konsensus PNPK buku ajar Pedoman SPM

Selasa, 17 Januari 2017

PEDOMAN TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT PERKI 2015 - 7

PEDOMAN TATALAKSANA
 SINDROM KORONER AKUT
PERKI 2015



Bagian I : Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut 
1. Pendahuluan  <-- Klick di sini
2. Klasifikasi Rekomendasi <-- Klick di sini
3. Patofisiologi <-- Klick di sini
4. Klasifikasi Sindrom Koroner Akut <-- Klick di sini
5. Diagnosis <-- Klick di sini
6. Tindakan Umum dan Langkah Awal   <-- Klick di sini

Bagian II Angina Pektoris Tidak Stabil dan Infark
Miokard Non ST Elevasi
1. Diagnosis  <-- Klick di sini
2. Diagnosis Banding <-- Klick di sini
3. Stratifikasi Risiko  <-- Klick di sini
4. Pertanda Peningkatan Risiko  <-- Klick di sini
5. Terapi  <-- Klick di sini
6. Populasi dan Situasi Khusus  <-- Klick di sini

6. POPULASI DAN SITUASI KHUSUS
Perhatian khusus perlu diberikan pada pasien dengan diabetes, usia lanjut,
jenis kelamin wanita, penyakit ginjal kronik, dan anemia.
6.1. Diabetes.
Kurang lebih 20-30% pasien NSTEMI diketahui menderita diabetes, dan kurang
lebih 20-30% menderita diabetes yang tidak terdiagnosis, atau toleransi
glukosa terganggu. Semua pasien NSTEMI perlu diperiksa adanya diabetes, dan
apabila diketahui riwayat diabetes atau hiperglikemia, kadar gula darah perlu
diawasi (Kelas I-C). Kadar gula darah perlu dijaga dari hiperglikemia (>180-200
mg/dL) dan hipoglikemia (<90 mg/dL) (Kelas I-B). Pemberian antitrombotik
pada pasien diabetes serupa dengan pasien non-diabetik (Kelas I-C). Fungsi
ginjal pada pasien diabetes perlu diperhatikan secara ketat setelah pemberian
kontras (Kelas I-C). Pada pasien diabetes, disarankan untuk melakukan strategi
invasif awal (Kelas I-A). Pembedahan CABG lebih disarankan dibandingkan
dengan IKP untuk pasien diabetik dengan lesi di batang utama dan/atau
penyakit multipembuluh yang lanjut (Kelas I-B).
6.2. Usia lanjut.
Pasien dengan usia lanjut (>75 tahun) sering memiliki presentasi yang atipikal,
sehingga perlu diinvestigasi untuk NSTEMI meskipun tingkat kecurigaan
rendah (Kelas I-C). Pemilihan pengobatan untuk pasien usia lanjut dibuat
dengan mempertimbangkan perkiraan sisa hidup, komorbiditas, kualitas
kehidupan, serta keinginan dan pilihan pasien (Kelas I-C). Pemilihan dan dosis
obat-obat antitrombotik perlu disesuaikan untuk mencegah kejadian efek
samping (Kelas I-C). Pertimbangan strategi invasif awal dengan kemungkinan
revaskularisasi dibuat berdasarkan risiko dan manfaat (Kelas IIa-B).
6.3. Jenis kelamin
Kedua jenis kelamin perlu dievaluasi dan ditangani dengan cara yang serupa
(Kelas I-B). Meskipun demikian, wanita yang datang dengan NSTEMI biasanya
berusia lebih lanjut dan lebih sering menderita diabetes, hipertensi, gagal
jantung, dan berbagai komorbiditas lainnya, serta sering menampilkan gejala
atipikal seperti dispnea atau gejala gagal jantung. Prognosis NSTEMI pada pria
dan wanita serupa kecuali pada usia lanjut, di mana wanita memiliki prognosis
lebih baik daripada pria. Untuk perdarahan, wanita dengan NSTEMI memiliki
risiko yang lebih tinggi.
6.4. Penyakit ginjal kronik
Disfungsi ginjal ditemukan pada 30-40% pasien NSTEMI. Fungsi ginjal
sebaiknya dievaluasi pada semua pasien dengan risiko PGK sebagai eGFR
dengan rumus MDRD karena mengikutsertakan etnis dan jenis kelamin dalam
penghitungannya. Namun dalam praktek klinis, klirens kreatinin dapat pula
dihitung dengan rumus Cockroft-Gault. Pasien NSTEMI dengan PGK perlu
mendapatkan antitrombotik yang sama dengan pasien tanpa PGK dengan
menyesuaikan dosis terkait tingkat disfungsi ginjal yang dimiliki (Kelas I-B).
Dosis pengobatan perlu disesuaikan dengan fungsi ginjal. Untuk clopidogrel,
tidak ada informasi untuk pasien dengan disfungsi ginjal, sementara dosis
ticagrelor tidak dipengaruhi fungsi ginjal (namun tidak diketahui untuk
pasien dialisis). Fondaparinuks merupakan obat pilihan untuk pasien dengan
penurunan fungsi ginjal moderat (klirens kreatinin 30-60 mL/menit) namun
diindikasikontrakan pada gagal ginjal berat (klirens kreatinin <20 mL/menit).
Penurunan dosis enoksaparin perlu dilakukan pada gagal ginjal berat (klirens
kreatinin <30 mL/menit) menjadi 1 mg/kg sekali sehari.
6.5. Anemia
SKA yang disertai anemia dikaitkan dengan prognosis yang buruk untuk
kematian akibat kejadian kardiovaskular, MI, atau iskemia rekuren. Anemia
yang menetap atau memburuk berhubungan dengan mortalitas atau kejadian
gagal ginjal yang meningkat setelah perawatan rumah sakit. Hemoglobin
baseline yang rendah merupakan marker independen risiko iskemia dan
kejadian perdarahan sehingga pengukuran hemoglobin disarankan untuk
stratifikasi risiko (Kelas I-B). Transfusi darah hanya disarankan untuk kasuskasus
status hemodinamik yang terganggu atau Hb <8 g/dL atau Ht <25%
(Kelas I-C).


7. MANAJEMEN JANGKA PANJANG DAN PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder penting dilakukan karena kejadian iskemik cenderung
terjadi dengan laju yang tinggi setelah fase akut. Beberapa pengobatan jangka
panjang yang direkomendasikan adalah:
1. Aspirin diberikan seumur hidup, apabila dapat ditoleransi pasien.
2. Pemberian penghambat reseptor ADP dilanjutkan selama 12 bulan
kecuali bila risiko perdarahan tinggi
3. Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan
kolesterol LDL <70 mg/dL (Kelas I-B).
4. Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi sistolik
ventrikel kiri (LVEF ≤40%) (Kelas I-A).
5. ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40% dan
yang menderita gagal jantung, diabetes, hipertensi, atau PGK, kecuali
diindikasikontrakan (Kelas I-B).
6. ACE-I juga disarankan untuk pasien lainnya untuk mencegah berulangnya
kejadian iskemik, dengan memilih agen dan dosis yang telah terbukti
efikasinya (Kelas I-B).
7. ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan
memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya (Kelas I-B).
8. Antagonis aldosteron disarankan pada pasien setelah MI yang sudah
mendapatkan ACE-I dan penyekat beta dengan LVEF ≤35% dengan
diabetes atau gagal jantung, apabila tidak ada disfungsi ginjal yang
bermakna (kreatinin serum >2,5 mg/dL pada pria dan >2 mg/dL pada
wanita) atau hiperkalemia (Kelas I-A).
Selain rekomendasi di atas, pasien juga disarankan menjalani perubahan gaya

hidup terutama yang terkait dengan diet dan berolahraga teratur.



Bagian III Infark Miokard dengan Elevasi Segmen ST
1. Perawatan Gawat Darurat  <-- Klick di sini
2. Terapi Reperfusi  <-- Klick di sini
3. Subbagian Khusus  <-- Klick di sini
4. Logistik  <-- Klick di sini
5. Penilaian Risiko dan Pencitraan  <-- Klick di sini
6. Terapi Jangka Panjang  <-- Klick di sini

7. Komplikasi STEMI  <-- Klick di sini




DOWNLOAD EBOOK 

PEDOMAN TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT













sindrom koroner akut adalah, sindrom koroner akut adalalah pdf, sindrom koroner akut scribd, defenisi sindrom koroner akut pdf, diagnosis sindrom koroner akut pdf, tatalaksana sindrom koroner akut pdf, jurnal sindrom koroner akut pdf, patofisiologi sindrom koroner akut pdf, askep sindrom koroner akut

0 komentar:

Posting Komentar