Masalah Kesehatan
Hiperglikemik Hiperosmolar Non
Ketotik (HHNK) merupakan komplikasi akut pada DM tipe 2 berupa peningkatan
kadar gula darah yang sangat tinggi (> 600mg/dl-1200mg/dl) dan ditemukan
tanda-tanda dehidrasi tanpa disertai gejala asidosis. HHNK biasanya terjadi pada
orang tua dengan DM, yang mempunyai penyakit penyerta dengan asupan makanan
yang kurang. Faktor pencetus serangan antara lain: infeksi, ketidakpatuhan
dalam pengobatan, DM tidak terdiagnosis, dan penyakit penyerta lainnya.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Lemah
2. Gangguan penglihatan
3. Mual dan muntah
4. Keluhan saraf seperti letargi,
disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma.
Secara klinis HHNK sulit
dibedakan dengan ketoasidosis diabetik terutama bila hasil laboratorium seperti
kadar gula darah, keton, dan keseimbangan asam basa belum ada hasilnya.
Untuk menilai kondisi tersebut
maka dapat digunakan acuan, sebagai berikut:
1. Sering ditemukan pada usia
lanjut, yaitu usia lebih dari 60 tahun, semakin muda semakin berkurang, dan
belum pernah ditemukan pada anak.
2. Hampir separuh pasien tidak
mempunyai riwayat DM atau diabetes tanpa pengobatan insulin.
3. Mempunyai penyakit dasar lain.
Ditemukan 85% pasien HHNK mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah
ditemukan pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit Cushing.
4. Sering disebabkan obat-obatan
antara lain Tiazid, Furosemid, Manitol, Digitalis, Reserpin, Steroid,
Klorpromazin, Hidralazin, Dilantin, Simetidin, dan Haloperidol (neuroleptik).
5. Mempunyai faktor pencetus,
misalnya penyakit kardiovaskular, aritmia, perdarahan, gangguan keseimbangan
cairan, pankreatitis, koma hepatik, dan operasi.
Dari anamnesis keluarga biasanya faktor
penyebab pasien datang ke rumah sakit adalah poliuria, polidipsia, penurunan
berat badan, dan penurunan kesadaran.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
1. Pasien apatis sampai koma
2. Tanda-tanda dehidrasi berat
seperti: turgor buruk, mukosa bibir kering, mata cekung, perabaan ekstremitas
yang dingin, denyut nadi cepat dan lemah.
3. Kelainan neurologis berupa
kejang umum, lokal, maupun mioklonik, dapat juga terjadi hemiparesis yang
bersifat reversible dengan koreksi defisit cairan
4. Hipotensi postural
5. Tidak ada bau aseton yang
tercium dari pernapasan
6. Tdak ada pernapasan Kussmaul.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan kadar gula darah
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Secara klinis dapat didiagnosis
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
Diagnosis Banding
Ketoasidosis Diabetik (KAD),
Ensefalopati uremikum, Ensefalopati karena infeksi
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Penanganan kegawatdaruratan yang
diberikan untuk mempertahankan pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lama.
Proses rujukan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih
lanjut.
Pertolongan pertama dilayanan
primer adalah:
1. Memastikan jalan nafas lancar
dan membantu pernafasan dengan suplementasi oksigen
2. Memasang akses infus intravena
dan melakukan hidrasi cairan NaCl 0.9 % dengan target TD sistole > 90 atau
produksi urin >0.5 ml/kgbb/jam
3. Memasang kateter urin untuk
pemantauan cairan
4. Dapat diberikan insulin rapid
acting bolus intravena atau subkutan sebesar 180 mikrounit/kgBB
Komplikasi
Oklusi vakular, Infark miokard, Low-flow
syndrome, DIC, Rabdomiolisis
Konseling dan Edukasi
Edukasi ke keluarga mengenai
kegawatan hiperglikemia dan perlu segera dirujuk
Rencana Tindak Lanjut
Pemeriksaan tanda vital dan gula darah
perjam
Kriteria Rujukan
Pasien harus dirujuk ke layanan
sekunder (spesialis penyakit dalam) setelah mendapat terapi rehidrasi cairan.
Peralatan
Laboratorium untuk pemeriksaan
glukosa darah
Prognosis
Prognosis biasanya buruk,
sebenarnya kematian pasien bukan disebabkan oleh sindrom hiperosmolar sendiri
tetapi oleh penyakit yang mendasari atau menyertainya.
No. ICPC-2 : A91 Abnormal result invetigation NOS
No. ICD-10 : R73.9 Hyperglycaemia unspecified
Tingkat Kemampuan : 3B
Referensi
1. Soewondo, Pradana. 2006. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke 4. Jakarta: FK UI. Hal
1900-2.
2. Panduan Pelayanan Medik
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
2004. Hal 15-17.
0 komentar:
Posting Komentar