Perdarahan Gastrointestinal
No. ICPC-2 : D14 Haematemesis/vomiting
blood
D15 Melaena
D16 Rectal Bleeling
No. ICD-10 : K92.2 Gastrointestinal
haemorrhage, unspecified
K62.5 Haemorrhage of anus
and rectum
Tingkat Kemampuan : 3B
a. Perdarahan Saluran Cerna
Bagian Atas
Masalah Kesehatan
Manifestasi perdarahan saluran
cerna bervariasi mulai dengan perdarahan masif yang mengancam jiwa hingga
perdarahan samar yang tidak dirasakan. Hematemesis menunjukkan perdarahan dari
saluran cerna bagian atas, proksimal dari ligamentum Treitz. Melena biasanya
akibat perdarahan saluran cerna bagian atas, meskipun demikian perdarahan dari
usus halus atau kolon bagian kanan, juga dapat menimbulkan melena Di Indonesia perdarahan karena ruptur varises
gastroesofagus merupakan penyebab tersering yaitu sekitar 50-60%, gastritis
erosif sekitar 25-30%, tukak peptik sekitar 10-15% dan karena sebab lainnya
<5%. Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, kematian
pada penderita ruptur varises bisa mencapai 60% sedangkan kematian pada
perdarahan non varises sekitar 9-12%.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien dapat datang dengan
keluhan muntah darah berwarna hitam seperti bubuk kopi (hematemesis) atau buang
air besar berwarna hitam seperti ter atau aspal (melena),
Gejala klinis lainya sesuai
dengan komorbid, seperti penyakit hati kronis, penyakit paru, penyakit jantung,
penyakit ginjal dsb.
Pada anamnesis yang perlu
ditanyakan adalah riwayat penyakit hati kronis, riwayat dispepsia, riwayat
mengkonsumsi NSAID, obat rematik, alkohol, jamu- jamuan, obat untuk penyakit
jantung, obat stroke, riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit paru dan adanya
perdarahan ditempat lainnya. Riwayat muntah-muntah sebelum terjadinya
hematemesis sangat mendukung kemungkinan adanya sindroma Mallory Weiss.
Faktor Risiko
Konsumsi obat-obat NSAID
Faktor Predisposisi
Riwayat sirosis hepatis
Hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1.
Penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi)
2.
Evaluasi jumlah perdarahan.
3.
Pemeriksaan fisik lainnya yaitu mencari stigmata penyakit hati kronis (ikterus,
spider nevi, asites, splenomegali, eritema palmaris, edema tungkai), massa
abdomen, nyeri abdomen, rangsangan peritoneum, penyakit paru, penyakit jantung,
penyakit rematik dll.
4.
Rectal toucher
5. Dalam prosedur diagnosis ini
penting melihat aspirat dari Naso Gastric Tube (NGT). Aspirat berwarna
putih keruh menandakan perdarahan tidak aktif, aspirat berwarna merah marun
menandakan perdarahan masif sangat mungkin perdarahan arteri.
Pemeriksaan Penunjang di
pelayanan kesehatan primer
1.
Laboratorium darah lengkap
2. X ray thoraks
Penegakan diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Diagnosis Banding
Hemoptisis, Hematokezia
Komplikasi
Syok hipovolemia, Aspirasi
pneumonia, Gagal ginjal akut, Anemia karena perdarahan
Penatalaksanaan komprehensif
(Plan)
Penatalaksanaan
1.
Stabilkan hemodinamik.
a.
Pemasangan IV line
b.
Oksigen sungkup/kanula
c.
Mencatat intake output, harus dipasang kateter urin
d.
Memonitor tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuai
dengan komorbid yang ada.
2. Pemasangan NGT (nasogatric
tube)
Melakukan bilas lambung agar
mempermudah dalam tindakan endoskopi.
3.
Tirah baring
4.
Puasa/diet hati/lambung
a.
Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton (PPI)
b.
Sitoprotektor: sukralfat 3-4x1 gram
c.
Antasida
d. Injeksi vitamin K untuk
pasien dengan penyakit hati kronis
Rencana Tindak Lanjut
Walaupun sudah dilakukan terapi
endoskopi pasien dapat mengalami perdarahan ulang. Oleh karena itu perlu
dilakukan asesmen yang lebih akurat untuk memprediksi perdarahan ulang dan
mortalitas.
Konseling dan Edukasi
Keluarga ikut mendukung untuk
menjaga diet dan pengobatan pasien.
Kriteria Rujukan
1.
Terhadap pasien yang diduga kuat karena ruptura varises esophagus di rujuk ke
pelayanan kesehatan sekunder
2.
Bila perdarahan tidak berhenti dengan penanganan awal di layanan primer
3. Bila terjadi anemia berat
Peralatan
1.
Kanula satu sungkup oksigen
2. Naso
Gastric Tube (NGT)
3.
Sarung tangan
4. EKG
5. Laboratorium untuk
pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, dan fungsi ginjal.
Prognosis
Prognosis untuk kondisi ini
adalah dubia, mungkin tidak sampai mengancam jiwa, namun ad
fungsionam dan sanationam umumnya dubia ad malam.
Referensi
1.
Soewondo. Pradana. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke 4. Jakarta:
FK UI. 2006: Hal 291-4.
2. Panduan
Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI/RSCM. 2004:Hal 229. (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM, 2004)
3.
Galley, H.F. Webster, N.R. Lawler, P.G.P. Soni, N. Singer, M,Critical Care. Focus
9 Gut. London: BMJ Publishing Group. 2002. (Galley, et al., 2002)
4.
Elta, G.H.Approach to the patient with gross gastrointestinal bleeding in
Yamada, T.Alpers, D.H. Kaplowitz, N. Laine, L. Owyang, C. Powell, D.W.Eds. Text
Book of Gastroenetrology. 4t Ed. Philadelphia: Lippincot William & Wilkins.
2003. (Elta, 2003)
5.
Rockey, D.C.Gastrointestinal bleeding in Feldman, M. Friedman, L.S.
Sleisenger, M.H.Eds.Sleisenger & Fordtran’s Gastrointestinal and Liver
Disease. 7thEd. Philadelphia:
W.B. Sauders.2002. (Rockey, 2002)
6. Gilbert, D.A. Silverstein,
F.E.Acute upper gastrointestinal bleeding in Sivak, M.V.Ed.Gastroenterologic
endoscopy. Philadelphia: WB Sauders. 2000. (Gilbert & Silverstein,
2000)
b. Perdarahan Saluran Cerna
Bagian Bawah
Masalah Kesehatan
Perdarahan saluran cerna bagian
bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari usus di
sebelah bawah ligamentum Treitz. Hematokezia diartikan darah segar yang keluar
melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna
bagian bawah.
Penyebab tersering dari saluran
cerna bagian bawah antara lain perdarahan divertikel kolon, angiodisplasia dan
kolitis iskemik. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik dan berulang
biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon.
Hasil Anamnesis (Anemnesis)
Keluhan
1.
Pasien datang dengan keluhan darah segar yang keluar melalui anus
(hematokezia).
2. Umumnya melena menunjukkan
perdarahan di saluran cerna bagian atas atau usus halus, namun demikian melena
dapat juga berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan
mobilitas
3.
Perdarahan dari divertikulum biasanya tidak nyeri. Tinja biasanya berwarna
merah marun, kadang-kadang bisa juga menjadi merah. Umumnya terhenti secara
spontan dan tidak berulang.
4.
Hemoroid dan fisura ani biasanya menimbulkan perdarahan dengan warna merah segar
tetapi tidak bercampur dengan faeces.
5.
Pasien dengan perdarahan samar saluran cerna kronik umumnya tidak ada gejala
atau kadang hanya rasa lelah akibat anemia.
6. Nilai dalam anamnesis apakah
bercampur dengan feses (seperti terjadi pada kolitis atau lesi di proksimal
rektum) atau terpisah/menetes (terduga hemoroid), pemakaian antikoagulan, atau
terdapat gejala sistemik lainnya seperti demam lama (tifoid, kolitis infeksi),
menurunnya berat badan (kanker), perubahan pola defekasi (kanker), tanpa rasa
sakit (hemoroid intema, angiodisplasia), nyeri perut (kolitis infeksi, iskemia
mesenterial), tenesmus ani (fisura, disentri).
Hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1.
Pada colok dubur ditemukan darah segar
2.
Nilai tanda vital, terutama ada tidaknya renjatan atau hipotensi postural (Tilt
test).
3. Pemeriksaan fisis abdomen
untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri tekan (iskemia mesenterial), rangsang
peritoneal (divertikulitis), massa intraabdomen (tumor kolon, amuboma, penyakit
Crohn).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah perifer
lengkap, feses rutin dan tes darah samar.
Penegakan diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
Haemorhoid, Penyakit usus
inflamatorik, Divertikulosis, Angiodisplasia, Tumor kolon
Komplikasi
1.
Syok hipovolemik
2.
Gagal ginjal akut
3. Anemia karena perdarahan
Penatalaksanaan Komprehensif
(Plan)
Penatalaksanaan
1. Stabilkan hemodinamik
a. Pemasangan IV line
b.
Oksigen sungkup/kanula
c.
Mencatat intake output, harus dipasang kateter urin
d. Memonitor tekanan darah,
nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuai dengan komorbid yang ada.
2.
Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat diobati secara
medikamentosa. Hemoroid fisura ani dan ulkus rektum soliter dapat diobati
dengan bulk-forming agent, sitz baths, dan menghindari mengedan.
3. Kehilangan darah samar
memerlukan suplementasi besi yaitu Ferrosulfat 325 mg tiga kali sehari.
Konseling dan Edukasi
Keluarga ikut mendukung untuk
menjaga diet dan pengobatan pasien.
Kriteria Rujukan
1.
Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang terus menerus
2. Rujuk ke pelayanan kesehatan
sekunder untuk diagnosis definitif bila tidak dapat ditegakkan di pelayanan
kesehatan primer
Peralatan
1.
Laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap dan faeces darah samar
2. Sarung tangan
Prognosis
Prognosis sangat tergantung
pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya.
Referensi
1.
Abdullah. Murdani, Sudoyo. Aru, W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Dep. IPD. FKUI.2007. (Sudoyo, et
al., 2006)
2. Panduan Pelayanan Medik
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
2004.Hal 234. (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM, 2004)
0 komentar:
Posting Komentar