Masalah Kesehatan
Urtikaria adalah reaksi vaskular
pada kulit akibat bermacam-macam sebab. Sinonim penyakit ini adalah biduran,
kaligata, hives, nettle rash. Ditandai oleh edema setempat yang timbul
mendadak dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi
di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Dapat disertai dengan
angioedema. Penyakit ini sering dijumpai pada semua usia, orang dewasa lebih
banyak terkena dibandingkan dengan usia muda. Penderita atopi lebih mudah
mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang normal. Penisilin tercatat
sebagai obat yang lebih sering menimbulkan urtikaria.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan biasanya
gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Gatal sedang-berat di kulit yang disertai
bentol-bentol di daerah wajah, tangan, kaki, atau
hampir di seluruh tubuh. Keluhan
dapat juga disertai rasa panas seperti terbakar atau tertusuk. Kadang-kadang
terdapat keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah-muntah, nyeri kepala, dan
berdebar-debar (gejala angioedema).
Gambar 11.33 Urtikaria
Faktor Risiko
1. Riwayat atopi pada diri dan
keluarga.
2. Riwayat alergi.
3. Riwayat trauma fisik pada
aktifitas.
4. Riwayat gigitan/sengatan
serangga.
5. Konsumsi obat-obatan (NSAID,
antibiotik – tersering penisilin, diuretik, imunisasi, injeksi, hormon,
pencahar, dan sebagainya).
6. Konsumsi makanan (telur,
udang, ikan, kacang, dan sebagainya).
7. Riwayat infeksi dan infestasi
parasit.
8. Penyakit autoimun dan kolagen.
9. Usia rata-rata adalah 35
tahun.
10. Riwayat trauma faktor fisik
(panas, dingin, sinar matahari, sinar UV, radiasi).
Hasil Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit yang didapatkan:
1. Ruam atau patch eritema.
2. Berbatas tegas.
3. Bagian tengah tampak pucat.
4. Bentuk papul dengan ukuran
bervariasi, mulai dari papular hingga plakat.
5. Kadang-kadang disertai
demografisme, berupa edema linier di kulit yang terkena goresan benda tumpul,
timbul dalam waktu lebih kurang 30menit.
6. Pada lokasi tekanan dapat
timbul lesi urtika.
7. Tanda lain dapat berupa lesi
bekas garukan.
Pemeriksaan fisik perlu
dilengkapi dengan pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan gigi, THT, dan
sebagainya untuk menyingkirkan adanya infeksi fokal.
Tempat predileksi
Bisa terbatas di lokasi tertentu,
namun dapat generalisata bahkan sampai terjadi angioedema pada wajah atau
bagian ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah (eosinofil),
urin dan feses rutin (memastikan adanya fokus infeksi tersembunyi).
2. Uji gores (scratch test)
untuk melihat dermografisme.
3. Tes eliminasi makanan dengan
cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu
mencobanya kembali satu per satu.
4. Tes fisik: tes dengan es (ice
cube test), tes dengan air hangat
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi
1. Berdasarkan waktu
berlangsungnya serangan, urtikaria dibedakan atas urtikaria akut (< 6 minggu
atau selama 4 minggu terus menerus) dan kronis (> 6 minggu).
2. Berdasarkan morfologi klinis,
urtikaria dibedakan menjadi urtikaria papular (papul), gutata (tetesan air) dan
girata (besar-besar).
3. Berdasarkan luas dan dalamnya
jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria lokal (akibat
gigitan serangga atau kontak), generalisata (umumnya disebabkan oleh obat atau
makanan) dan angioedema.
4. Berdasarkan penyebab dan
mekanisme terjadinya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
a. Urtikaria imunologik, yang
dibagi lagi menjadi:
Keterlibatan IgE reaksi
hipersensitifitas tipe I (Coombs and Gell) yaitu pada atopi dan adanya
antigen spesifik.
Keikutsertaan komplemen reaksi
hipersensitifitas tipe II dan III (Coombs and Gell), dan genetik.
Urtikaria kontak reaksi
hipersensitifitas tipe 4 (Coombs and Gell).
b. Urtikaria non-imunologik (obat
golongan opiat, NSAID, aspirin serta trauma fisik).
c. Urtikaria idiopatik (tidak
jelas penyebab dan mekanismenya).
Diagnosis Banding
Purpura anafilaktoid (purpura
Henoch-Schonlein), Pitiriasis rosea (lesi awal berbentuk eritema), Eritema
multiforme (lesi urtika, umumnya terdapat pada ekstremitas bawah).
Komplikasi
Angioedema dapat disertai obstruksi
jalan napas.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Prinsip penatalaksanaan
Tata laksana pada layanan primer
dilakukan dengan first-line therapy, yaitu memberikan edukasi pasien
tentang penyakit urtikaria (penyebab dan prognosis) dan terapi farmakologis
sederhana.
Urtikaria akut
Atasi keadaan akut terutama pada
angioedema karena dapat terjadi obstruksi saluran napas. Penanganan dapat
dilakukan di Unit Gawat Darurat bersama-sama dengan/atau dikonsultasikan ke
dokter spesialis THT.
Bila disertai obstruksi saluran
napas, diindikasikan pemberian epinefrin subkutan yang dilanjutkan dengan
pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis
diturunkan 5-10 mg/hari.
Urtikaria kronik
1. Pasien menghindari penyebab
yang dapat menimbulkan urtikaria, seperti:
a. Kondisi yang terlalu panas,
stres, alkohol, dan agen fisik.
b. Penggunaan antibiotik
penisilin, aspirin, NSAID, dan ACE inhibitor.
c. Agen lain yang diperkirakan
dapat menyebabkan urtikaria.
2. Pemberian farmakoterapi
dengan:
a. Antihistamin oral nonsedatif,
misalnya loratadin 1 x 10 mg per hari selama 1 minggu.
b. Bila tidak berhasil
dikombinasi dengan Hidroksisin 3 x 25 mg atau Difenhidramin 4 x 25-50 mg per
hari selama 1 minggu.
c. Apabila urtikaria karena
dingin, diberikan Siproheptadin 3 x 4 mg per hari lebih efektif selama 1 minggu
terus menerus.
d. Antipruritus topikal: cooling
antipruritic lotion, seperti krim menthol 1% atau 2% selama 1 minggu terus
menerus.
e. Apabila terjadi angioedema
atau urtikaria generalisata, dapat diberikan Prednison oral 60-80 mg mg per
hari dalam 3 kali pemberian selama 3 hari dan dosis diturunkan 5-10 mg per
hari.
Konseling dan Edukasi
Pasien dan keluarga diberitahu
mengenai:
1. Prinsip pengobatan adalah
identifikasi dan eliminasi faktor penyebab urtikaria.
2. Penyebab urtikaria perlu
menjadi perhatian setiap anggota keluarga.
3. Pasien dapat sembuh sempurna.
Kriteria Rujukan
1. Rujukan ke dokter spesialis
bila ditemukan fokus infeksi.
2. Jika urtikaria berlangsung
kronik dan rekuren.
3. Jika pengobatan first-line
therapy gagal.
4. Jika kondisi memburuk, yang
ditandai dengan makin bertambahnya patch eritema, timbul bula, atau bahkan
disertai sesak
Peralatan
1. Tabung dan masker oksigen
2. Alat resusitasi
3. Peralatan laboratorium untuk
pemeriksaan darah, urin dan feses rutin.
No. ICPC-2 : S98 Urticaria
No. ICD-10 : L50 Urticaria
L50.9Urticaria, unspecified
Tingkat Kemampuan:
Urtikaria akut : 4A
Urtikaria kronis : 3A
Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam dengan
tetap menghindari faktor pencetus.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M.,
Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G.,
Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th
Ed. Canada. Saunders Elsevier.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar