Demam rematik akut (DRA) merupakan penyakit reaksi autoimun lambat
terhadap Streptococcus grup A (SGA) Manifestasi klinis pada penderita
ditentukan oleh kerentanan genetik penderita, virulensi organisme, dan
lingkungan. Demam rematik akut yang tidak diterapi dengan baik akan menimbulkan
gejala sisa pada jantung yang dikenal sebagai penyakit jantung rematik (PJR).
DRA dan PJR terjadi
sebagian besar di negara yang sedang berkembang, lingkungan padat, sosial
ekonomi rendah, keadaan malnutrisi, dan fasilitas kesehatan terbatas. Insidens
puncak terjadi pada usia 8 tahun (rentang usia 6 – 15 tahun).
Diagnosis
Kriteria Jones (revisi) untuk pedoman dalam diagnosis reumatik
(1992)
Manifestasi
mayor
|
Manifestasi
minor
|
Karditis
Poliartritis
Khorea
Eritema
marginatum
Nodul
subkutan
PLUS
|
Klinis
Artralgia
Demam
Laboratorium
Peningkatan
reaktan fase akut (laju endap darah, C-reactive protein)
Pemanjangan
interval PR pada EKG
|
Bukti
infeksi streptokokus grup A sebelumnya
|
|
Kultur
usap tenggorok atau rapid streptococcal antigen test positif
Titer
antibodi streptokokus di atas nilai normal atau meningkat
|
Dasar diagnosis
·
Highly probable (sangat mungkin)--
·
2 mayor --atau 1 mayor + 2 minor
·
Disertai --bukti
infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A
·
ASTO --↑ atau kultur positif Doubtful diagnosis (meragukan)
·
2 mayor--
·
1 mayor + 2 minor
·
Tidak terdapat bukti infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A--
·
Exception (perkecualian): diagnosis DRA dapat ditegakkan bila
hanya ditemukan--
·
Korea saja atau--
·
Karditis indolen saja Pada tahun 2003, WHO mengeluarkan
rekomendasi untuk --melanjutkan penggunaan kriteria Jones yang diperbaharui
(tahun 1992) untuk demam rematik serangan pertama dan serangan rekuren DR pada
pasien yang diketahui tidak mengalami PJR. Untuk serangan rekuren DR pada
pasien yang sudah mengalami penyakit jantung rematik, WHO merekomendasikan
penggunaan minimal dua kriteria minor dengan disertai bukti infeksi SGA sebelumnya.
Kriteria diagnostik PJR ditujukan untuk pasien yang datang pertama kali dengan
mitral stenosis murni atau kombinasi stenosis mitral dan insufisiensi mitral
dan/atau penyakit katup aorta. Untuk chorea rematik tidak diperlukan kriteria
mayor lainnya atau bukti infeksi SGA sebelumnya (WHO, 2004).
Kriteria DR
menurut WHO tahun 2002-2003 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel . Kriteria WHO Tahun 2002-2003 untuk diagnosis demamrematik dan penyakit jantung rematik (berdasarkan revisi kriteria Jones)
Kategori diagnostik
|
Kriteria
|
Demam
rematik serangan pertama
|
Dua
mayor atau satu mayor dan dua minor ditambah dengan bukti infeksi SGA
sebelumnya
|
Demam
rematik serangan rekuren tanpa PJR
|
Dua
mayor atau satu mayor dan dua minor ditambah dengan bukti infeksi SGA
sebelumnya
|
Demam
rematik serangan rekuren dengan PJR
|
Dua
minor ditambah dengan bukti infeksi SGA sebelumnya
|
Korea
rematik
|
Tidak
diperlukan kriteria mayor lainnya atau bukti infeksi SGA
|
PJR
(stenosis mitral murni atau kombinasi dengan insufisiensi mitral dan/atau
gangguan katup aorta)
|
Tidak
diperlukan kriteria lainnya untuk mendiagnosis sebagai PJR
|
Sumber: WHO, 2004
Tata laksana
Tirah baring
Lama dan tingkat tirah baring tergantung
sifat dan keparahan serangan (Tabel 2. panduan aktivitas pada DRA).
Tabel . Panduan aktivitas pada DRA
Aktivitas
|
Artritis
|
Karditis minimal
|
Karditis sedang
|
Karditis berat
|
Tirah
barin
|
1-2
minggu
|
2-4
minggu
|
4-6
minggu
|
2-4
bulan/selama masih terdapat gagal jantung kongestif
|
Aktivitas
dalam rumah
|
1-2
minggu
|
2-3
minggu
|
4-6
minggu
|
2-3
bulan
|
Aktivitas
di luar rumah
|
2
minggu
|
2-4
minggu
|
1-3
bulan
|
2-3
bulan
|
Aktivitas
penuh
|
Setelah
6-10 minggu
|
Setelah
6-10 minggu
|
Setelah
3-6 bulan
|
bervariasi
|
Pemusnahan streptokok dan
pencegahan
Rekomendasi untuk pencegahan streptokok dari tonsil dan faring
sama dengan rekomendasi yang dianjurkan untuk pengobatan faringitis streptokok,
yaitu:
Ø Benzantin
penicillin G --
·
Dosis 0,6-1,2 juta U i.m. --
·
Juga berfungsi sebagai pencegahan dosis pertama--
Ø Jika
alergi terhadap benzantin penisilin G --
·
Eritromisin 40mg/kgbb/hari dibagi 2-4 dosis selama 10 hari--
·
Alternatif lain: penisilin V 4 X 250 mg p.o. selama 10 hari--
Pengobatan antinyeri dan
antiradang
Antiinflamasi asetosal diberikan pada karditis ringan sampai
sedang, sedangkan prednison hanya diberikan pada karditis berat.
·
Karditis minimal: tidak jelas ditemukan kardiomegali--
·
Karditis sedang: kardiomegali ringan--
·
Karditis berat:
jelasterdapat kardiomegali disertai tanda gagal jantung
Tabel Panduan obat anti inflamasi
Artritis
|
Karditis ringan
|
Karditis sedang
|
Karditis berat
|
|
Prednison
|
-
|
-
|
2-4
minggu
|
2-6
minggu
|
Aspirin
|
1-2
minggu
|
2-4
minggu
|
6-8
minggu
|
2-4
bulan
|
Dosis: Prednison : 2 mg/kgbb/haridibagi 4 dosis
Aspirin :100 mg/kgbb/hari, dibagi 4-6 dosis
Dosis prednison di tappering
off pada minggu terakhir pemberian dan mulai diberikan aspirin
Setelah minggu ke-2 dosis aspirin
diturunkan menjadi 60 mg/kgbb/hari
Pencegahan
Sesudah pengobatan DRA selama 10 hari dilanjutkan dengan
pencegahan sekunder. Cara pencegahan sekunder yang diajukan oleh The American
Heart Association dan WHO, yaitu mencegah infeksi streptokokus.
Pencegahan primer
Penisilin oral untuk eradikasi Streptococcus beta hemolyticus
group A selama 10 hari atau benzathine penicillin G 0.6-1.2 juta unit IM
Pencegahan sekunder
Benzantin penisilin G 600.000 U IM untuk berat badan<27 kg (60
pound), 1,2 juta U untuk berat badan >27 kg (60 pound) setiap 4 minggu/28
hari
Pilihan
lain:--
Penisilin
V p.o.125–250mg 2 kali sehari Sulfadiazin 1 g p.o. sekali sehari Eritromisin
--250 mg p.o. 2 kali sehari Diberikan pada demam reumatik akut, termasuk korea
tanpa penyakit jantung reumatik.
Lama pencegahan adalah sebagai berikut:
Kategori pasien
|
Durasi
|
Demam
rematik tanpa karditis
|
Sedikitnya
sampai 5 tahun setelah serangan terakhir atau hingga usia 18 tahun
|
Demam
rematik dengan karditis tanpa bukti adanya penyakit jantung residual/kelainan
katup.
|
Sedikitnya
sampai 10 tahun setelah serangan terakhir atau hingga usia 25 tahun, dipilih
jangka waktu yang terlama
|
Demam
reumatik akut dengan karditis dan penyakit jantung residual (kelainan katup
persisten)
|
Sedikitnya
10 tahun sejak episode terakhir atau sedikitnya hingga usia 40 tahun, dan
kadang-kadang seumur hidup
|
Setelah
operasi katup
|
Seumur
hidup
|
Kepustakaan
1.
Flyer DC. Rheumatic fever. Dalam: Keane JF, Lock JE, Flyer DC.
Nadas’ pediatric cardiology. Edisi ke-2. 1.
Philadelphia: Elsevier; 2006. h. 387-400.
2.
Mishra TK. Acute rheumatic fever and rheumatic heart disease:
current scenario. JIACM. 2007;8(4):324-2. 30.
3.
WHO. Rhematic fever and rheumatic heart disease.-report of a WHO
expert Consultation [Online]. 3. [Diunduhtanggal
15 Juni 2009]. Diunduhdari: http://www.who.int/cardiovaskular_diseases/resources/trs
923/en/index.html.
4.
Vijayalakshmi IB,
Vishnuprabhu RO, Chitra N, Rajasri R, Anuradha TV. The efficacy of
echocardiographic 4.
criterions for the diagnosis of carditis in acute rheumatic
fever. Cardiol Young. 2008;18:586-92.
5.
Gerber MA. Group A streptococcus. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB. Nelson textbook 5. of
pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders; 2008. h. 1135-44.
6.
Gerber MA, Baltimore CRS, Eaton CB, Gewitz M, Rowley AH, Shulman
ST, Taubert KA. Prevention 6. of
Rheumatic Fever and Diagnosis and Treatment of Acute Streptococcal Pharyngitis:
A Scientific Statement From the American Heart Association Rheumatic Fever,
Endocarditis, and Kawasaki Disease Committee of the Council on Cardiovascular
Disease in the Young, the Interdisciplinary Council on Functional Genomics and
Translational Biology, and the Interdisciplinary Council on Quality of Care and
Outcomes Research. Circulation. 2009;119:1541-51.
7. Dajani A, Taubert K, Ferrieri P et al. Treatment of acute
streptococcal pharyngitis and prevention of 7. rheumatic fever: a
statement for health professionals. Pediatrics 1995;96:758-764
0 komentar:
Posting Komentar