendasari

Pemeriksaan penunjang
Tidak mutlak dan tidak rutin dilakukan.

Penegakan Diagnosis (Assessment)
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
Diagnosis SAR dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis. Dokter perlu mempertimbangkan kemungkinan adanya penyakit sistemik yang mendasari.

Diagnosis Banding
1. Herpes simpleks
2. Sindrom Behcet
3. Hand, foot, and mouth disease
4. Liken planus
5. Manifestasi oral dari penyakit autoimun (pemfigus, SLE, Crohn)
6. Kanker mulut
Stomatitis Herpes
Diagnosis stomatitis herpes dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis.

Diagnosis banding:
1. SAR tipe herpetiform
2. SAR minor multipel
3. Herpes zoster
4. Sindrom Behcet
5. Hand, foot, and mouth disease
6. Manifestasi oral dari penyakit autoimun (pemfigus, SLE, Crohn)

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

Pengobatan yang dapat diberikan untuk mengatasi SAR adalah:
1. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% untuk membersihkan rongga mulut. Penggunaan sebanyak 3 kali setelah makan, masing-masing selama 1 menit.
2. Kortikosteroid topikal, seperti krim triamcinolone acetonide 0,1% in ora base sebanyak 2 kali sehari setelah makan dan membersihkan rongga mulut.
Konseling dan Edukasi
Pasien perlu menghindari trauma pada mukosa mulut dan makanan atau zat dalam makanan yang berpotensi menimbulkan SAR, misalnya: kripik, susu sapi, gluten, asam benzoat, dan cuka.

Kriteria Rujukan
Dokter di pelayanan kesehatan primer perlu merujuk ke layanan sekunder, bila ditemukan:

1. Gejala-gejala ekstraoral yang mungkin terkait penyakit sistemik yang mendasari, seperti:
a. Lesi genital, kulit, atau mata
b. Gangguan gastrointestinal
c. Penurunan berat badan
d. Rasa lemah
e. Batuk kronik
f. Demam
g. Limfadenopati, Hepatomegali, Splenomegali

2. Gejala dan tanda yang tidak khas, misalnya:
a. Onset pada usia dewasa akhir atau lanjut
b. Perburukan dari aftosa
c. Lesi yang amat parah
d. Tidak adanya perbaikan dengan tatalaksana kortikosteroid topikal

3. Adanya lesi lain pada rongga mulut, seperti:
a. Kandidiasis
b. Glositis
c. Perdarahan, bengkak, atau nekrosis pada gingiva
d. Leukoplakia
e. Sarkoma Kaposi

Stomatitis Herpes
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu:
1. Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan analgetik seperti Parasetamol atau Ibuprofen. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% juga memberi efek anestetik sehingga dapat membantu

2. Pilihan antivirus yang dapat diberikan, antara lain:
a. Acyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
 dewasa: 5 kali 200 – 400 mg per hari, selama 7 hari
 anak: 20 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 5 kali pemberian, selama 7 hari

b. Valacyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
 dewasa: 2 kali 1 – 2 g per hari, selama 1 hari
 anak : 20 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 5 kali pemberian, selama 7 hari

c. Famcyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
 dewasa: 3 kali 250 mg per hari, selama 7 – 10 hari untuk episode tunggal 3 kali 500 mg per hari, selama 7 – 10 hari untuk tipe rekurens
 anak : Belum ada data mengenai keamanan dan efektifitas pemberiannya pada anak-anak

Dokter perlu memperhatikan fungsi ginjal pasien sebelum memberikan obat-obat di atas. Dosis perlu disesuaikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. Pada kasus stomatitis herpes akibat penyakit sistemik, harus dilakukan tatalaksana definitif sesuai penyakit yang mendasari.
Pencegahan rekurensi pada stomatitis herpes rekurens
Pencegahan rekurensi dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor pencetus dan selanjutnya melakukan penghindaran. Faktor-faktor yang biasanya memicu stomatitis herpes rekurens, antara lain trauma dan paparan sinar matahari.

Peralatan
1. Kaca mulut
2. Lampu senter

Prognosis
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Dubia
Stomatitis Herpes
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Dubia


No ICPC-2 : D83. Mouth / tongue / lip disease
No ICD-10 : K12. Stomatitis and related lesions
K12.0. Recurrent oral aphtae
K12.1. Other form of stomatitis
Tingkat Kemampuan : 4A


Referensi
1. Cawson, R. & Odell, E., 2002. Diseases of the Oral Mucosa: Non-Infective Stomatitis. In Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. Spain: Elsevier Science Limited, pp. 192–195. (Cawson & Odell, 2002)
2. Scully, C., 1999. Mucosal Disorders. In Handbook of Oral Disease: Diagnosis and Management. London: Martin Dunitz Limited, pp. 73–82. (Scully, 1999)
3. Woo, SB & Sonis, S., 1996. Recurrent Aphtous Ulcers: A Review of Diagnosis and Treatment. Journal of The American Dental Association, 127, pp.1202–1213. (Woo & Sonis, 1996)
4. Woo, Sook Bin & Greenberg, M., 2008. Ulcerative, Vesicular, and Bullous Lesions. In M. Greenberg, M. Glick, & J. A. Ship, eds. Burket’s Oral Medicine. Ontario: BC Decker, p. 41. (Woo & Greenberg, 2008)

























Ulkus Mulut pdf, Ulkus Mulut ppt, Ulkus Mulut adalah,  Ulkus Mulut aptosa pdf, Ulkus Mulut hiv, Ulkus Mulut apthosa, ulkus rongga mulut adalah, defenisi Ulkus Mulut, etiologi, Ulkus Mulut, gejala Ulkus Mulut, macam Ulkus Mulut



0 komentar:

Posting Komentar