Terdapat beberapa bentuk puting
susu. Pada beberapa kasus seorang ibu merasa putingnya datar atau terlalu
pendek akan menemui kesulitan dalam menyusui bayi. Hal ini bisa berdampak bayi
tidak bisa menerima ASI dengan baik dan cukup.
Pada beberapa kasus, putting
dapat muncul kembali bila di stimulasi, namun pada kasus-kasus lainnya,
retraksi ini menetap.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Kesulitan ibu
untuk menyusui bayi
2. Puting susu
tertarik
3. Bayi sulit untuk menyusui
Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Adanya puting susu yang datar
atau tenggelam dan bayi sulit menyusui pada ibu.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan
penunjang dalam penegakan diagnosis
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan tidak memerlukan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis klinis ini terbagi
dalam :
1. Grade 1
a. Puting tampak
datar atau masuk ke dalam
b. Puting dapat
dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola.
c. Terkadang dapat
keluar sendiri tanpa manipulasi
d. Saluran ASI tidak
bermasalah, dan dapat menyusui dengan biasa.
2. Grade 2
a. Dapat dikeluarkan dengan
menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepas
b. Terdapat kesulitan
menyusui.
c. Terdapat fibrosis
derajat sedang.
d. Saluran ASI dapat
mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan.
e. Pada pemeriksaan
histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot polos.
3. Grade 3
a. Puting sulit untuk
dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan pembedahan untuk
dikeluarkan.
b. Saluran ASI
terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui
c. Dapat terjadi
infeksi, ruam, atau masalah kebersihan
d. Secara histologis ditemukan
atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah
Komplikasi
Risiko yang sering muncul adalah
ibu menjadi demam dan pembengkakan pada payudara.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
Untuk puting datar/tenggelam (inverted
nipple) dapat diatasi setelah bayi lahir, yaitu dengan proses Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) sebagai langkah awal dan harus terus menyusui agar puting
selalu tertarik. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengatasi puting
datar/terbenam, yaitu:
1. Penarikan puting
secara manual/dengan tangan. Puting ditarik-tarik dengan lembut beberapa kali
hingga menonjol.
2. Menggunakan spuit
ukuran 10-20 ml, bergantung pada besar puting. Ujung spuit yang terdapat jarum
dipotong dan penarik spuit (spuit puller) dipindahkan ke sisi bekas
potongan. Ujung yang tumpul di letakkan di atas puting, kemudian lakukan
penarikan beberapa kali hingga puting keluar. Lakukan sehari tiga kali; pagi,
siang, dan malam masing-masing 10 kali
3. Jika kedua upaya
di atas tidak memberikan hasil, ibu dapat memberikan air susunya dengan cara
memerah atau menggunakan pompa payudara.
4. Jika putting masuk sangat
dalam, suatu usaha harus dilakukan untuk mengeluarkan putting dengan jari pada
beberapa bulan sebelum melahirkan.
Konseling dan Edukasi
1. Menarik-narik
puting sejak hamil (nipple conditioning exercises) ataupun penggunaan
breast shield dan breast shell. Tehnik ini akan membantu ibu saat masa telah
memasuki masa menyusui.
2. Membangkitkan rasa percaya
diri ibu dan membantu ibu melanjutkan untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar
mulutnya melekat dengan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak
perlu mengistirahatkan payudara, tetapi tetaplah menyusu on demand
Kriteria Rujukan: -
Prognosis
1. Ad vitam :
Bonam
2. Ad functionam :
Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
No. ICPC-2 : W.95 Breast disorder in pregnancy other
X.20 Nipple symptom/complaint female
No. ICD-10 : O92.02 Retracted nipple associated with the
Tingkat kemampuan : 4A
Referensi
1. Prawirohardjo, S.
Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro Gulardi H. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo.Edisi keempat cetakan ketiga. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010. 379
2. Kementerian
Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.
3. Program Manajemen
Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
4. http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/manajemen-laktasi.html.
2014
0 komentar:
Posting Komentar